Kamis, April 30, 2009

Menelusuri Menurunnya Gairah Santri dalam Berorganisasi

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Organisasi Daerah (Orda) adalah salah satu wadah di PP Annuqayah Lubangsa bagi santri untuk menunjukkan potensi yang dimiliki. Dalam rutinitas Orda, beberapa kegiatan dilangsungkan setiap malam Selasa, seperti latihan menjadi MC, latihan memberi kata sambutan, membaca al-Qur’an tartil, baca pidato, puisi, dan lain sebagainya.
Saat ini santri mulai kehilangan gairah untuk mengikuti aktivitas yang diadakan setiap malam Selasa itu. Gejala menurunnya gairah ini mula-mula terjadi ketika Pengasuh melarang penggunaan sound system yang menjadi “senjata utama” santri untuk menghadiri rutinitas tersebut pada bulan Januari 2008, dengan alasan bahwa sound system yang dibunyikan terlalu nyaring dan meresahkan masyarakat sekitar.
Setelah terjadinya larangan itu, santri mulai uring-uringan untuk pergi ke acara rutin Orda. Pengurus P2O juga kebingungan bagaimana caranya membuat santri tetap bergairah mengikuti jalannya kegiatan rutin Orda itu, sehingga membuat pengurus P2O dan pengurus KAMTIB harus turun menggiring santri mendatang acara itu.
Santri tambah tidak bergairah juga karena ditiadakannya lomba-lomba Akhirussanah yang menjadi ajang “pesta” organisasi setiap akhir jabatan ketua organisasi dan ketua pengurus. Akhirussanah adalah barometer sejauh mana pencapaian organisasi itu dalam masa satu jabatan (satu tahun). Dalam acara Akhirussanah itu difasilitasi berbagai lomba-lomba yang berkaitan dengan aktivitas keorganisasian, seperti lomba pidato, baca puisi, keadministrasian, dan lain sebagainya. Sebagai gantinya, pengurus P2O mengadakan acara sendiri yang dikemas dalam penutupan aktivitas organisasi daerah yang di dalammya hanya memuat lomba keadministrasian, penobatan organisasi terbaik, dan majalah dinding terbaik.
Hanya itu, santri merasa tidak puas. Ketidakgairahan santri itu merambat pada penerbitan Majalah Dinding yang diwajibkan oleh pengurus KP2 (kepustakaan, pers dan penerbitan) pada masing-masing Orda untuk mengisi papan mading secara bergantian seminggu dua kali sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Terbukti, mading yang dianjurkan memuat dua belas halaman, kini beberapa orda hanya memuat target minimal dari pengurus, yakni sepuluh halaman, bahkan ada yang tidak meletakkan madingnya sesuai dengan jadwalnya.

1 komentar:

FERRY ARBANIA mengatakan...

berkurangnya minat santri dalam beroganisasi saya pikir ada kaitannya dengan kebiasaan santri yang selalu ditekan dan di "intimdasi" oleh sebagian pengurus pesantren yang kadang diluar ketentuan peraturan pesantren. Hingga diluar pesantren banyak santri yang mencari "figur' lain melalui internet yang bisa dinikmati mereka melalui internet.Bahkan hal terparah yang tidak seharusnya terjadi adalah justru beberapa santri sengaja cari warnet diluar pesantren.Karena mereka merasa lebih bebas berekspresi. Sementara di warnet milik pesantren sangat terbatas dan banyak situs yang sengaja diblokir....keengganan berorganisasi dikalangan santri--saya pikir ini merupakan tanggung jawab dari para pengurus agar lebih santun lagi dalm menindak santri yang 'bermasalah' dan tidak sok jagoan.Ingat ini pesantren...lembaga yang mengajarkan keilmuan Islam dan akhlakul karimah..bukan untuk jadi jagoan karena jabatnnya sebagai pengurus yang dipercayakan kiyai kepada mereka.Alumni Pondok Pesantren Latee. Sekarang Aktif sebagai Reporter dan Penyiar radio nada fm sumenep