Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan
GULUK-GULUK—Usia perpustakaan PPA Lubangsa Selatan kini tak bisa dibilang muda lagi. Ia sudah menginjak dua puluh empat tahun-an. Berdiri pada tahun 1985, membuat perpustakaan ini telah banyak memberikan kontribusi keilmuan terhadap kehidupan para santri. Pertama kali perpustakaan ini didirikan oleh beberapa orang yang merasa perlu membuat sebuah lembaga yang menampung kebutuhan akan buku. Koleksi buku yang ada pada waktu itu adalah milik beberapa santri yang dikumpulkan dalam satu ruangan yang sangat sempit. Namun beberapa tahun kemudian, dengan koleksi yang terus bertambah hasil dari hibah para donatur tidak tetap dan beberapa penerbit, lokasi penampungan buku diperlebar. Dua ruangan digabung menjadi satu.
Hingga kini koleksi buku yang disediakan oleh perpustakaan PPA Lubangsa Selatan sudah mencapai angka 2.700-an judul. Dengan rincian, buku ilmiah sebanyak 1.700 eksemplar, kitab sebanyak 112 eksemplar, buku sastra sebanyak 470 eksemplar, komik dan cerita silat sebanyak 230 eksemplar, majalah sebanyak 170 eksemplar, dan kamus sebanyak 24 eksemplar. Selain itu, ada sekitar 500-an buku pelajaran diniyah dan bendel majalah yang tidak didata, karena tidak ada yang menggunakan. Koleksi buku yang ada di perpustakaan mayoritas adalah sumbangan dari beberapa instansi pemerintah, perorangan (alumni), dan lembaga. Memang ada dana insentif dari pesantren, namun jumlahnya tidak bisa memenuhi kebutuhan koleksi bahan pustaka. Tiap bulan perpustakaan menerima dana sebesar Rp. 25.000,-. Dana yang minim tersebut hanya cukup untuk biaya operasional saja. Selain dana dari pesantren, pemasukan dari anggota juga lumayan bisa melengkapi kekurangan. Dari penghasilan inilah biasanya perpustakaan menambah koleksi bukunya, tentu dalam jumlah yang sangat terbatas.
Ditanya mengenai jumlah pengunjung, Abd. Wahid Muslim, Senin siang (13/4) mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir jumlahnya mengalami kemajuan. Dari data yang terhimpun melalui buku pengunjung, rata-rata dalam setiap malamnya pengunjung tidak kurang dari 15 sampai 20-an orang. Dan kalau sedang ramai-ramainya bisa mencapai 50-an orang. Ruang perpustakaan yang berukuran 6x5 m² itu menjadi sesak karena juga dipadati oleh rak buku. Para pengunjung tidak hanya terdiri dari santri Lubangsa Selatan, mereka juga datang dari beberapa daerah, baik Latee, Lubangsa, Nirmala, Kusuma Bangsa, dan beberapa daerah lainnya. Menurut sekretaris perpustakaan ini, jumlah pengunjung bertambah setelah perpustakaan mengadakan acara dialog kepustakaan dan bedah mading Gaung beberapa waktu lalu. Dalam acara tersebut memang diadakan sharing tentang perpustakaan dan pernak-pernik di dalamnya. Banyak aspirasi yang diserap perpustakaan pada acara itu yang akan menjadi pandangan perjalanan perpustakaan ke depan.
Banyaknya pengunjung itu tidak searah dengan jumlah anggota. Karena banyak juga pengunjung yang tidak mendaftar menjadi anggota. Namun, mereka yang tidak terdaftar dan diperbolehkan menggunakan jasa perpustakaan hanya khusus santri PPA Lubangsa Selatan. Menurut Hadidurrahman, salah satu pustakawan yang menemani Abd. Wahid Muslim saat itu, sampai saat ini jumlah anggota telah mencapai 267-an orang. 55 orang dari putri dan 212 orang dari putra. Jumlah anggota kebanyakan dari luar Lubangsa Selatan. Menurut Muslim, indikasinya karena mereka tidak dekat dengan perpustakaan. Tidak seperti santri Lubangsa Selatan yang bisa tiap malam berkunjung ke perpustakaan.
Khusus untuk anggota putri, sistem yang dipakai adalah sistem tertutup. Mereka hanya bisa menulis judul buku yang akan dipinjam melalui katalog yang telah dipersiapkan oleh perpustakaan. Catatan itu diserahkan kepada pustakawan putri yang telah ditunjuk oleh pustakawan putra. Lalu pustakawan putri itu memberikannya kepada pustakawan putra untuk dicarikan buku yang dibutuhkan oleh anggota putri. Sistem ini memang cenderung merepotkan. Namun apa boleh buat sistem itu telah berjalan dan seakan tak bisa dirombak lagi.
Dari data statistik perpustakaan, jumlah buku yang dibaca memang mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir. Bulan Januari jumlah buku yang dibaca sebanyak 28 buku, bulan Februari sebanyak 702 buku, dan bulan Maret sebanyak 716 buku. Data pada bulan April masih belum selesai, karena perekapan biasanya dilakukan pada akhir bulan. Namun menurut Muslim dirinya yakin data yang akan diperoleh nanti akan melebihi angka yang tertera dalam rekap bulan-bulan sebelumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar