Senin, April 20, 2009

Catatan Magang di YPI Al-Hikmah Surabaya (2)


Subaidi, Sekretariat PPA

Masih di hari pertama magang (16/04). Setelah mengaji, sembilan orang selain Afif Riyadi dipersilakan menuju ke ruangan Ustadzah Mirna, Guru BK yang juga seorang psikolog. Sementara Pak Afif Riyadi menuju ruangan Bapak Andik, Waka Kurikulum SMA Al-Hikmah untuk belajar tentang masalah pengelolaan kurikulum.
Dengan sangat ramah sekali, Ustadzah Mirna yang memiliki wajah bulat ini menyambut kami. Karena kursi di ruangannya tidak cukup untuk 9 orang, dengan rela hati dia mencarikan tambahan kursi ke ruangan lain. Ruang BK sendiri terletak di bagian depan setelah ruang kantor Kepala. Jadi urut-urutannya adalah, setelah pintu masuk terdapat lobby yang lumayan luas, di sebelah barat kanannya ruang Kepala, waka dan staf. Dan di sebelah kirinya ada meja security, di sampingnya terdapat lemari besar. Di dalamnya terpajang berbagai tropi penghargaan, dari mulai skala lokal hingga internasional. Tentu semua ruangan itu dilengkapi pendingin ruangan.
Jadi jika ingin ke ruang BK, maka dari pintu masuk lurus saja melewati ruang lobby, setelah melewati satu pintu maka tepat di depan pintu kedua tadi ruang BK itu berada. Ruangan sebelah barat untuk BK putra, dan sebelah kiri untuk BK putri. Ustadzah Mirna membuka rahasia mengapa ruang BK diletakkan di depan: itu tak lain agar siswa-siswi atau orang tua/wali yang datang ke ruangan itu, baik untuk konsultasi atau sedang diterapi, terjaga privasinya. Dalam artian tidak banyak diketahui oleh siswi lainnya, karena ruang kelas mereka terletak di bagian selatan.
Di ruang BK inilah kami mendapat banyak ilmu ke-BK-an. Hampir tiga jam kami berdiskusi dengan Ustadzah Mirna. Dari diskusi inilah kami tahu, bahwa di Al-Hikmah semua ustadz harus bisa menjalankan fungsi ke-BK-an. Karena pada hakikatnya gurulah yang banyak bersinggungan dengan siswa, lebih-lebih berkaitan dengan materi yang diampunya. Hal lainnya, bahwa Guru BK tidak bisa lepas dengan wali kelas sebagai partner dalam menjalankan amanah.
Sangat penting untuk diketahui, bahwa di Al-Hikmah, wali kelas sepenuhnya berada di dalam kelas bersama dengan murid-murid mereka. Artinya, jangan pernah mencari wali kelas di ruang kantor sekolah atau ruang guru—mereka tidak di sana. Meja tugas dan lemari arsip wali kelas diletakkan di dalam ruang kelas.
Hari Rabu, sehari sebelumnya, ketika study visit, kami sempat dibawa menjelajah salah satu ruang kelas. Memang benar, di depan di dekat papan tulis ada sebuah meja, saya pikir itu meja guru mata pelajaran, sementara meja wali kelas, dugaan saya, adalah meja yang terletak di bagian belakang bangku-bangku siswa. Di dekatnya juga terdapat lemari jangkung merk brother. Ruang kelas ini tidak seperti kelas-kelas di Annuqayah. Bangkunya maksimal bisa untuk 30 orang siswa. Tapi katanya, di Al-Hikmah tidak ada kelas yang siswanya sampai 30, paling banyak 27 orang. Di ruang kelas ini saya menemui berbagai jenis barang milik siswa, mulai dari tas, buku-buku, kotak makanan, botol air minum, dan lain sebagainya yang tidak sempat saya perhatikan satu persatu. Wajar saja seperti itu, karena di Al-Hikmah mengadopsi sistem Full Day School. Jadi siswa berada di sekolah dari mulai jam 6.30 pagi hingga jam 4 sore.
Setiap siswa memiliki folder yang berisi catatan penting tentang masalah-masalah yang dihadapinya, termasuk catatan pelanggaran, catatan pembinaan mental, dan catatan-catatan lainnya. Bahkan, sms Guru BK kepada orang tua/wali siswapun terekam detail di folder ini. Folder file-file ini disimpan dan dijaga kerahasiaannya di ruang BK. Bukan hanya guru BK yang memiliki folder seperti ini, tapi wali kelas juga memiliki. Artinya, hubungan kemitraan antara guru BK dengan wali kelas sangat penting. Sebab dari wali kelaslah, guru BK bisa menggali berbagai informasi tentang masing-masing siswa.
Kontrol guru BK dan wali kelas terhadap siswa-siswi mereka sangat dominan, terutama ketika mereka berada di lingkungan sekolah. Bahkan menurut, Ustadzah Mirna, guru BK dan wali kelas berhak tahu terhadap setiap barang yang dibawa ke sekolah oleh siswa-siswi. Baik itu ponsel, diari, laptop, dan lain sebagainya. Tidak jarang sekolah mengadakan razia barang-barang elektronik siswa. Baik ponsel atau laptop. Salah satu peserta magang bertanya, “Bukankah ponsel dan laptop atau diari adalah sangat pribadi untuk diketahui isinya?” Lalu Ustadzah Mirna menjelaskan bahwa hal itu tak lain untuk memastikan bahwa anak didik mereka terbebas dari berbagai penyakit yang bisa saja dibawa ponsel atau laptop tadi.
Secara berkala, guru BK dan wali kelas memiliki program yang mereka namakan home visit. Mereka mengunjungi rumah siswa dan bersilaturrahim dengan orang tuanya. Manfaat dari kegiatan ini, masih dalam paparan Ustadzah Mirna, adalah untuk memupuk tali silaturrahim dan merekatkan hubungan emosional antara guru dan orang tua/wali. Di samping itu, guru BK dan wali siswa bisa mengetahui bagaimana kondisi lingkungan siswanya. Apakah lingkungannya kondusif atau “berpenyakit”.
Setelah diskusi 3 jam tadi, kami kemudian melakukan observasi ke lingkungan SMA Al-Hikmah. Pak Nur Mustofa menyarankan agar observasinya di kantin saja. Tak ada yang tidak setuju. Wajar saja, perut kami keroncongan karena sejak pagi belum terisi apa-apa. Kami memang belum sarapan pagi. Di kantin kami disambut hangat oleh penjaga kantin yang khusus menyajikan nasi krawu. (Bersambung)


Berita terkait:
Catatan Magang di YPI Al-Hikmah Surabaya (1)

Tidak ada komentar: