Selasa, Maret 31, 2009

Masuk Rabiul Tsani, Karang Jati Putri Rayakan Maulid Nabi

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Pengurus PPA Karang Jati Putri Senin malam (30/3) kemarin mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw. Seluruh santri semarak membaca shalawat untuk sang nabi di mushalla pondok.
Dibandingkan yang lain, perayaan Maulid ini memang telat dilaksanakan. Akan tetapi, Nurul Qamariyah, ketua pengurus, mengatakan bahwa perayaan kelahiran Nabi itu bisa kapan saja dirayakan, tak harus di dalam bulan Rabiul Awwal.
Acara Maulid yang dimulai sekitar pukul 20.10 WIB itu berlangsung sangat lancar dan cukup meriah. Kemeriahan tersebut didukung oleh penampilan teater dari Sanggar Al-Faidah, dari Karang Jati Putri sendiri, dan penampilan Paduan Suara Madaris 3 Annuqayah.
Khofiyatul Jannah, salah satu senior sanggar tersebut, mengatakan bahwa persiapan pentas pun sangat mendadak. “Tadi siang, pada pukul 14.00 WIB kita latihan. Tampilnya, ya langsung-langsungan,” paparnya sambil tertawa gemas dan menatap seluruh anggota sanggar.
Sementara itu, Nurul Qamariyah menyatakan bahwa walau acaranya sederhana, yang penting adalah nilai dan penghayatannya.
Dalam kesempatan itu, K. M. Mushthafa menyampaikan hikmah Maulid secara singkat. “Yang terpenting dalam acara ini adalah agar kita selalu berusaha menjadikan sosok Nabi sebagai uswah,” katanya. “Jika kita bisa dekat secara spiritual dengan Nabi, maka jika kita punya masalah, kita bisa curhat pada beliau,” tambahnya.

Minggu, Maret 29, 2009

OSIS SMA 3 Annuqayah Gelar Pembacaan Fragmen dan Nonton Bareng Film Laskar Pelangi


Siti Nujaimatur Ruqayyah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Kamis malam (26/3) kemarin, OSIS SMA 3 Annuqayah mengadakan acara “Pembacaan Fragmen Laskar Pelangi dan Nonton Bareng Film Laskar Pelangi”. Acara yang bertempat di lapangan SMA 3 Annuqayah itu dihadiri oleh lebih 300 siswi Madaris 3 Annuqayah, 30 guru, beberapa Kepala Sekolah di lingkungan Annuqayah, 16 undangan OSIS, dan selebihnya 20 alumni MTs 3 dan SMA 3 Annuqayah.
Acara tersebut sebenarnya telah direncanakan akan diadakan pada tanggal 6 Maret lalu, tepat sehari sebelum liburan Maulid, tetapi gagal terlaksana karena rilis DVD Laskar Pelangi ditunda.
Setelah beberapa kali sempat tak jelas karena rilis DVD Laskar Pelangi yang tertunda hingga dua kali, akhirnya panitia memastikan akan melaksanakan acara ini pada Kamis malam tanggal 26 Maret setelah pada hari Selasa 24 Maret panitia berhasil mendapatkan DVD-nya tepat di hari pertama rilis DVD Laskar Pelangi tersebut.
Begitu dipastikan, panitia bekerja cepat mempersiapkan acara. Persiapan yang cuma sekitar 2 hari itu cukup menguras tenaga.
Kamis malam, saat adzan Maghrib berkumandang, perasaan cemas menggerogoti panitia karena perangkat layar, LCD proyektor, dan Sound System belum siap di tempat acara. Untung saja, tak sampai waktu Isya’ perangkat itu pun datang dan dipasang. Akhirnya Tuhan telah memeluk mimpi mereka.
Undangan dan siswi berduyun-duyun berdatangan. Siswi yang datang terlebih dahulu, terutama anak MI, buru-buru mengambil tempat duduk di halaman yang telah disediakan terpal oleh panitia, berebutan berada di posisi paling depan. Berhubung pesertanya bukan hanya siswi Madaris 3 Annuqayah, terpal yang disediakan panitia tak cukup untuk menampung mereka. Panitia masih harus mencari tikar lagi.
Para undangan putra, yakni guru Madaris 3 Annuqayah dan utusan dari beberapa sekolah di lingkungan Annuqayah, bertempat di depan Laboratorium IPA, dan undangan putri di depan kantor OSIS MTs. Sementara undangan OSIS di belakang kelas 3 MI, yakni di baris belakang penonton dengan kursi dan meja khusus. Tak semua undangan guru hadir, karena pada saat yang sama MA 1 Annuqayah Putra sedang melangsungkan Maulid Nabi.
Acara yang dimulai tepat pada pukul 20.10 WIB itu berlangsung begitu hangat. Acara benar-benar meriah, saat Paramarta (Paduan Suara Madaris 3) tampil menyanyikan himne dan mars Madaris 3 Annuqayah sebelum acara inti dimulai.
Sebelum pemutaran film yang dimulai tepat pukul 21.00 WIB, Siti Nujaimatur Ruqayyah, siswi XI IPA SMA 3 Annuqayah membacakan fragmen novel Laskar Pelangi sekitar 15 menit. Pembacaan fragmen kali ini diiringi dengan visual khusus yang disorotkan ke layar dan dengan iringan musik.
Acara yang dilaksanakan oleh OSIS SMA 3 ini benar-benar meriah. Baru pertama kali acara pembacaan fragmen dan nonton bareng seperti ini diselenggarakan di Annuqayah pada khususnya.
Ummul Karimah, Ketua OSIS SMA 3 Annuqayah, dalam sambutannya menyampaikan agar acara ini benar-benar disimak dengan sebaik-baiknya oleh seluruh penonton. “Mungkin kita bisa memetik hikmah yang terkandung di dalamnya,” lanjutnya.

Berita ini dikutip dari www.madaris3annuqayah.blogspot.com

Penampilan Siswi Semarakkan Maulid Nabi MI 3 Annuqayah


Muhammad-Affan, PPA Al-Furqaan

GULUK-GULUK—Pada hari Jum’at, 27 Maret 2009, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Peringatan Maulid Nabi Muhammad ini merupakan seremoni tahunan di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Meski agak terlambat, acara berlangsung sangat meriah.
Acara tersebut dihadiri oleh seluruh siswi MI 3 Annuqayah, para guru MI 3, dan perwakilan dari satuan pendidikan di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Adapun kepanitiaan sekaligus pembimbing untuk persiapan acara tersebut melibatkan para fasilitator Sanggar Pelangi dan KBMI (Kelompok Belajar MI 3 Annuqayah): Khafiyatul Jannah (fasilitator Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah), Mega Eka Suciyanti (fasilitator Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah dan KBMI), Siti Mailah (fasilitator Sanggar Pelangi), Fatimatuzzahrah (fasilitator Sanggar Pelangi), dan Irul Nur Jannah (volunteer dari XI IPA SMA 3 Annuqayah).
Untuk kali ini MI 3 Annuqayah mengundang Kiai Luqman El Hakim sebagai penceramah. Menariknya, dia dengan sangat lincah mampu mengaitkan cerita keteladanan Nabi Muhammad dengan dunia anak-anak. Ceramahnya yang sangat renyah mudah dicerna oleh anak-anak. Hal tersebut tidak terlepas dari pergulatan beliau selama ini dengan “dunia anak” di TK dan MI Nurul Islam, Sumber Pinang. Selama ceramah berlangsung, siswi-siswi MI 3 Annuqayah menyimaknya dengan sangat antusias.
Acara ditutup dengan penampilan-penampilan, nasyid, shalawat, dan musikalisasi puisi dari komunitas Sanggar Pelangi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Penampilan ini sangat meriah dan menarik, dan dapat menjadi ajang unjuk kreasi para siswi yang selama ini telah beraktivitas rutin mingguan di Sanggar Pelangi.

Sabtu, Maret 28, 2009

OMIM Diniyah Latee Kembali Adakan Bahtsul Masail

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK–Jum’at (27/3) OMIM (Organisasi Murid Intra Madrasah) Madrasah Diniyah Latee kembali mengadakan Bahtsul Masail setelah satu bulan lalu juga mengadakannya. Bahtsul Masail yang dihadiri oleh seluruh siswa kelas tiga sampai kelas Ibtida’i ini disambut dengan meriah oleh seluruh pihak di PPA Latee. Bahkan pengasuh PPA Latee, K.H. Ahmad Basyir AS, yang pada Bahtsul Masail yang pertama tidak hadir, pada Bahtsul Masail yang kedua ini memberikan sambutan. Bahtsul Masail yang diadakan di Mushalla Latee ini dimulai pada pukul 08.30 WIB dan berakhir pada 11.00 WIB.
“Bermusyawarah dalam mencari hukum fiqih itu sangat perlu sebagai benteng agama Islam,” kata K.H. Ahmad Basyir. Beliau juga menegaskan bahwa hal terpenting dari semua ini adalah pengokohan iman. “Karena iman itu bertambah dan berkurang,” tukas beliau.
Pembina Bahtsul Masail, Abd Basith Danker, juga mengatakan bahwa acara seperti ini memang perlu diadakan. “Karena kitab kuning yang dulu menjadi ‘makanan pokok’ para santri kini tidak lagi disukai karena perubahan zaman,” papar Basith.
Tak lupa para siswa Madrasah Diniyah yang hadir pada Bahtsul Masail ini juga merasa gembira. Mohammad Luthfi Al Farisi, misalnya, siswa yang masih duduk di kelas IV Ibtida’i, merasa senang dengan adanya acara ini karena bisa menambah pengetahuan seputar fiqih. “Dan juga dengan adanya acara ini saya bisa sedikit ‘membongkar-bongkar’ kitab untuk mencari referensi,” tuturnya.
Bahtsul Masail yang dihadiri oleh Ust. Hesbullah sebagai musahhih, Abd Basith Danker sebagai mubahis dan Samauddin sebagai moderator ini membahas tentang hukum pengantin yang tidak bisa melaksanakan shalat fardu karena didandani pada acara pernikahannya, sedangkan dandanan itu tidak bisa dihapus atau didandani lagi karena terlalu mahal dan sulit.

Berita terkait:
OMIM Diniyah Latee Gelar Bahtsul Masail

MA 1 Annuqayah Putra Adakan Workshop Bimbingan dan Konseling Religius


Djamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Rabu hingga Kamis (25-26/3) kemarin, MA 1 Annuqayah Putra mengadakan Workshop Bimbingan dan Konseling Religius, yang difasilitasi oleh konselor dari Surabaya yaitu Arif Ainur Rofik S.Sos.,S.Pd.,M.Pd. Acara ini bertempat di Aula MA 1 Annuqayah dan diikuti 25 peserta, utusan dari berbagai instansi sekolah dan komplek Pondok Pesantren Annuqayah.
”Anak didik itu harus didekati dengan kasih sayang dan bukan dengan kekerasan, sehingga perlu adanya arahan dan bimbingan pada para guru tentang bagaimana cara menghadapi siswa,” tutur K. Muhammad Ali Fikri, S.Ag., Kepala MA 1 Annuqayah dalam sambutannya.
”Saya mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala MA 1 Annuqayah dan seluruh instansi yang terkait, karena sudah menggagas pelatihan ini, karena pelatihan ini sangat penting bagi seluruh guru,” tutur K.H. A. Hanif Hasan, Ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah.
Para peserta Workshop merasa sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan ini, karena kegiatan ini sangat bermanfaat dalam mendidik siswa. “Saya merasa sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan Workshop ini, karena sangat bermanfaat untuk mendidik siswa dan dengan mengikuti kegiatan ini saya sedikit bisa belajar tentang psikologi siswa,” ungkap Ainul Fadhal, salah seorang peserta.
Berbagai materi di bidang bimbingan dan konseling didalami selama dua hari ini. Acara di hari kedua tampak lebih semarak dan aktif. Di akhir acara, Arif memberikan komentarnya. “Kesan saya adalah bahwa selama ini pesantren juga telah mengembangkan konseling. Ini terbukti dari para peserta baik guru maupun yang lain yang selalu aktif bertanya tentang kendala yang dihadapi oleh siswa dan santri selama ini,” tutur Arif dalam sesi penyampaian kesan.

KCN Lubangsa Selatan Luncurkan Antologi Cerpen Kelima

Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan

GULUK-GULUK—Untuk membuktikan eksistensinya, Komunitas Cinta Nulis (KCN) PP Annuqayah Lubangsa Selatan kembali meluncurkan antologi cerpennya yang ke-5. Antologi kali ini, yang diproyeksikan terbit tiap dua bulan sekali, masih diisi oleh wajah-wajah lama—masih orang dalam sendiri. Namun ada satu penulis yang diundang untuk juga turut meramaikan karya-karya dalam antologi tersebut, yaitu Ana FM.
Antologi yang mereka beri judul Lembaran yang Hilang ini menampung sedikitnya enam buah judul cerpen dengan ketebalan 25 halaman. Di antaranya berjudul “Tragedi Cempaka” (Moh. Warid ), “Lembaran yang Hilang” (Fandrick HS Putra), “Hujan Senja Terakhir: (Ana FM), “Persidangan Sore Sebuah Keluarga” (Muktirrahman Syaf), “Mahkota Khatulistiwa” (karya Moh. Riski), dan “Perempuan Pilihan Ibu” (karya Badrus Syamsi).
Tiap cerpen dalam kumpulan ini membawa ragam warna yang berbeda-beda, tak seperti tema pada cerpen-cerpen terdahulu yang setia dengan tema cinta. Dalam kumpulan ini hanya satu yang bertema cinta, “Perempuan Pilihan Ibu” karya Badrus Syamsi. Muktir, sapaan Muktirrahman, juga mengulas masalah cinta namun dengan pendekatan yang lebih luas. Cerpen-cerpen yang lain berkisah tentang tema sosial. Misalnya cerpen Moh. Warid yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang dicerca dan dihina oleh para tetangga oleh karena mengidap penyakit yang mengerikan, wajahnya kena borok akut. Sehingga Paka (nama pendek dari Cempaka, tokoh cerita itu) dipinggirkan dari kehidupan sosial. Mereka menganggap Paka telah melakukan sesuatu yang melanggar agama, sehingga dilaknat Tuhan dan kena azab. Namun, anggapan orang perlahan berubah tatkala Paka meninggal dunia setelah mereka membakar rumahnya tanpa ampun. Beberapa hari berselang tercium aroma harum cempaka dari kuburan Paka dan tempat di mana Paka menghembuskan napas terakhirnya.
Novelis Ana FM berkisah tentang kenangan bersama kakeknya. Ceritanya mengalir merepresentasikan bagaimana kenangan tentang kehidupan kakeknya begitu melekat dalam memori otak sang tokoh “aku”. Saking dekatnya sehingga sang cucu harus menemaninya saat sang kakek mau tidur. Dari kakek itu sang cucu bisa mendapatkan kisah masa lalu tentang jalan panjang negeri ini menggapai kemerdekaan. Kakek pun sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkisar seputar permasalahan yang terjadi dalam tubuh negara kita. Namun, di akhir cerita sang tokoh utama tak bisa menemani kepergian sang Kakek karena saat itu ia berada dalam angkot yang mengantarnya ke kantor.
Fandrick HS Putra bercerita tentang seorang pengarang cerpen yang karena tidak ada media yang mau memuatnya lalu memberikan secara cuma-cuma kepada para pengendara yang ia sambangi di jalan raya. Nahasnya, ia tertabrak mobil saat membagi-bagikan cerpen tersebut.
Antologi cerpen yang ke-5 kali ini memiliki kelebihan. Sampulnya lebih cemerlang dibanding terbitan-terbitan sebelumnya yang hanya di fotokopi. Meski dengan pertaruhan modal yang agak mahal anggota KCN merasa membutuhkan suasana baru.
KCN didirikan pada September 2007 oleh Zaiturrahiem, santri Lubangsa Selatan yang kini menjadi wartawan sebuah koran lokal. Rentang waktu tiga tahun itu memang cukup panjang bila dibandingkan dengan karya-karya yang dihasilkan komunitas ini—selama 3 tahun hanya menghasilkan 5 kumpulan cerpen. Bukan harapan dari anggota KCN untuk hanya menghasilkan karya yang sedikit itu. Tapi, ada banyak kendala yang membelit proses penerbitan karya-karya mereka. Di antaranya, sulitnya dana. Komunitas ini memang sedari awal membiayai ongkos penerbitannya sendiri. Mereka menarik sumbangan dari anggota yang hanya tidak sampai sepuluh orang. Karya-karya dari edisi 1-4 dicetak dalam bentuk stensilan. Hal itu sesuai kemampuan para pengelola komunitas tersebut.
Di samping itu komunitas ini sempat vakum karena ditinggal pergi oleh pengelolanya, Zaiturrahiem, yang hengkang dari PP Annuqayah Lubangsa Selatan hampir setahun yang lalu untuk memulai suasana hidup baru sebagai wartawan. Praktis semenjak itu koordinasi menjadi terabaikan dan rutinitas menjadi mandeg.
Namun, beberapa bulan terakhir inisiatif muncul untuk menggairahkan kembali komunitas ini. Beberapa anggota yang masih tersisa berhasrat menerbitkan antologi baru. Meski anggota yang tersisa sekarang hanya tinggal empat orang namun keinginan itu tetap terpacak dalam hati mereka. Terbukti kini mereka meluncurkan Lembaran yang Hilang.

Jumat, Maret 27, 2009

Karang Jati Putri Gelar Presentasi Mading

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Rabu (25/3) malam kemarin pukul 19.30 di Karang Jati Putri, pengurus Divisi Pendidikan menggelar acara presentasi mading. Karya 9 kelompok yang sebelumnya terbit setiap sepuluh hari itu tiba pada puncak persaingan nyata. Khofiyatul Jannah dan Mamluatul Bariroh selaku pengurus Divisi Pendidikan mengatakan bahwa persaingan sebelumnya memang hangat. Setiap kali mading terbit dengan sensasi baru, maka pasti kelompok selanjutnya meluncurkan mading yang lebih unik dan menakjubkan. “Kini masing-masing kelompok akan saling membantai,” tambah Atul—panggilan Khofiyatul Jannah.
Terbuktilah sudah bahwa santri Karang Jati memang doyan berkarya dan menciptakan kreasi baru. Hal ini dibuktikan dari tahun ke tahun, setiap lomba mading digelar selalu ada persaingan positif yang mampu menggugah semangat lawan. Semangat itu setiap tahun selalu bertambah. Dan pada tahun ini stok semangat itu telah tumpah ruah.
Saat acara berlangsung heboh, Istifadatul Qamariyah, salah satu peserta, mengatakan bahwa ia akan membuat lawannya takluk dan menyerah. Nada bicaranya agak tegang dan bola matanya yang berkobar-kobar seolah baru disiram bensin dan dibakar kelompok lawan yang tampil sebelumnya, yaitu Irul Nur Jannah. “Saya harus lebih mantap,” katanya.
Memang terbukti, ketika Iis—panggilan Istifadatul Qamariyah—tampil ia meniru gaya Feni Rose dalam acara Silet di stasiun RCTI. Ia membawa suasana menjadi tegang sejenak, kemudian ramai kembali ketika sesi tanya-jawab. Lebih-lebih saat ia ditanya mengenai madingnya yang bertema Play Group. Dengan santainya ia menjawab, “Ya, karena saat proses pembuatan mading ini kita bermain-main.” Tawa semakin riuh. Disusul dengan jawaban-jawaban gokilnya yang selanjutnya.
Karena Iis telah tampil secara hampir sempurna, bahkan menyulap suasana menjadi lebih heboh, maka Eni, sapaan akrab Siti Nur Aini, bersama kelompoknya yang kebetulan merupakan peserta setelah Iis, berteriak Allahu Akbar. “Saya bisa! Saya harus bisa! Saya pasti bisa!” katanya dengan mengepalkan tangan dan menonjok-nonjokkan tangannya ke atas kepala.
Nurul Qamariyah, Ketua Pengurus PPA Karang Jati Putri, mengatakan, sebagai pengurus Divisi Pendidikan memang seharusnya bisa memupuk semangat seluruh siswa agar tetap terjaga. “Salam semangat, berkarya, dan takwa,” katanya menutup acara presentasi.

PERSADA Resmi Ditutup

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Rangkaian acara Perkemahan Satya Dharma (PERSADA) yang diadakan oleh Pramuka Annuqayah resmi ditutup Kamis (26/3) sore kemarin. Perkemahan yang diikuti oleh 35 regu dari empat kabupaten di Madura ini ditutup dengan upacara yang dihadiri oleh Ketua Kwartir Ranting Guluk-Guluk, Hafid. Upacara tersebut dimulai pukul 15.30 WIB dan berakhir 17.17 WIB.
Dalam amanah pembina upacara, Hafid yang sekaligus menutup perkemahan ini mengatakan bahwa tujuan dari terselenggaranya perkemahan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kepramuakaan dan melatih mental generasi muda. “Juga agar ukhuwah islamiyah kita semakin erat,” papar Hafid.
Tak lupa juga ketua panitia, Ghazali, mengungkapkan bahwa dia bersyukur dengan terselenggaranya perkemahan ini dengan sukses dan nyaris tanpa halangan yang berarti. “Ini membuktikan bahwa Pramuka Annuqayah masih tetap eksis,” kata Ghazali.
Dalam perkemahan yang dilaksanakan selama empat hari ini, ada regu terbaik, berurut dari yang pertama adalah regu Cobra Maling utusan PP Ummul Quro Pamekasan, regu King Cobra utusan LPI Nurud Dhalam, Black Cobra utusan Mathlabul Ulum Jambu Lenteng, Black Hawk utusan Raudlatul Najah, Serigala Team utusan Al Amien Prenduan dan Rajawali utusan An Nafi’iyah Bangkalan. Untuk utusan Annuqayah selaku tuan rumah tidak mendapatkan juara.
Perkemahan ini diakhiri dengan saling bersalaman antara peserta dan panitia sebagai pertanda dalam pramuka bahwa tidak ada permusuhan di antara mereka—yang ada hanyalah persahabatan.

Kamis, Maret 26, 2009

Siswa SMA 3 Annuqayah Belajar Lapangan tentang Gula Merah dan Jubedhe


Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Tim Gula Merah Pohon Siwalan SMA 3 Annuqayah untuk Lomba School Climate Challenge British Council melakukan riset data tentang kemelut pangan gula merah ke bumi Cecce’ Laok Pragaan Sumenep Selasa (24/03) kemarin. Sejatinya tim yang berjumlah 5 siswa dan 2 guru itu berangkat dengan persiapan yang minim, tetapi karena sudah tertunda beberapa kali maka akhirnya mereka berangkat juga. “Kalau ditunda-tunda terus maka ke belakang kita akan sulit mendapatkan waktu. Bukan mudah mendapatkan nira untuk praktik membuat gula merah, apalagi saat hujan masih sering turut seperti saat ini,” kata Syaiful Bahri, guru pembimbing tim tersebut. Menurut Syaiful, tanpa persiapan pun yang sempurna pun mereka tetap akan bisa melakukan riset di lapangan.
Memang dua hari sebelumnya tim riset telah mengadakan pertemuan. Namun karena mereka belum tahu pasti kapan akan berangkat terjun ke lapangan maka mereka hanya menyiapkan pelajaran untuk penguatan kapasitas saja. Ekatur Rahmah, salah satu anggota tim, mengatakan bahwa ia dengan timnya hanya mengkliping data dan merancang jadwal secara terperinci. Baginya ini merupakan tantangan yang harus ia terjang dengan sukses. “Kami pasti bisa,” tambahnya.
Rombongan berangkat sekitar pukul 10.00 WIB dari sekolah. Dalam waktu setengah jam mereka sampai di tempat tujuan. Mereka disambut dengan senyum lebar oleh Halik, petani gula merah yang menjadi tempat riset kali ini. Kemudian kami disambut dengan nira hangat yang mengusir dahaga.
Alhamdulillah interview berlangsung sukses. Pak Halik dan anaknya yang bernama Hayati itu begitu semangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh 2 anggota tim bagian riset data dan dokumentasi. “Mon ghi’ badah se ta’ jelas dhulih tanyaagi, Bhing! Ma’le pas tontas (kalau masih ada yang tak jelas, cepat tanyakan Nak! Agar tuntas),” kata pak Halik dengan logat bumi Cecce’-nya yang khas.
Setelah acara interview selesai, Pak Halik mempraktikkan secara detail cara mengambil nira sampai proses pengolahan selesai. Bahkan ia juga memperkenalkan seluruh nama alat-alat untuk menghasilkan nira.
Ada satu pertanyaan yang membuat semua haru. Yaitu mengenai proses penjualan di pasar. Bila Bu Hayati menjual gula merahnya di pasar, maka harganya berkisar antara Rp 3.500,- atau kadang bila mujur Rp 7.500,-. Namun yang mujur itu jarang mereka peroleh. Belum lagi ketika para pembeli melontarkan tawarannya. Mus’idah, guru pembimbing tim, mengatakan bahwa yang demikian itu membuatnya prihatin. “Bila dibandingkan dengan nilai kerja Bu Hayati sungguh tidak sesuai dengan nilai nominal yang diperoleh,” Mus’idah menambahkan. Tim berpamitan, Bu Hayati mempersilakan kepada mereka untuk membawa gula merah yang mereka buat sendiri saat praktik.
Acara berlangsung tak hanya di situ. Kemudian tim melanjutkan perjalanan yang kedua yaitu ke Desa Karduluk untuk mempelajari cara membuat jubedhe—makanan ringan berbahan gula merah. Hanya sebentar saja tim telah bisa mempraktikkan cara membuat “kurma madura” itu. Jadi acara yang kedua ini tidak berlangsung lama. “Kok hanya sebentar, Nak,” Bu Zainab selaku juragan jubedhe menunjukkan raut wajah yang seakan-akan masih ingin berlama-lama dengan Tim Gula Merah. Namun karena tim masih mempunyai agenda lain, jadi mereka melanjutkan perjalanan pulang. Rombongan tim tiba di Sabajarin pada pukul 14.00 WIB.

Berita ini dikutip dari www.madaris3annuqayah.blogspot.com

Empat Orda di Lubangsa Serempak Peringati Maulid Nabi

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Pada bulan Rabi’ul Awwal ini, seluruh umat Islam di seantero dunia turut merayakan hari kelahiran sang proklamator Islam, Nabi Muhammad saw. Di Annuqayah pun tidak turut ketinggalan. Baik pesantren maupun organisasi-organisasi yang ada di Annuqayah, hampir semua menyelenggarakan peringatan maulid Nabi.
Senin (23/3) kemarin, tercatat ada tiga organisasi daerah (Orda) yang ada di PP Annuqayah Lubangsa serempak merayakan peringatan Maulid. Tiga organisasi tersebut yakni Ikatan Santri Annuqayah Jawa (Iksaj), Ikhwanussyubban al-Islamiyyin (ISI), dan Ikatan Santri Bragung (Iksbar).
Selain itu, ada lagi satu Orda di Lubangsa yang turut merayakan, yakni Ikatan Santri Pamekasan Sampang (Iksapansa). Organisasi tersebut sebenarnya bukan lagi merayakan Maulid, akan tetapi acara laporan pertanggungjawaban Maulid Nabi yang diadakan di luar pesantren. Namun acara itu masih dikemas dalam acara maulidan, seperti yang terlihat pada pembacaan diba’.
Semua acara Orda tersebut ditempatkan di MA 1 Annuqayah. ISI di kelas II IPS 1, Iksaj di kelas I-B, Iksbar di kelas III IPS 1, dan Iksapansa di kelas III IPS 2. Format acara semua Orda itu sama, yakni ceramah keagamaan.
Menurut penuturan pengurus Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O), Ahmad Noval, dari dulu tidak pernah Orda mengadakan acara serempak seperti ini. “Baru kali ini saya lihat mereka serempak adakan sebuah acara. Saya sangat bangga sekali dengan mereka. Sebagai umat Muhammad, mereka telah menunjukkan rasa cintanya kepada beliau,” ungkap pengurus yang telah mengabdikan diri selama tiga tahun di divisi P2O itu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Masduki, Ketua Iksapansa. Menurutnya, pantaslah organisasi di pesantren ini mengadakan peringatan tersebut. ”Apalagi acara peringatan Maulid ini adalah program kerja tahunan organisasi kami,” ungkap santri asal Kadur, Pamekasan tersebut.
Meskipun bulan Rabi’ul Awwal sudah hampir berakhir, namun mereka tetap antusias merayakan peringatan Maulid tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Iksaj, Iksapansa, ISI, maupun Iksbar, mereka sepakat bahwa “keterlambatan” penyelenggaraan Maulid ini tak jadi masalah. Apalagi hal itu juga dikarenakan kerena orda baru aktif setelah liburan Maulid.
“Yang penting kan peringatannya, bukan masalah waktunya. Toh masih dalam bulan kelahiran beliau,” ungkap ketua Iksaj, Umar Faruq.

Rabu, Maret 25, 2009

Pramuka Nirmala Berpartisipasi di Ajang PERSADA

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Senin (23/3) Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nirmala mendelegasikan satu regu pramuka untuk Perkemahan Satya Dharma (PERSADA) yang bertempat di bukit Lancaran, tepatnya di belakang kampus STIK Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep. Sebanyak 12 peserta yang tergabung dalam satu regu yang bernama “Bilis Power” berangkat dari PPA Nirmala pada pukul 09.00 WIB dipimpin oleh M. Nuruzzaman (Pengurus Pramuka, PMR dan Olahraga).
12 peserta tersebut terdiri dari 10 siswa MA/sederajat dan 2 peserta siswa Madrasah Tsanawiyah 1 Annuqayah. Menurut M. Nuruzzman, keikutsertaan 2 siswa MTs dalam kegiatan ini ialah dalam rangka regenerasi. Sebab dia melihat saat ini kader-kader pramuka di Nirmala sudah mulai berkurang.
“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Nirmala kali ini hanya mengirimkan satu regu saja. Hal itu disebabkan kekurangsiapan pihak pengurus maupun pihak santri itu sendiri,” tutur Nuruz.
Ditemui secara terpisah, A. Fadali, ketua pengurus PPA Nirmala merasa bangga sekaligus kagum terhadap santri Nirmala yang ikut serta dalam PERSADA, sebab kalau dilihat dari persiapannya kurang begitu maksimal. “Kami berharap agar mereka bisa berkompetisi dengan baik dan juga berhasil,” harapnya.
Seluruh peserta PERSADA akan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan lomba yang diadakan oleh panitia. Kegiatan lomba dalam perkemahan tersebut akan berlangsung selama empat hari, yakni mulai 23 hingga 26 Maret. Dari berbagai lomba tersebut, akan ditentukan siapa yang terbaik di antara 35 regu yang ada.

UN Kian Dekat, Santri Berlomba-Lomba Istighasah

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) kurang dari satu bulan lagi. Para siswa baik tingkat SLTP atau SMA dan sederajat mulai mempersiapkan diri menghadapi ujian yang menjadi “momok” bagi kalangan siswa di seluruh Indonesia itu dengan mengikuti Bimbingan Khusus (Bimsus) atau Les Private yang diadakan oleh sekolah ataupun oleh siswa itu sendiri. Tapi kesibukan mengikuti BIMSUS tersebut seakan tak terjadi di PP Annuqayah. Bahkan tidak sedikit dari siswa kelas akhir baik tingkat MTs ataupun MA sederajat yang kurang semangat mengikuti Bimsus.
Bagi para siswa di Annuqayah Bimsus seakan bukan program wajib yang harus mereka kerjakan menghadapi UN. Yang mereka pikir lebih penting untuk dilakukan sebagai persiapan menghadapi UN adalah Istighasah atau Gerbat (Gerakan Batin) di asta-asta para masyayikh Annuqayah.
Hasan Basri, misalnya, siswa kelas XII IPS SMA Annuqayah ini sudah melakukan gerbat sejak setengah bulan yang lalu bersama teman-teman sekelasnya. “Gerbat juga merupakan salah satu usaha yang harus kami lakukan dalam menghadapi UN. Mungkin saja dengan gerbat, berdoa tiap malam, Allah bisa memberikan keajaiban,” ujarnya. Dia juga mengatakan yang dia lakukan sebagai persiapan UN bukan hanya itu saja tapi dia juga mengikuti Bimsus. “Bimsus kan tidak harus setiap hari. Bimsus bisa dilaksanakan waktu jam sekolah kan?” lanjutnya.
Begitu juga Ahmad Faruqi, siswa Kelas XII MA Tahfidh Annuqayah ini juga telah mengadakan gerbat bersama teman-teman sekelasnya sejak satu minggu yang lalu. Dia merasa jika persiapan UN difokuskan pada Bimsus saja kurang mantap. Apalagi materi yang diujikan di UN merupakan materi yang sangat jarang bisa dikuasai oleh para siswa khususnya di pesantren. “Kayak Matematika kan sedikit para siswa yang bisa menguasainya. Mungkin saja dengan adanya gerbat ini Allah bisa memberikan bantuan yang tak disangka oleh akal,” kata Faruqi.
Hal didukung oleh sebagian guru. Abd Basith Mansur misalnya, guru MA Tahfidh Annuqayah, mengatakan gerbat memang perlu dilaksanakan sebagai penyucian hati. “Ketika hati sudah suci ilmu yang kita pelajari akan cepat masuk ke otak dan akan menempel,” paparnya.
Tapi ada juga siswa yang merasa Bimsus itu perlu diadakan. Romaiki Hefni misalnya, siswa MA 1 Annuqayah Putra mengatakan Bimsus harus diadakan karena merupakan salah satu usaha untuk bisa menjawab soal-soal UN. “Mestinya, berdoa itu dibarengi dengan usaha," ungkap Romaiki.

Selasa, Maret 24, 2009

Perkemahan Satya Dharma Gudep 0761 Resmi Dimulai


Ahmad Al Matin & M. Faiz Arifanto, Tim Data Sekretariat PPA

GULUK-GULUK—Perkemahan Satya Dharma (PERSADA) yang dilaksanakan oleh Gerakan Pramuka Gugus Depan 0761 PP Annuqayah resmi dimulai pada hari Senin (23/3) kemarin dan dibuka oleh Ketua Kwartir Cabang Sumenep, Wagiman. Perkemahan yang diikuti oleh 35 regu dari empat kabupaten di Madura ini diletakkan di belakang kampus STIKA.
“Perkemahan ini kami laksanakan sebagai ajang silaturrahim dan kompetesi bagi seluruh anggota Pramuka yang ada di Madura ini,” kata Mumdarin, Ketua Gudep 0761. Dia juga mengharap meski perkemahan ini sebagai ajang kompetisi, tidak ada saling dendam antara peserta. “Saling dendam bukanlah ciri khas anggota Pramuka yang mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma,” lanjut Mumdarin.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Kwartir Cabang Sumenep, Wagiman, dalam sambutannya di upacara pembukaan. Dia mengharap Perkemahan Satya Dharma ini dijadikan kompetisi tapi tidak saling dendam. “Dan juga, dalam perkemahan ini adik-adik anggota Pramuka bisa bertahan meskipun misalnya nanti lampu padam, hujan, dan terkena terik sinar matahari. Karena hal seperti itu sudah biasa bagi anggota Pramuka,” ungkap Wagiman.
Perkemahan ini disambut meriah oleh para peserta. Ainun Najib, salah satu utusan Gudep Annuqayah mengungkapkan bahwa dia sangat senang dengan kegiatan ini. “Dengan adanya perkemahan ini saya dengan teman-teman bisa berkompetisi dan berlomba menjadi yang terbaik dengan Gugus Depan yang lain seperti Al Amien Prenduan,” papar Ainun.
Untuk diketahui, satu jam sebelum upacara dilaksanakan, bumi Annuqayah diguyur hujan yang cukup deras sehingga membuat bumi perkemahan yang ada di bukit Lancaran menjadi becek. Meski begitu, ini tidak membuat para peserta dan panitia putus asa dan patah semangat dan mereka menjadikan hujan ini sebagai ujian pertama bagi mereka. “Hujan ini tidak menjadi kendala dan tidak mematahkan semangat kami. Kami anggap hujan ini sebagai ujian pertama bagi peserta dan panitia,” ungkap Ghazali sebagai Ketua Panitia.

Senin, Maret 23, 2009

Takmir Mushalla Latee Peringati Kelahiran Nabi

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Di bulan Rabi’ul Awal, umat muslim berlomba-lomba untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Para Ahad (22/3) malam giliran Takmir Mushalla PPA Latee yang memperingatinya. Acara yang dihadiri seluruh santri PPA Latee ini dimulai pada pukul 20.30 WIB dan berakhir pada 22.05 WIB. Rangkaian acaranya adalah pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, pembacaan shalawat, sambutan Ketua Pengurus PPA Latee, sambutan pengasuh, dan ceramah agama oleh K.H. Fahri.
“Acara ini kami laksanakan untuk menghormati Rasulullah saw karena beliaulah sang pembawa cahaya dan suri teladan yang baik bagi umat Islam,” kata Moh. Khalis selaku Sekrataris Panitia.
Senada dengan Kholis, Abd Rofiq Abdullah, ketua pengurus PPA Latee, juga menyampaikan bahwa peringatan maulid ini dilaksanakan sebagai rasa cinta kepada sang pembawa petunjuk, Nabi Muhammad. “Dan juga setelah acara ini kami mengharap teman-teman santri bisa lebih cinta dan mengaplikasikan akhlak dan perintah Rasul dalam kehidupannya,” papar Rofiq.
Dalam ceramahnya, K.H. Fahri juga mengharap agar setelah bulan Rabi’ul Awwal ini kita seluruh umat Islam tambah cinta kepada Rasul kita. “Rasa cinta itu bukan hanya di bulan Rabi’ul Awwal saja tapi setiap bulan, setiap waktu, dan setiap segi kehidupan kita. Membaca shalawat bukan hanya di bulan ini saja tapi juga setiap waktu, setiap kita ingat pada Nabi kita,” terangnya.

Jelang UN, Hafidz Mengejar Ujian Susulan

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Setelah dua bulan pulang dan dirawat di rumahnya di Rambi Puji, Jember, lantaran penyakit radang tenggorokan yang dideritanya, Muhammad Hafidz (15), santri PP Annuqayah Lubangsa yang juga tercatat sebagai siswa kelas III-E MTs 1 Annuqayah harus cepat-cepat mengejar ketertinggalannya dalam mengikuti ujian susulan semester satu.
Ia tidak mengikuti seluruh mata ujian semester satu disebabkan pas setelah hari pertama dimulainya ujian semester satu, yakni pada tanggal 5 Januari 2009, ia terpaksa harus pulang ke rumahnya di Jember. Jadi ia harus segera mengejar seluruh ketertinggalannya mengingat ujian akhir sekolah (UAS) dan Ujian Nasional (UN) semakin dekat.
Setelah kembali ke pondok pada 10 Maret 2009 yang lalu, dua hari berikutnya ia mendatangi Kepala MTs 1 Annuqayah, Mafrudah, S.Ag., di kediamannya di Desa Payudan Nangger. Ia menuturkan sebab musabab mengapa ia sampai selama itu di rumah. Ia juga bertanya apakah masih ada harapan untuk mengikuti ujian susulan semester satu. Beliau tak lantas menjawab. Ia meminta Hafidz untuk menunggu keputusan dua hari berikutnya.
Setelah hari yang dinanti itu tiba, Mafrudah memberi rekomendasi untuk mengikuti ujian susulan dengan memberikan selembar surat keterangan dan 17 amplop kosong untuk nilai setiap mata pelajaran yang akan diujikan oleh guru pengampu masing-masing. “Melihat keputusannya yang memberi izin untuk ujian susulan saja, saya sangat bahagia sekali. Kali ini saya harus berjuang untuk ujian susulan dari masing-masing guru,” ungkap santri yang baru sembuh dari penyakit radang tenggorokan itu.
Sejak kecil ia sudah menanggung beban penyakit itu. Dan kali ini penyakit yang dideritanya mengantarkan ke rumah sakit dr. Soebandi, Jember. Keputusan itu harus dilakukan mengingat rumah sakit yang ada di Sumenep tidak mampu membersihkan penyakit yang melekat di tenggorokannya itu.
“Katanya di sana tidak ada alat untuk membersihkan nanah yang ada di tenggorokan saya. Jadi saya memilih untuk berobat di rumah saja. Lagi pula lebih dekat dengan orang tua,” tuturnya.
Menurut pengakuannya, setelah dirawat selama sebulan, ia sudah mendapat izin dokter untuk kembali ke pondok. Akan tetapi, gara-gara ia makan bakso terlalu pedas, penyakit yang bisa menghilangkan suaranya itu kambuh lagi. Terpaksa ia harus dilarikan ke rumah sakit itu lagi untuk yang kedua kalinya.
Selanjutnya, Hafidz menyelesaikan ujian susulannya pada guru masing-masing, dan berharap agar mendapat nilai yang memuaskan.

Minggu, Maret 22, 2009

Pemulung Sampah Gaul Kembali Aksi Memulung


Siti Nujaimatur Ruqayyah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK— Tim PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah kembali beraksi memulung sampah-sampah di TPA umum atau yang biasa disebut Taman Kodok dan di TPA kawasan PPA Al-Amir pada hari Jum’at (20/3) kemarin. Sejatinya, kegiatan ini adalah salah satu program proyek PSG dalam mengikuti Lomba School Climate Challenge yang diselenggarakan oleh British Council. Berbeda dengan sebelumnya, peserta aksi memulung kali ini bukan hanya anggota PSG. Selain siswa SMA 3 Annuqayah, aksi ini juga diikuti oleh siswa MTs 3 Annuqayah.
Sekitar pukul 06.45 WIB, para peserta berkumpul di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Peserta terdiri dari 32 orang, meliputi 27 siswa dan 5 orang pendamping. Para pendamping aksi itu kali ini adalah: M. Mushthafa (fasilitator tim PSG), Mus’idah Amien (Pembina OSIS SMA 3 Annuqayah), Nurul Qamariyah, Mamluatul Bariroh, dan Khafiyatul Jannah (ketiganya adalah pengurus PPA Karang Jati Putri).
Sesuai dengan jumlah TPA yang menjadi tempat aksi, para peserta dibagi menjadi dua kelompok. 11 siswa yang didampingi oleh Mus’idah Amien dan Mamluatul Bariroh beraksi di TPA Al-Amir, dan 16 siswa lainnya memulung di TPA Taman Kodok dengan pendamping Nurul Qamariyah dan Khafiatul Jannah. Sedangkan M. Mushthafa mengkoordinasi dua kelompok tersebut.
Sebelum berangkat, peserta berkumpul di halaman SMA 3 Annuqayah untuk mendapatkan arahan dari tim koordinator. “Bagaimana apakah semuanya sudah siap?” sapa Irul Nur Jannah, salah satu tim inti proyek PSG memulai pengarahan. “Siap!” jawab mereka serentak. Rupanya itu adalah cara Irul untuk membakar semangat mereka. “Baiklah, kalau begitu ayo kita awali kegiatan ini dengan berdoa bersama,” lanjutnya. Kemudian tepat pukul 07.00 WIB WIB setelah selesai berdoa dan pengarahan, peserta aksi berangkat berbondong-bondong menuju dua TPA tersebut.
Aksi memulung dimulai. Entah apa karena sudah lama tak beraksi, saat melihat sampah-sampah berserakan, mereka langsung berlomba-lomba, saling berebut dan berusaha menjadi orang yang paling banyak memperoleh sampah. Mereka seperti menemukan harta karun yang sangat berharga. Ini terjadi di kedua TPA tersebut.
Sampah plastik di TPA Al-Amir tergolong sedikit, bila dibandingkan dengan TPA Taman Kodok yang merupakan tempat pembuangan sampah dari beberapa pesantren daerah di Annuqayah. Tak sampai satu jam, aksi memulung di TPA Al-Amir diakhiri. Seperti tak mengenal lelah, kelompok ini kemudian bergabung dengan kelompok TPA Taman Kodok.
Meskipun hari itu didera dengan panas matahari yang menyengat, suasananya masih tetap berwarna dengan semangat dan keceriaan. “Sambil mengisi waktu libur, hitung-hitung ikut beraksi menyelamatkan alam”, kata Amina siswa MTs 3 yang ikut memulung saat itu. Dia tetap tersenyum dan tak menghiraukan perkataan teman-temannya yang menganggap pekerjaan itu hanyalah membuang-buang waktu saja. “Itu urusanku,” jawabnya menimpali.
Akhirnya setelah berlangsung sekitar satu jam, aksi memulung ini diakhiri. Sesudah mengambil gambar untuk dokumentasi, para pemulung itu kembali menapaki jalanan untuk kembali ke sekolah.
Tapi bukan berarti kegiatan telah usai. Mereka hanya meluangkan waktu sebentar untuk beristirahat. Masih ada dua tahap yang harus dijalani. Sampah yang telah dikumpulkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Jadi mereka semua berduyun-duyun membawa tumpukan sampah itu ke parit untuk dicuci. Kurang lebih satu jam waktu yang diperlukan dalam bergotong-royong mencuci sampah-sampah tersebut. Hingga akhirnya mereka sadar bahwa perut mereka telah memanggil-manggil sedari tadi untuk dikasihani. Tenaga sudah mulai terkuras.
Tak terasa waktu makan telah tiba. Mereka berkumpul di halaman, berteduh di bawah naungan pohon asam, membentuk lingkaran untuk makan bersama. Akhirnya tenaga mereka sudah pulih. Siap menuntaskan kegiatan di hari itu, yaitu menjemur sampah-sampah yang telah dicuci dengan cara disusun rapi menggunakan jarum dan benang untuk memudahkan penjemuran.
Demikianlah. Sampah-sampah plastik yang telah dibersihkan itu digantungkan di pohon-pohon dan sebagainya di lingkungan sekolah. Beberapa orang tua santri yang sedang mengunjungi putrinya di pondok tampak melihat sampah-sampah tersebut.
Keesokan paginya, sampah-sampah yang telah bersih dan kering itu kemudian dirapikan dan diletakkan dalam kardus. Sampah-sampah plastik itu akan dijinakkan, agar tak cepat melukai bumi. Sampah-sampah itu akan disulap menjadi kriya kerajinan yang bernilai guna.

Nirmala Peringati Maulid Nabi Muhammad saw

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Jum’at (20/3) malam Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nirmala merayakan Maulid Nabi Muhammad saw yang perayaannya digabung dengan acara Penobatan Santri Berprestasi Madrasah Diniyah Nirmala (MADINA) semester pertama. Acara ini bertempat di halaman PPA Nirmala. Acara yang dimulai pada pukul 20.28 WIB ini disambut meriah oleh para santriwan dan santriwati.
Dalam kesempatan tersebut hadir K.H. A. Hamidi Hasan, pengasuh harian PPA Nirmala, beserta seluruh pengurus dan para ustadz MADINA. Kegiatan tersebut diisi dengan beberapa acara, yaitu pembacaan ayat-ayat suci alqur’an, pembacaan shalawat barzanji, prakata panitia, sambutan-sambutan, ceramah agama, yang diisi oleh K. Harisul Umam, dan acara terakhir ditutup dengan doa.
Dalam sambutannya, M. Musni, ketua panitia peringatan Maulid, menuturkan bahwa ini adalah kegiatan rutin yang masuk dalam program PPA Nirmala. “Selain itu, acara ini kami laksanakan dengan tujuan agar para santri lebih menyukuri dan meneladani tingkah laku Nabi,” lanjutnya.
Pernyataan yang serupa juga dituturkan oleh K.H. A. Hamidi Hasan. ”Memperingati maulid ini adalah kesyukuran bagi kita. Nabi sendiri merayakan kelahirannya dengan carabanyak berpuasa dan memperbanyak ibadah,” tutur beliau dalam sambutannya.
“Meneladani dan menjadikan Nabi sebagai uswah merupakan bentuk kesyukuran bagi kita semua atas kelahiran beliau yang telah banyak menciptakan perubahan,” lanjutnya.
K. Harisul Umam, penceramah asal Bakeong, dalam pidatonya mengingatkan agar para santri taat dan patuh pada gurunya. Juga agar kita selalu mengambil pelajaran dan hikmah dari diutusnya Nabi Muhammad dengan cara mengikuti lalampan beliau.
Di akhir acara, Sanggar Sabda Nirmala juga ikut memeriahkan acara ini dengan penampilan yang mereka pentaskan, yakni pembacaan puisi dengan judul “Mengenangmu”.

Jelang UN, Lubangsa Adakan "Gerbat"

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Semakin dekatnya waktu pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Nasional (UN), dan semakin tingginya standar kelulusan UAN, pengurus PPA Lubangsa seksi P2PK (Peribadatan dan Pengembangan Keilmuan) pada hari Jum’at (20/3) malam kemarin memulai “gerakan batin” (populer dengan istilah gerbat) khusus bagi siswa kelas akhir, baik MTs maupun MA/SMA atau sederajat.
Gerbat yang biasa menjadi rutinitas setiap tahun demi menyambut datangnya UN/UAS itu dinilai lebih awal dilaksanakan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu diungkapkan oleh Abd. Wasik, pengurus P2PK. Menurutnya, gerbat kali ini sengaja dilaksanakan lebih awal mengingat beratnya tantangan siswa karena standar kelulusan yang ditetapkan semakin tinggi.
“Untuk tahun ini memang pengurus sengaja memberikan ruang lebih lebar kepada para siswa kelas akhir untuk lebih meningkatkan permohonan kepada Allah, dengan harapan agar diberi kemudahan dalam mengikuti ujian nantinya,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan oleh Sufyan Auri, Wakil Ketua Seksi P2PK, ketika ditemui setelah memandu jalannya gerbat di malam pertama itu. Menurut penuturannya, kegiatan ini dilaksanakan lebih awal agar siswa kelas akhir lebih siap menghadapi UAS/UN, baik fisik maupun mental.
“Kegiatan ini demi mempertahankan prestasi kelulusan siswa yang tahun lalu 100% lulus semua. Tahun ini harus juga dipertahankan sebagaimana yang dulu-dulunya,” tutur mantan ketua seksi pengurus kesenian itu.
Gerbat tersebut dilakukan setiap malam setelah bunyi bel tidur, yakni sekitar pukul 23.30 WIB dengan penugasan pemandu gerbat secara bergantian bagi semua pengurus P2PK. ”Saya harapkan agar semua siswa kelas akhir selalu mengikuti kegiatan gerbat ini setiap malam. Tidak hanya satu, dua, atau tiga malam saja,” tuturnya kembali.
Gerbat yang pertama diadakan kemarin malam tampak sangat antusias diikuti oleh santri, yang tampak dari partisipasi dan kehadiran para siswa kelas akhir di malam pertama itu.

Sabtu, Maret 21, 2009

Try-Out UN di MA Putri

Qurratul Aini, PPA Lubangsa Selatan Putri

GULUK-GULUK—“Try-out itu cuma coba-coba. Toh, itu bukan syarat lulus. Yang penting, UN lulus!” Demikian komentar Husnul Khatimah, siswa kelas XII program Keagamaan saat ditanyai mengenai try-out putaran kedua MA 1 Annuqayah Putri yang dilaksanakan selama 3 hari kemarin (17-19/3).
Dia juga menegaskan sulitnya soal bahasa Inggris dibandingkan try-out sebelumnya. Dia merasa kesulitan dengan teks-teks panjang yang nyaris sulit dipahaminya. Walaupun dia merasa listening section lebih mudah, tapi menurut gadis yang mendapat rangking pertama di kelasnya ini, hal itu tidak begitu banyak membantu untuk mendongkrak nilai dari soal-soal yang lain. Pasalnya, soal listening hanya 15 soal, sedangkan semua soal berjumlah 50 item. “Dalam soalnya tidak ada yang membahas grammar, selalu saja wacana dan paragraf.”
Lucunya, siswa yang juga sekelas dengannya tidur saat pelaksanaan try-out. Namanya Fatir. Dia tampaknya sangat bosan melihat model soal-soalnya yang tidak variatif. Dia langsung melingkari Lembar Jawaban Komputernya dan tampak tidak “berselera” membaca soal-soalnya dengan lebih serius. Gadis asal Lengkong ini terjaga dari tidurnya karena salah satu petugas try-out membangunkannya untuk mengisi daftar hadir. Dengan mata setengah merem, dia membubuhkan tanda tangan dan kemudian melanjutkan tidurnya.
Saat ditanyai persiapan menghadapi try-out, Dayen, sapaan akrab sekretaris redaksi Majalah Inspirasi, menjelaskan bahwa dirinya lebih bersemangat belajar saat try-out pertama yang diadakan sejak 17-20 Februari lalu. “Saya biasa-biasa saja dengan try-out sekarang. Nggak tahu juga kenapa,” imbuhnya di akhir pembicaraan. Hal senada juga disampaikan oleh Wilda, siswa kelas XII IPS-2. “Try-out hanya salah satu upaya untuk membantu soal-soal UN tapi, bukan segala-galanya!”
Beda halnya dengan Buroidah. Dia rupanya menjadi siswa yang rajin belajar saat-saat menghadapi try-out. “Saya merasa lebih giat belajar, tapi tetap saja nilai pas-pasan,” tuturnya sambil disertai tawanya yang cekikikan.

Tulisan ini dikutip dan disunting dari www.ma1annuqayahputri.blogspot.com

ORPHABA Latee Peringati Maulid Nabi

Ahmad Al Matin, PPA Latee

LENTENG BARAT—Suasana maulid masih terasa, dan umat Islam berlomba-lomba untuk memperingatinya. Organisasi Pemuda Harapan Bangsa atau yang lebih dikenal ORPHABA, salah satu organisasi daerah di PPA Latee, ikut andil dalam memperingati kelahiran Nabi tercinta. Kamis (19/03) malam, ORPHABA melaksanakan acara peringatan maulid Nabi Muhammad saw di dusun Ansanah Desa Lenteng Barat bekerja sama dengan Takmir Masjid Nurul Amin. Acara tersebut menghadirkan K.H. Ali Rifqi Abdullah dari Desa Lembung sebagai penceramah. Acara berlangsung sangat meriah. Masyarakat sangat antusias dengan acara yang merupakan program tahunan ORPHABA itu.
“Kami sangat gembira sekali dengan sambutan masyarakat yang sangat antusias ini,” kata Achmad Baiquni selaku ketua panitia. Baiquni juga mengatakan dengan adanya tanggapan positif dari masyarakat ini menunjukkan bahwa citra santri, khususnya santri Annuqayah, masih bagus di mata masyarakat. “Saya bersyukur jika citra kami di masyarakat masih bagus,” lanjutnya.
Sebagai tuan rumah, Moh. Irsad sangat gembira sekali karena para santri Annuqayah yang sangat mereka kagumi mau bekerja sama dalam memperingati maulid Nabi saw. “Para santri mau bekerja sama dengan kami menunjukkan bahwa para santri masih peduli terhadap masyarakat dan mau terjun ke masyarakat,” tutur Irsad.
Ketua ORPHABA, Musahwan, mengatakan bahwa tujuan utama dari acara ini adalah praktek bagaimana para santri bisa terjun langsung ke masyarakat. “Kalau masalah memperingati maulid Nabi kami bisa melaksanakannya di pondok, tapi kalau masalah terjun ke masyarakat kami tidak bisa melaksanakannya di pondok,” ungkap Musahwan.
Untuk diketahui, setiap organisasi daerah di PPA Latee mempunyai program memperingati hari-hari besar Islam yang tempatnya diletakkan di luar Annuqayah.

Jumat, Maret 20, 2009

Sanggar Padi Adakan Workshop Keaktoran dan Pentas Seni

Djamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Kamis (19/3) kemarin, Sanggar Padi PPA Lubangsa Selatan mengadakan kegiatan Workshop Keaktoran dan Pentas Seni. Acara ini dimulai pada jam 13.30 WIB dan dibuka oleh pembimbing Sanggar Padi, Molyono El-Maduri. Dalam pembukaan, Molyono berharap agar seluruh peserta Workshop bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk mengasah kemampuan mereka dalam dunia keteateran.
Setelah pembukaan, diadakan penyajian tentang dasar-dasar keaktoran dan keteateran yang di isi oleh Mahendra dan Fauzi, pegiat seni teater dari Sumenep. Sekitar pukul 17.00 WIB acara penyajian pun usai.
Pada malam harinya, acara Workshop ini diisi dengan penampilan puisi dan drama. Pembacaan puisi dilakukan secara bergantian. Puisi yang pertama dibacakan oleh VJ Anang dari Sanggar Padi dan pembacaan puisi kedua menampilkan Lukman Hakim dari Sanggar Andalas, dengan judul puisi “Rasa itu”. Pada akhirnya, tibalah saatnya undangan dari Sumenep membacakan puisi, yaitu Fauzi dengan judul “Historiografi Laut”. Penampilan puisi yang dibacakan oleh Fauzi ini sangat menarik perhatian para peserta Workshop, karena gaya pembacaan yang penuh humor sehingga peserta terbahak-bahak. Setelah Fauzi, kemudian Mahendra tampil dengan puisi “Kota para Lelaki”.
Setelah pembacaan puisi selesai, acara dilanjutkan dengan pementasan drama. Drama yang pertama ditampilkan oleh Sanggar Padi dengan judul “Memoar Duka Kaum Purba”. Penulis naskah ini adalah Molyono El-Maduri yang mengadaptasi cerpen K. Turmudzi Jaka yang berjudul “Dham”. Setelah penampilan dari Sanggar Padi selesai, Sanggar Andalas tampil dengan judul “Indonesia Raya”. Naskah drama yang ditampilkan ini ditulis bersama para aktor dari Sanggar Andalas sendiri.
Sekitar pukul 24.00 WIB acara pementasan ini selesai dan dilanjutkan dengan apresiasi dan saling mengkritik penampilan masing-masing. Di sesi apresiasi ini Fauzi memberikan saran kepada seluruh peserta workshop dan untuk para sutradara agar supaya sebelum menampilkan naskah ke drama di atas panggung, perlu adanya bedah naskah. “Sebelum mementaskan naskah ke atas panggung, perlu adanya bedah naskah bersama para aktor, agar para aktor bisa memahami perannya di atas panggung,” tutur Fauzi.
Jum’at pagi tadi, seluruh anggota Sanggar Padi digembleng dengan latihan olah tubuh dan olah vokal. Peserta yang terdiri dari 13 anggota baru dan 7 anggota lama Sanggar Padi itu dilatih untuk menjadi aktor yang menawan di atas pentas.
Sekitar pukul 10.30 WIB latihan selesai dan para pesarta pulang ke pondoknya masing-masing dan bersiap-siap untuk menunaikan shalat Jum’at.
Antusiasme peserta yang mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini sudah diperkirakan oleh panitia. “Kegiatan dua hari ini memang kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh Sanggar Padi setiap tahun dan kegiatan ini memang sudah sangat dinanti-nantikan oleh seluruh anggota Sanggar Padi,” ungkap Sa’id, ketua panitia kegiatan ini.

Kamis, Maret 19, 2009

Sembilan Siswa-Siswi Annuqayah Ikuti Tes Beasiswa Depag RI di Surabaya

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Rabu (18/3) siang kemarin sembilan siswa dan siswi Annuqayah berangkat ke Surabaya untuk mengikuti tes Program Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama RI. Rombongan didampingi oleh Fahmi dari Sekretariat PPA dan Raudlatul Hasanah, TU MA 1 Annuqayah Putri. Rombongan berangkat pada pukul 13.00 WIB.
Tes akan dilangsungkan pada sepanjang hari Kamis (19/3) ini bertempat di Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Timur. Materi tes meliputi tes bakat skolastik, tes kemampuan akademik, tes bahasa Inggris, tes kepesantrenan, dan ditambah tes bahasa Arab untuk yang memilih kampus IAIN/UIN.
Keikutsertaan Annuqayah dalam program beasiswa santri berprestasi ini merupakan yang ketiga kalinya sejak tahun 2007. Pada seleksi tahun 2007, 1 orang siswi MA Keagamaan Putri berhasil lulus dalam program ini, diterima di IAIN Surabaya. Sedangkan pada 2008 peserta dari Annuqayah tidak ada yang lulus.
Sembilan peserta yang mengikuti tes kali ini berasal dari berbagai lembaga formal di Annuqayah yang memenuhi kualifikasi. “Sebenarnya awalnya para peserta yang mau ikut tes berjumlah 10 orang, tetapi 1 orang tidak berhak mengikuti tes karena nilai yang ia punya tidak mencapai target ketika diajukan ke panitia di Surabaya. Para peserta yang ikut tes tersebut terdiri dari 5 orang siswa yaitu, Miftahol Arifin, Mohammad Syarrafah, M. Ali Qorror, Abd. Jamil (keempatnya dari MA 1 Annuqayah Putra), dan Wildani Hefni (MA Tahfidh), dan 4 orang siswi, semuanya dari MA Putri yaitu, Faizah, Siti Imamiyah, Heni Athilaful Faizah, dan Mamlu’atus Sa’adah,” tutur Fahmi.
“Ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh para peserta yang diberangkatkan, yaitu nanti setelah lulus dan berhasil menempuh S1, mereka diharuskan mengabdi di pesantren selama 3-5 tahun, dan juga selama menempuh masa studi tidak boleh menikah. Dua poin perjanjian tersebut tertulis di atas kertas yang dilengkapi dengan materai,” tambahnya.
Wildani Hefni, salah seorang peserta dari Madrasah Aliyah Tahfidh Annuqayah menuturkan, ”Sebenarnya tidak harus saya yang akan berangkat dari MAT. Teman-teman yang lain juga bisa. Saya juga tidak menyangka kalau saya yang akan dipanggil oleh K. Alawi untuk ikut tes. Jujur saya merasa senang karena saya akan membawa nama Annuqayah melalui program santri berprestasi ini. Insya Allah saya akan membuktikan bahwa saya bisa membawa nama baik Annuqayah. Mengenai persiapan tes, insya Allah saya juga sudah siap,” kata siswa kelahiran tahun 1991 ini.

Selasa, Maret 17, 2009

Pengurus PPA Latee Resmikan EAL

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Pengembangan bahasa asing di PP Annuqayah Latee semakin menunjukkan gaungnya. Ahad (15/3) malam kemarin, pengurus PP Annuqayah Latee meresmikan EAL (English Area Latee), yakni lokasi khusus untuk para santri yang berminat mengembangkan kemampuan bahasa Inggris. Lokasi yang berpenduduk 18 orang itu berada di Rayon Al Ghazali lantai 2, sebelah selatan kantor Keamanan PP Annuqayah Latee.
“Akhirnya impian saya untuk mengadakan lokasi khusus bahasa Inggris terwujud,” kata Ahmad Taqiyuddin, pengurus pengembangan bahasa asing yang sekaligus menjabat sebagai Direktur EAL. Menurut rencana, program EAL akan disamakan dengan Darul Lughah, baik bahasa sehari-hari maupun kegiatannya. “Tapi meskipun begitu kami masih belum menjadi rayon independen seperti Darul Lughah karena kami masih terlalu kecil,” lanjut Taqiyuddin.
Diresmikannya EAL ini disambut hangat oleh koordianator pengembangan dua bahasa, Faishal Khair. Dirinya merasa senang dengan diresmikannya komplek EAL. Baginya, hal itu merupakan bentuk kepeduliannya pada santri yang sangat senang pada bahasa Inggris. “Ini merupakan bentuk kepedulian kami para pengurus pengembangan bahasa asing pada seluruh santri yang sangat senang pada bahasa Inggris. Saya berharap usaha kami pun dibalas dengan semangat yang tinggi untuk belajar bahasa Inggris dari teman-teman santri,” ungkap Faishal.
Ketua Pengurus PP Annuqayah Latee, Abd. Rafik Abdullah, juga ikut berpendapat. Dia mengatakan bahwa berdirinya lokal bahasa Inggris ini tujuannya bukan hanya untuk pengembangan bahasa semata tapi juga untuk pengembangan moral. “Jadi kami mengharap pada seluruh pengurus dan anggota EAL agar kegiatannya bukan hanya dalam bentuk pengembangan bahasa saja, tapi juga pengembangan ilmu agama dan moral,” papar Rafik.
Dengan diresmikannya EAL sebagai lokasi khusus bahasa Inggris, berarti sudah ada tiga lokasi khusus yang mempunyai program pengembangan bidang tertentu di PPA Latee, yaitu Darul Lughah untuk bahasa Arab, Tahfidz untuk Tahfidzul Quran, dan EAL untuk bahasa Inggris.

Senin, Maret 16, 2009

Annuqayah Menyelenggarakan Peringatan Maulid Nabi dan Silaturrahim Guru/Dosen


Ahmad Al Matin & Sumarwi, Sekretariat PPA

GULUK-GULUK—Peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad saw dijadikan momentum untuk pertemuan guru/dosen se-Annuqayah oleh pengurus Pondok Pesantren Annuqayah yang dilaksanakan pada hari Ahad (15/3) kemarin. Acara yang dihadiri lebih 250 guru dari hampir 400 guru se-Annuqayah dan para masyayikh ini dimulai sejak pukul 08.30 WIB dan berakhir pada 11.27 WIB.
Pertemuan tersebut diisi dengan beberapa acara di antaranya, pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, pembacaan shalawat, pembacaan tahlil, sambutan-sambutan, dan ceramah agama dengan tema "Membumikan Nilai-Nilai Akhlak Rasul saw di Kalangan Pendidik Annuqayah", yang kemudian ditutup dengan pembacaan doa.
“Rencana acara ini sudah cukup lama, dan ingin secara khusus fokus pada upaya penyusunan kode etik pendidik Annuqayah. Sebelumnya kami merencanakan ini akan dikemas dengan bentuk semacam seminar atau lokakarya tapi karena ada beberapa hal yang lain maka kami menunda rencana ini dan menggantinya dengan acara molotan biasa yang sederhana. Acara ini kami jadikan sebagai momentum untuk kita bersama-sama berkumpul, saling mengingatkan (tawashaw bi al-haqq) terutama nilai-nilai moral dan akhlak karena akhlak adalah tujuan utama diutusnya Rasulullah saw,” tutur K.H. A. Hanif Hasan, Ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah, dalam sambutannya.
Acara ini ditanggapi serius oleh Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah. K.H. A. Warits Ilyas dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini sangat penting karena ini kali pertama para guru, dosen, dan dewan pengasuh bersilaturrahim secara formal. “Acara ini menjadi amat penting karena selama ini Annuqayah belum pernah secara formal menyelenggarakan silaturrahim antara guru, dosen, dan dewan pengasuh Annuqayah. Mengapa para guru atau dosen bersilaturrahim dengan pengasuh Annuqayah? Karena bagaimana pun juga lembaga formal Annuqayah merupakan satu kesatuan, bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan,” tutur beliau dengan penuh semangat.
Dalam ceramahnya, Dr. H. Husein Aziz, MA menyampaikan empat hal yang harus dikembangkan di lembaga pendidikan Islam terutama di Pondok Pesantren. “Empat hal itu adalah menjadikan Allah sebagai nilai tertinggi dalam hidupnya sehingga menjadi yang baik dan bermakna, berwawasan pengetahuan yang luas yang mengantarkannya kepada ma’rifatullah, berketerampilan untuk mencari bekal hidupnya sehingga mandiri tidak bergantung kepada selain Allah, dan membekali bahasa asing sehingga menjadi masyarakat global,” papar Husein.
Di akhir acara, pengasuh PP Annuqayah, K.H. Ahmad Basyir AS menitiktekankan bahwa guru di Annuqayah haruslah mempunyai akhlak yang terpuji. “Guru Annuqayah harus mempunyai akhlak yang terpuji karena akhlak yang terpuji merupakan hal utama diutusnya Nabi Muhammad saw ke dunia ini,” kata beliau, sebelum menutup acara dengan doa.
Luthfi Raziq, S.HI, salah guru MTs 1 Annuqayah dan SMA Annuqayah, mengatakan acara seperti ini sangat penting dilaksanakan. “Karena saya melihat sangat jarang dan sulit bahkan para guru bisa bertemu langsung dengan para pengasuh Annuqayah,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh salah satu guru MTs 1 Annuqayah Putri, Ida Royani S.Pd.I. “Saya merasa bersyukur dengan dilaksanakannya acara ini karena saya rasa acara yang seperti ini dirasa penting dilaksanakan. Apalagi acara ini juga bias membahas kode etik dan perilaku para guru di Annuqayah dan itu dirasa sangat penting diketahui untuk dijadikan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi semua guru yang berada di semua lembaga formal Annuqayah,” tutur Ida.

Minggu, Maret 15, 2009

Pimpinan Putra Sampoerna Foundation Berkunjung ke Annuqayah

M Mushthafa, Sekretariat PPA

Kamis (12/3) sore kemarin, Annuqayah kedatangan tiga orang tamu dari Putra Sampoerna Foundation Jakarta. Mereka adalah Elan Merdy (Chief Operating Officer), Sapto H Sakti (Direktur Komunikasi), dan Amir Ma’ruf (Program Officer MQIP). Kedatangan mereka adalah untuk melihat perkembangan kerja sama antara Putra Sampoerna Foundation, yang semula bernama Sampoerna Foundation atau disingkat SF, dan Pondok Pesantren Annuqayah dalam program pengembangan mutu madrasah yang sudah memasuki tahun ketiga.
Rombongan dari SF tiba sekitar pukul 16.30 WIB dan diterima di Kantor Sekretariat Bersama Pondok Pesantren Annuqayah oleh jajaran pengurus Pondok Pesantren Annuqayah dan Yayasan Annuqayah serta dari Madrasah Induk yang secara khusus terlibat dalam program tersebut. Dalam kesempatan tersebut, hadir K.H. A. Hanif Hasan, K. Alawi Thaha, K. Muhammad Ali Fikri, H. A. Panji Taufiq, M. Mushthafa. Hadir pula Toni Driyantono, konsultan MQIP, yang tiba di Annuqayah dua hari sebelumnya.
Pertemuan berlangsung secara informal dan hangat. Silaturahim Kamis sore tersebut secara tidak langsung juga menjadi semacam forum evaluasi untuk perbaikan kerja sama ini ke depan.
Ketua Yayasan Annuqayah, H. A. Panji Taufiq, menggarisbawahi perlunya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak sehingga model kerja sama ini bisa semakin baik dan bisa menorehkan manfaat yang bertahan lama. Panji menuturkan bahwa dahulu, di tahun 1974, saat Annuqayah bekerja sama dengan LP3ES di bidang pengembangan masyarakat, keduanya baru “benar-benar kawin” setelah kerja sama berjalan tiga tahun. “Tapi ya itu, 30 tahun kemudian, kerja sama itu telah membuahkan banyak hal. Di antaranya lahirlah lembaga Biro Pengabdian Masyarakat PP Annuqayah yang saat ini cukup disegani di kalangan LSM tingkat nasional,” lanjutnya.
Elan Merdy menekankan bahwa dalam kerja sama ini SF juga akan banyak belajar dari Pesantren. “Di antaranya dalam hal mengelola pola pikir antara perencanaan yang ketat dan pasrah atau bertawakkal,” kata Elan, yang sebelumnya telah berkunjung ke Annuqayah di awal program kerja sama ini dua tahun yang lalu.
Kiai Hanif menyampaikan pentingnya perhatian pada program penguatan nilai-nilai kepesantrenan yang saat ini dipandang telah tergerus. “Dulu orang ke pesantren untuk mondok. Sekarang, lebih banyak hanya untuk bersekolah. Padahal, pesantren memberikan perhatian yang lebih pada pembentukan karakter moral yang kuat, sedangkan terkadang sekolah terkesan sering terjebak pada formalitas,” terangnya.
Selain itu, Kiai Hanif juga memberikan penekanan pada pentingnya pendidikan kewirausahaan. "Sekarang ini banyak santri yang mikirnya jika lulus nanti mau jadi PNS. Ini kemudian cenderung memperkuat kecenderungan santri untuk berorientasi pada formalitas belaka. Pendidikan kewirausahaan di pesantren perlu dikuatkan agar dapat memberi modal dan orientasi hidup yang lebih mandiri," tuturnya.
Perbincangan tentang program MQIP berlangsung cukup santai, penuh guyonan ala pesantren, tapi cukup bermuatan dan memberikan banyak catatan penting. Silaturahim berakhir pada saat azan maghrib bergema, dan rombongan SF kemudian berjamaah di Mushalla Latee, dan kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah di kediaman K.H. Ahmad Basyir AS. Setelah Isya’, rombongan SF meninggalkan Annuqayah.

Sabtu, Maret 14, 2009

Catatan Perjalanan Study Comparative MA 1 Annuqayah Putri ke SMAN 10 Malang

Qurratul Aini, PPA Lubangsa Selatan Putri

Rabu malam itu (11/3) sekitar pukul 17.30 WIB perwakilan pengurus OSIS, DPS, delegasi kelas X, tim proyek Lomba School Climate Challenge menuju Perpustakaan MA Putri, tempat yang disepakati berkumpul sebelum berangkat untuk study comparative ke SMAN 10 Malang.
Sebelum berangkat, kami sempat menanyakan pada ketua panitia study comparative ini tentang alasan memilih SMAN 10 Malang sebagai sasaran sekolah yang akan dikunjungi, gadis yang juga menjabat sebagai Divisi II DPS MA ini menjelaskan, "Rencana awal sebenarnya ke Gontor atau MAN 3 Malang. Tapi, karena ada usulan Kepala Madrasah ke SMA 10 Malang, kami menerimanya. Alasan Beliau karena SMA ini lebih menekankan pada kebersihan lingkungannya dan pemberdayaannya. Serta termasuk salah satu sekolah yang bertaraf internasional dalam dampingan Sampoerna Foundation. Kepala Sekolah kita kenal betul dengan Ibu Niken, Kepala SMA 10 ini."
Sambil meletakkan tasnya, rombongan duduk-duduk santai sambil berdiskusi kecil-kecilan, dari mengenai persiapan yang akan dibawa ke SMA yang telah mendapatkan juara I UKS tingkat nasional, program, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sampai cindera mata yang tampaknya masih belum siap secara matang disebabkan tidak sesuai pesanan. Pihak Madrasah menginginkan cindera mata itu bercirikhaskan Madura, tapi pesanan itu hanya berbentuk ukiran seperti bentuk ukiran di luar Madura lainnya, sehingga mereka harus memesan lagi sore hari sebelum keberangkatan. Untungnya, pihak pengrajin ukiran di daerah Karduluk dapat memenuhinya. Namun rupanya, tidak hanya cindera mata yang masih belum siap, tapi juga slide program OSIS yang sering kali hilang ketika dibuat. Eliza Umami, penanggung jawab slide ini dengan wajah kecewa menegaskan bahwa dia telah 4 kali membuatnya tapi selalu saja gagal. Bahkan karena slide ini, dia dan 3 teman lainnya hampir ketinggalan bus, sehingga Neng Ofi, sapaan akrab Wakamad Kesiswaan yang bernama lengkap Shofiyah, harus menjemput mereka.
Sekitar 3 jam peserta study comparative ini menunggu bus yang tidak kunjung datang. Mereka tampaknya mulai kelelahan. Akhirnya Farida, siswa kalong yang juga termasuk peserta, menelepon ke pihak kantor bahwa bus telah menunggu di depan MI Annuqayah. Dahi peserta yang tadinya berkerut, reflek merenggang sambil diikuti senyum manis mereka. Tepat pukul setengah 10 mereka berbondong-bondong sambil ditemani 3 pembimbing, Bapak Afif, Neng Ofi dan Ibu Salimah menuju MI Annuqayah. Sedangkan Kepala Sekolah akan langsung menyusul dari Malang ke SMAN 10 karena beliau masih mengikuti materi kuliahnya di UIN Malang untuk program S2.
Ketika sampai di daerah Brumbung, tiba-tiba gerak bus bergerak lambat. Pasalnya ada api di tengah-tengah jalan. Hampir 10 menit, api tetap menyala dan terlihat beberapa masyarakat membawa air untuk memadamkannya dan menimbuni tempat yang berjurang sebab api itu dengan batu. Akhirnya peserta diminta turun. Setelah jalan tampak rata kembali, peserta menaiki bus lagi.
Peserta mulai sibuk dengan aktivitas pribadi; makan malam, nonton nasyid, ngotak-atik ponsel, dan bercerita. Beberapa saat kemudian peserta dikagetkan dengan peserta di baris depan kedua yang mual-mual. Ketua panitia sibuk mencarikan kayu putih, pil antimo, dan plastik. Sebelum plastik itu diberikan, tiba-tiba, bau muntah menyeruak ke seluruh ruang. Muntah itu mengenai baju dan mengotori lantai bus. Wajah anak itu pucat pasi. Kemudian sambil mencari masjid, teman di sampingnya memijat-mijat lehernya. Setelah menemukan masjid, Neng Ofi dan Ibu Salimah membawanya turun. Kemudian, setelah anak itu ganti baju dan keluar dari gerbang masjid, hampir seluruh peserta study comparative yang melihatnya tertawa terbahak-bahak dan tersenyum cengingisan. Pasalnya, baju yang dikenakannya adalah kepunyaan Neng Ofi yang sangat feminim sedangkan anak itu tergolong tomboy. Ketika masuk bus, bukannya ditanyakan keadaannya, justru anak itu diledekin.
Pagi harinya, yakni hari Kamis (12/3), setelah shalat subuh di daerah Pandaan, sekitar pukul 07.00 peserta study comparative kelihatan tampak lesu. Kebanyakan dari mereka mabuk bahkan hampir dari separuh peserta. Mereka selalu memegang perut sambil mencium minyak kayu putih. Kelas XII agak kewalahan memijat-mijat leher mereka sambil menyodorkan roti yang diberikan pihak sekolah dari depan sampai belakang.
"Masak kita nggak mau berhenti, cari warung atau apalah? Perut kita kan masih belum terisi apalagi dalam perjalanan. Pasti yang nggak mabuk bakal ikut-ikutan mabuk," sanggah salah satu siswa kelas XI dari arah belakang. Rupanya, pihak Sekolah tidak ambil diam. Mereka langsung menginstruksikan pada sopir untuk mencari warung makan. Sebelum sampai di warung makan, tampak Kepala Sekolah dengan seragam cokelat mudanya berdiri menunggu di pinggir jalan. Ketika beliau masuk, sebagian peserta menyambutnya dengan suara kompak mereka. Sekitar 15 menit, warung makan prasmanan akhirnya ditemukan. Dengan antre, mereka mengambil nasi dan lauk sesuai keinginan mereka. Selesai makan, mereka kembali menaiki bus dengan semangat 45. Tenaga mereka kembali pulih.
Pada pukul 08.30 WIB, mereka memasuki sekolah yang tiap minggunya tidak pernah absen dari tamu untuk study comparative. Hampir seluruh halamannya ditanami tumbuh-tumbuhan yang hijau dan di pintu masuk, ada sekitar + 100 piala tertata rapi di dalam lemari berkaca. Kami disambut pihak sekolah dan siswa-siswa khusus untuk menyambut kedatangan kami. Kami dibawa ke aula di lantai 2. Di sana, banyak dipenuhi lambang UKS; dinding, taplak meja dan benderanya.
Saat memberikan sambutan, Kepala sekolah yang memakai kerudung ini sangat apresiatif dan komunikatif. Tidak jarang beliau mengulumkan senyum hangatnya untuk kami. "Sekolah ini baru didirikan 20 Oktober 1999. Kebetulan ada salah satu wali murid yang menjadi donatur yang awalnya hanya ingin merenovasi mushalla tapi ternyata beliau ketagihan untuk memberikan dana untuk pembangunan sekolah ini."
Acara kemudian dilanjutkan touring ke seluruh tempat di SMAN ini. Kami dibawa ke semua tempat; kantin yang menjual makanan-makanan anti plastik, perpustakaan, ruang UKS, tempat pembuatan kompos, tempat penyimpanan jamur, kebun, mushalla, tempat beribadah siswa Kristen, ruang OSIS, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan lain-lain. "Lingkungan ini cukup terawat karena di sini ada progja (program kerja) yang mengurusi semua itu dan setiap progja ada pembimbing yang sudah profesional yang dijadikan dewan konsultan," tutur ketua UKS yang beragama Kristen ini saat kami duduk-duduk santai di bawah pohon di depan kantor OSIS.
40 menit acara touring selesai dan kami memasuki aula. Sebelum acara sharing, seluruh peserta menuju meja makan untuk mengambil makan siang. Kemudian, acara sharing dimulai. Ketua OSIS-MPK Malang dan OSIS-DPS MAPi dipersilakan ke meja depan. Ketika mereka telah mempresantasikan sebagian program, peserta diperkenankan bertanya. Peserta cukup banyak yang mengacungkan tangan. Mereka bertanya mengenai hubungan MPK-OSIS, program pramuka, PMR yang tidak ada di bawah koordinasi UKS. Dengan tegas sembari tersenyum, Chan sapaan ketua MPK memberikan tanggapan, "Secara struktural, MPK memang lebih tinggi dari OSIS tapi secarafungsional kami tidak ada bedanya. Jadi, kami harus kerja bareng." Sedangkan mengenai kepramukaan, Agni, ketua pramuka menjawabnya, "Sebenarnya ada banyak program; kemah, penjelajahan, panjat tebing dan lain-lain." "UKS sangat beda dengan PMR. UKS itu bukan untuk menyembuhkan orang sakit, tapi sebagai wahana konsultasi kesehatan. Jadi, kami harus banyak mempunyai relasi teruma dengan pihak dokter, puskesmas, dan masyarakat," papar ketua UKS, siswa kelas XI. Walaupun masih banyak yang ingin ditanyakan, karena keterbatasan waktu, akhirnya MC harus mengkhiri acara itu dengan pembacaan hamdalah.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dari MAPi ke SMAN 10 Malang. Bapak Naqib menyerahkannya kepada Ibu Niken. Sebagian murid Ibu Niken dengan antusias memintanya untuk membukanya. Seketika, wajah Ibu Niken tampak berseri-seri melihat ukiran khas Madura yang bergambarkan kuda itu sambil tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Pemberian kenang-kenangan kedua dari OSIS MAPi ke OSIS sekolah yang akan mengikuti lomba UKS tingkat nasional besok harinya. Ketika Ketua OSIS, Ajib, siswa kelas XI IPS membukanya sambil berkata, "Album yang terbuat dari bahan bekas ini akan kami jadikan contoh dalam program reduce. Terimakasih sudah memberikan inspirasi pada kami," tegasnya sambil mengangkat pemberian kami untuk memperlihatkannnya ke seluruh audience. Dilanjutkan acara foto bareng. Untuk yang pertama bersama Ibu Niken di depan lambang UKS di aula itu. Sedangkan yang kedua, bersama pengurus OSIS di samping pintu masuk sekolah.
Setelah selesai, mereka mengantarkan kami sampai ke tempat parkir bus. Sambil melambai-lambaikan tangan, bus kami mulai meninggalkan sekolah SMAN yang beralamat di Danau Grati No. 01. Setelah acara study comparative, kami mengunjungi Sengkaling dan pusat pembelanjaan di MATOS. Dan kami tiba di Annuqayah Jum’at dini hari (13/03) pukul 03.15 WIB.

Senin, Maret 09, 2009

“Buku Curhat” di Perpus Sekolah Saya

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Di tahun 2008 lalu, tepatnya pada tanggal 10 Maret, saya merasa heran melihat tumpukan sepatu di depan Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah. Begitu banyak. Tidak seperti biasanya. Yang biasanya hanya 10-20 pasang sepatu, saat itu kira-kira mencapai 40-an. Keheranan saya semakin bertambah saat siswa tersenyum-senyum ketika saya pandangi dari balik jendela.
Dari balik jendela itu pula tiba-tiba siswa yang tersenyum itu, teman saya, Nujaimah namanya, mengajak saya untuk masuk ke Perpus. Kebetulan saya memang hendak mencari tahu apa yang terjadi. Kemudian terdengar bisikan.
“Ssst…! Sini cepat masuk.”
“Ada apaan sih?”
“Jangan banyak bicara. Ada yang baru di sini. Seru!” terangnya belum begitu jelas.
Percakapan itu masih lekat di ingatan saya. Saya juga ingat, bujukan itu yang membuat saya semakin tertarik dan penasaran untuk masuk bergabung bersama mereka, para pecinta Perpus. Usai mengisi daftar pengunjung, saya menduga ada acara yang sangat menarik sehingga seluruh siswa yang ada di situ berjejer rapi ke belakang seperti sedang mengantre. Ada apa gerangan? Tampak di bagian terdepan antrean, ada seorang siswa yang sedang menulis.
Saya kira buku berwarna biru itu hanyalah buku sembarangan yang tak jelas maksudnya. Namun setelah saya selidiki sampulnya bertuliskan: BUCUR (Buku Curhat) Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah. Saya agak mengerti, namun belum begitu jelas. Maka dari itu saya bertanya lagi pada Nujaimah yang sebelumnya sudah mengikuti acara launching Bucur tersebut. “Kawan, ceritakanlah kepadaku tentang buku istimewa itu!”
“Baiklah. Kebetulan tadi saya hadir waktu buku itu diluncurkan di Perpus.” Ia tersenyum sambil menceritakan semuanya pada saya.
Dengan terperinci ia bercerita mengenai tata cara pengisian Bucur yang boleh diisi oleh siapa saja, para pengunjung perpus, baik guru, siswa, mahasiswa, atau siapa pun. Apa yang akan ditulis? Bebas! Tentang buku yang digemari, buku yang dibenci, ‘bertengkar’ mengenai buku, memberikan kritik dan saran untuk Perpus, guru, sekolah, bahkan mencurahkan isi hatinya sekali pun juga boleh, karena, kata salah satu pengurus Perpus yang piket jaga saat itu, para pengisi Bucur yang lain dapat memberikan solusi, dan bagi yang curhat dapat mengambil pertimbangan ke mana ia harus melangkah.
Cukup jelas keterangan dari teman saya itu. Hari itu saya merasa telah menemukan sesuatu yang baru. Saya seperti kedatangan teman baru. Teman yang akan selalu ada ketika saya sedih, teman yang selalu mengerti. Saya bisa mencurahkan tentang cinta saya pada buku, juga tentang penat dan senang yang saya rasa.
Saya semakin yakin pada pernyataan Pak Direktur Madaris 3, yaitu Kiai Faizi, yang mengatakan bahwa perpustakaan adalah “Ibu”. Perpustakaan memberikan banyak informasi pada kita, layaknya guru. Apalagi ditambah dengan diterbitkannya Buku Curhat seperti ini. Perpus akan menampung segala rasa yang orang-orang tumpahkan padanya. Pas sudah perpustakaan di sekolah ini untuk dijuluki sebagai Ibu.
Kini, Ibu Bucur di Perpus sekolah saya telah melahirkan 4 anak. Ada empat bundel Buku Curhat, yang kesemuanya dibuat dari kertas bekas yang dibundel rapi. Ada yang menuliskan komentar, kesan, tanggapan, tentang buku yang dibaca. Ada juga yang menuliskan pertanyaan, kritik dan saran terhadap pengelola perpus dan sekolah, atau curhat masalah pribadi. Ada banyak dialog, tanya-jawab, dan bahkan polemik, di Buku Curhat, dengan gayanya masing-masing.
Seluruh siswa semakin tertarik untuk sering-sering membaca Buku Curhat ini dan mencurahkan tentang kegemaran buku yang mereka baca padanya. Seluruh siswa berlomba-lomba memberikan kritik dan masukan pada pengurus Perpus agar Perpus lebih maju.
Terbitnya Bucur ini menjadi salah satu tips meramaikan Perpus dan budaya baca-tulis. Sebuah tips yang menarik untuk dicoba di perpus yang lain.

Minggu, Maret 08, 2009

Mendampingi Guru-Guru Madaris 3 Annuqayah Belajar Internet

M Mushthafa, PPA Karang Jati

GULUK-GULUK—Meski dengan kondisi kesehatan yang kurang sehat, Sabtu (7/3) siang kemarin, akhirnya saya memaksakan diri untuk hadir bersama sekitar 25 guru Madaris 3 Annuqayah untuk belajar internet. Sekitar dua pekan sebelumnya saya sempat membuat semacam janji dengan beberapa guru yang tampak begitu antusias untuk berkenalan dengan teknologi komunikasi mutakhir ini. Di antara mereka ada yang bilang, “Wah, saya lihat murid-murid di sini sekarang sudah pinter internetan di Perpus. Masa kami kalah dengan mereka.” Saya pun menjanjikan bahwa sebelum liburan Maulid saya akan mendampingi mereka belajar internet.
Acara belajar internet bareng Sabtu siang kemarin dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 12.30 WIB. Tempatnya di Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah. Sebelum masuk ke penjelasan yang agak teknis tentang internet, saya memberi semacam pengantar tentang internet. Saya ingin para guru memahami alur, logika, dan cara kerja internet, sehingga mereka dapat memahami “hakikat” internet.
Sebelum acara dimulai, dan beberapa guru sudah ada yang datang di tempat acara, sempat ada seorang guru yang melontarkan komentar menarik. “Pokoknya internet masih kalah sama malaikat Munkar dan Nakir,” katanya. Di sesi pengantar, saya menjelaskan bahwa internet itu adalah cara komunikasi baru berbasis teknologi yang cepat dan mudah. “Jadi, apa yang termuat di dunia maya ini ada yang menyajikan—ya, manusia juga—yang tentu saja bisa baik, benar, salah, dan semacamnya,” begitu saya memaparkan. “Nah, kita bisa menjadi penikmat informasi yang disajikan orang-orang itu. Lebih dari itu, kita juga bisa berbuat lebih, dengan membuat sajian juga yang bisa dinikmati oleh orang lain sedunia,” lanjut saya.
Materi internet saya fokuskan pada browsing, email, chatting, dan secara khusus tentang penggunaan mesin pencari (search engine). Saya ajak guru-guru membuka Ensiklopedi Wikipedia, baik dalam versi bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia, juga bahasa Jawa. Saya coba guru-guru chatting dengan Kiai Faizi, Direktur Madaris 3 Annuqayah, yang kebetulan sedang online. Tak lupa saya mencoba teknologi webcam dan berbincang dengan suara. Saat chat via webcam sambil berbicara dengan Kiai Faizi, Kiai Masyhudah, salah seorang guru senior yang hadir dan cukup aktif bertanya, iseng minta kiriman rokok Surya 12. Di kamera Kiai Faizi memperlihatkan sebungkus Surya 12 yang dijanjikan untuk Kiai Masyhudah.
Setelah presentasi secukupnya, guru-guru diberi kesempatan untuk praktik. Kebetulan di Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah ada dua unit komputer yang sudah terjaring internet menggunakan fasilitas WiFi Annuqayah. Untuk praktik, guru-guru juga menggunakan laptop. Jadi, ada 3 komputer yang digunakan untuk praktik. Saat praktik, beberapa guru mencoba membuat akun email dan saling berkirim surat. Ada juga yang mencoba browsing ke situs Pemkab Sumenep dan mencoba menuliskan saran perihal pendidikan di Sumenep.
Meski semua guru belum sempat mencoba praktik, kegiatan belajar internet bareng ini diakhiri sekitar 12.30 WIB. Yang jelas, dengan modal pengetahuan sekadarnya ini, diharapkan nanti guru-guru Madaris 3 Annuqayah sudah tak terlalu bingung untuk mencoba berselancar di internet menggunakan komputer di kantor-kantor unit pendidikan di Sabajarin yang sudah terjaring dengan WiFi Annuqayah. Karena tidak semua guru bisa hadir di acara kemarin, kemungkinan pelatihan serupa akan diselenggarakan kembali. Selain itu, rencananya di lain waktu saya akan menyelenggarakan pelatihan internet yang lebih spesifik, seperti tentang blogging, dan sebagainya.

Tulisan ini dikutip dari www.rindupulang.blogspot.com

Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah Adakan Tadabur Alam


Muhammad-Affan, PPA Al-Furqaan

GULUK-GULUK—Jum'at tanggal 6 Maret 2009 kemarin Sanggar Pelangi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah mengadakan kegiatan tadabur alam di Bukit Lancaran. Kegiatan ini diikuti oleh 13 siswi MI 3 Annuqayah dan didampingi empat orang fasilitator dari Sanggar Pelangi dan unit kegiatan lain di MI 3 Annuqayah. Materi kegiatannya meliputi, menggambar panorama alam, berbagi cerita dan diskusi tentang alam, menulis dan membaca puisi dengan topik seputar alam juga.
Selama kegiatan, anak-anak terlihat sangat antusias. Mereka belajar sambil bersenda gurau dengan riang. Sesekali mereka memandangi panorama bebukitan yang menghampar indah di utara dengan menggunakan binocular sambil menikmati makanan ringan. Pada sesi menulis puisi, fasilitator meminta anak-anak untuk memperhatikan panorama sekitar kemudian menuliskannya dalam bentuk puisi dan dibacakan secara bergiliran.
Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah memiliki beberapa kegiatan, di antaranya, menggambar, menulis dan membaca puisi, drama, debat, dan shalawat. Tadabur alam merupakan kegiatan kali kedua yang sudah dilaksanakan oleh komunitas Sanggar Pelangi. Aktivitas belajar sambil bermain yang dilaksanakan di alam terbuka diyakini para fasilitator sebagai media terbaik untuk mendekatkan siswi-siswi MI 3 Annuqayah dengan alam.
Selain Sanggar Pelangi, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah juga memiliki program kursus bahasa Arab yang dilaksanakan setiap Kamis sore, kursus Matematika dan bahasa Inggris setiap Jum'at pagi.
Berita ini dikutip dari www.madaris3annuqayah.blogspot.com

Sabtu, Maret 07, 2009

Kiriman Tak Jua Datang, Nadzar Puasa Satu Minggu

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Ada-ada saja yang dilakukan santri yang satu ini. Gara-gara barang kiriman yang dititipkan pada Bus Damri jurusan Jember-Madura tak kunjung datang juga hingga matahari hampir terbenam, ia bernadzar akan berpuasa selama satu minggu penuh seandainya bus yang ditunggunya itu datang saat itu juga. Ternyata, selang beberapa detik saja, Bus Damri yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga dengan membawa barang kirimannya.
Nama santri itu Ali Tsabit Tarmidzi (17), salah satu santri Lubangsa sekaligus siswa SMA Annuqayah asal Randu Agung, Jember. Ia memang sering menerima titipan barang kirimannya dari Bus Damri tersebut, yang biasanya distop di pertigaan Prenduan, Sumenep.
Ia biasanya mengambil barang kirimannya selalu bersama Fafan, temannya yang juga santri asal Jember yang memang sudah terbiasa mengambil titipan barang kirimannya dari Bus Damri tersebut. Namun, kali ini ia memberanikan diri untuk tidak mengajaknya dan mengajak salah satu kaumnya (rekan sebilik) yang tidak punya pengalaman apa-apa tentang hal itu.
Menurutnya, pagi itu pukul enam, ia mendapat panggilan telepon dari ayahnya di Jember dengan pesan agar kirimannya dijemput pada hari itu juga pukul sembilan Jum’at pagi (27/2). Setelah itu ia berangkat mengajak kaumnya yang bernama Habibi ke Prenduan. Sesampainya di sana ia kebingungan. Biasanya, saat bersama Fafan, ia menjemput barang titipannya itu di sore hari. Setelah tiba pada waktunya (jam sembilan), Bus Damri yang dinanti tak kunjung datang. Akhirnya ia berkeyakinan bahwa bus itu akan datang seperti biasanya, yakni pada sore hari.
Setelah sore hari tiba, bus yang ditunggu-tunggu tak kunjung menampakkan batang spionnya. Rasa khawatir pun datang menghantui. Ia takut bus itu sudah lewat atau tidak jadi datang. Padahal ia sudah menunggu bus itu dari pagi hingga sore.
Akhirnya ia bernadzar dan meminta temannya untuk menjadi saksi atas nadzarnya: Jika bus itu datang, maka ia akan berpuasa satu hari. Namun bus itu tak kunjung datang. Ia menambahkan nadzar puasanya menjadi tiga hari, tetapi bus tak datang-datang juga. Ia pun menambahkan lagi menjadi satu minggu. Setelah nadzar itu terlontar keluar, beberapa detik kemudian bus itu datang dengan membawa barang kirimannya. “Setelah aku naikkan nadzar puasa menjadi satu minggu, eh… busnya nongol,” kata santri yang berdomisili di blok E/10 itu dengan nada agak menyesal.
Karena sudah menjadi kewajibannya, maka secepatnya ia melunasi nadzarnya itu, yakni untuk berpuasa satu minggu berturut-turut. Hingga berita ini ditulis (6/3), ia sudah berpuasa selama tiga hari. ”Masih ada sisa empat hari lagi,” ungkapnya sambil tersenyum.

Lubangsa Sosialisasikan Tatib Pulang Liburan Maulid

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Menyambut datangnya hari libur Maulid Nabi Muhammad saw yang tinggal sehari lagi, kemarin, Jum’at (6/3) kemarin pengurus PPA Lubangsa melakukan sosialisasi tata tertib santri saat hendak pulang dan pamit ke pengasuh. Sosialisasi dan tata tertib tersebut diumumkan langsung oleh ketua pengurus PPA Lubangsa, Lukman Mahbubi, di depan ratusan santri setelah usai jama’ah shalat Maghrib.
Beberapa peraturan memang sudah biasa disosialisasikan ketika menjelang liburan pondok. Seperti berpakaian sopan, baik saat berpamitan maupun ketika hendak pulang, membersihkan dan mengunci kamar bilik, mematikan lampu dan mengamankan barang-barang yang dinilai berharga.
Namun, ada beberapa peraturan baru yang mengundang respons beragam dari santri. Di antara peraturan yang banyak disorot berbunyi: “Jika masih ada rambut santri yang panjang, maka saat berpamitan akan diplontos di depan pengasuh”. Ketua pengurus juga mengatakan bahwa aturan itu sudah mendapatkan pengesahan dari pengasuh. “Jangan salahkan kawan-kawan pengurus jika kami akan memplontos kalian di depan pengasuh,” ungkapnya mantap.
Menurut Mohammad Noval, hanya liburan kali ini yang ada peraturan seperti itu. Bahkan ia mengungkapkan tidak selayaknya pengurus bersikap seperti itu. “ Ini kan harga diri, menyangkut malu. Jika sampai diplontos di depan pengasuh, wah… itu sangat memalukan sekali. Meski kesal, jangan seperti itu lah! Pengurus kan tugasnya mendidik,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan jika ada peraturan yang disahkan oleh pengasuh jangan hanya diumumkan di dalam masjid, tetapi ditaruh di papan infomasi di masing-masing blok. “Kita juga ingin lihat ACC yang dari pengasuh itu, agar lebih jelas,” ungkapnya lagi.
Selain itu, masih ada juga peraturan yang baru, yaitu jika ada santri yang pulang rombongan, santri dilarang menggunakan kol-pikep. Hal itu untuk menjaga keamanan santri dari kecelakaan.

Pengurus Nirmala Sidak Sandal Jepit

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Menghadapi detik-detik terakhir jelang liburan Maulid Nabi Muhammad saw, pengurus PP Annuqayah daerah Nirmala Kamis (5/3) malam kemarin mengadakan inspeksi mendadak (sidak) sandal jepit milik santri, baik santri yang bermukim di komplek Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Lembaga Tahfidhul Qur’an (LTQ).
Sidak ini dilaksanakan setelah pembacaan barzanji yang dipimpin langsung oleh K.H. A. Muhajir yang sekaligus merupakan perayaan Maulid Nabi. Semua santri yang ada di mushalla oleh pengurus disuruh turun satu per satu untuk memakai sandal miliknya sendiri. Kemudian setelah itu santri disuruh berkumpul di sebelah selatan mushalla. Sidak ini dipimpin langsung oleh A. Fadali, ketua pengurus PPA Nirmala. Ketua pengurus menuturkan bahwa tujuan dilaksanakannya sidak sandal jepit kali ini ialah untuk mengantisipasi hilangnya sandal jepit yang akhir-akhir ini banyak dikeluhkan oleh para santri. Fadali juga menghimbau agar para santri lebih berhati-hati menyimpan barang-barangnya terutama yang dianggap berharga karena dikhawatirkan hilang. Hal senada diungkapkan oleh pengurus Kamtib (keamanan dan ketertiban) PPA Nirmala, Mahmudi Abd. Halim. “Sebaiknya santri ekstra hati-hati menjaga barang-barangnya menjelang liburan ini, karena biasanya menjelang liburan santri yang kurang waras (baca: yang suka mengambil barang orang lain—red.) bertambah banyak,” ungkap pengurus yang punya sapaan akrab Marlboro ini.
Dari sidak kemarin malam itu ditemukan tiga orang santri yang ketahuan tidak memakai sandal yang kesemuanya beralasan hilang. Oleh karena itu ketua pengurus menyuruh ketiga santri tersebut agar segera membeli sandal sebelum liburan tiba.
Hafidhi, salah seorang santri, berkomentar dia sangat menyambut positif sidak yang diadakan itu. “Saya berharap dari sidak yang diadakan ini santri sedikit demi sedikit jera untuk tidak ghasab sandal milik temannya,” ungkap santri yang sekarang sudah hampir menyelesaikan studinya di SMA Annuqayah.

Euforia Liburan, Antara Pulang dan Tidak

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Waktu berputar tanpa peduli pada kita yang tertatih mengikutinya. Hari demi hari telah kita lewati dengan penuh kegiatan, sekolah, kerja, dan yang lain. Tanpa terasa waktu liburan Maulid Nabi saw telah di depan mata. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar santri Annuqayah secara umum itu tinggal menghitung jam saja.
Banyak santri yang telah merencanakan bermacam-macam kegiatan di rumahnya dalam liburan yang lamanya lima hari itu, dan bahkan tidak sedikit yang tidak sabar menyongsong datangnya hari liburan. Mereka pun gelisah, tidak sabar.
Salah satunya adalah Moh. Affan, siswa kelas IX MTs 1 Annuqayah. Ia mengungkapkan bahwa ia sangat tidak sabar menanti liburan karena dia sudah berencana mau jalan-jalan dan berkunjung ke rumah teman-temannya. “Saya tidak sabar menanti datangnya hari liburan. Soalnya, ketika hari libur saya mau jalan-jalan dan berkunjung ke rumah teman-teman dan juga saya bisa santai-santai di rumah tanpa harus sekolah dan mengikuti kegiatan pesantren yang membuat kepala pusing,” tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathor Rosi, santri yang baru mondok di Annuqayah selama satu tahun setengah ini mengungkapkan bahwa dia keburu menanti datangnya liburan karena dia merasa rindu sekali pada temen-temen di rumahnya karena dia sudah lama tidak bertemu dengan mereka. “Saya sudah tidak sabar menunggu liburan karena saya ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan teman-teman saya. Sudah lama saya tidak bertemu dengan mereka” ungkap santri yang masih duduk di kelas VII MTs ini.
Namun tidak sedikit pula santri yang merasa masih kerasaan di pondok dan tidak terburu untuk pulang ke rumah mereka. Mereka tersebut rata-rata para santri yang punya sudut pandang yang berbeda melihat kehidupan di pondok dan juga santri luar Madura yang tidak punya biaya untuk pulang ke rumah mereka.
Homaidi termasuk dari mereka. Santri yang sudah duduk di kelas akhir MA 1 Annuqayah asal Sentol Daya Pragaan Sumenep ini mengungkapkan bahwa dia tidak pulang bukan karena dia tidak rindu kepada orang tuanya, tapi dia merasa tinggal di pondok lebih banyak manfaatnya ketimbang ada di rumah. “Saya tidak pulang bukan saya tidak rindu kepada orang tua, tapi saya merasa ada di pondok lebih banyak manfaatnya ketimbang di rumah. Di sini saya bisa berjamaah dengan kiai dan mungkin lebih terkendali dari melakukan pekerjaan yang tidak bermanfaat,” kata Homaidi.
Begitu juga Sofiyullah, santri asal Bondowoso. Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya ia ingin sekali pulang tapi orang tuanya melarang karena soal biaya. “Sejujurnya saya ingin sekali pulang tapi saya tidak bisa. Orang tua saya melarang saya pulang karena takut biayanya tidak cukup. Maklumlah rumah saya kan di Bondowoso. Ongkos ke sana cukup mahal, apalagi liburan kali ini cukup singkat, cuma lima hari,” kata santri yang sudah duduk di kelas akhir MTs ini.

Jumat, Maret 06, 2009

CTL Pamor Adakan Workshop Keaktoran dan Sendratari

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Club Teater Lubangsa (CTL) Pamor mengadakan Workshop Keaktoran dan Sendratari. Pembukaannya dilaksanakan Kamis (5/3) kemarin dan ditempatkan di ruang kelas 3-A MTs 1 Annuqayah Putra. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari tersebut resmi dibuka sekitar pukul dua siang dan dihadiri oleh Massuha El-Arief, Pengurus PPA Lubangsa bidang Kesenian yang menaungi organisasi tersebut.
Penyaji yang mengisi dialog pada pembukaan workshop itu adalah Sattar Syam. Workshop diikuti oleh 22 peserta yang baru direkrut sebulan yang lalu, serta beberapa pengurus CTL Pamor dan panitia.
Mulanya, acara workshop itu akan digelar selama tiga hari dan sudah mendapat izin dari pengasuh PPA Lubangsa, Drs. K.H. A. Warits Ilyas. Namun karena ada beberapa halangan, seperti berhalangannya beberapa penyaji yang diundang untuk mengisi acara, maka acara tersebut dipersingkat menjadi dua hari saja, yakni dari hari Kamis siang hingga berakhir malam Sabtu.
“Kesulitan yang sangat kami rasakan adalah banyaknya penyaji yang kami undang selalu berhalangan. Jadi terpaksa kami persingkat saja,” ungkap Moh. Rifqi selaku ketua panitia.
Ia juga menambahkan bahwa acara workshop ini tak hanya berbentuk dialog seperti pada pembukaannya, tetapi juga dikenas dalam bentuk latihan dan praktik. “Jika hanya sekadar teori, para peserta baru tidak akan menyesuaikan diri dengan cepat,” imbuhnya.
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang dunia seni drama, maka workshop tersebut sangat dibutuhkan sebagai modal awal di dunia akting, terutama bagi peserta baru. Hal ini diungkapkan oleh ketua umum CTL Pamor, Khairul Umam. Dalam sambutannya, Saong–sapaan akrab Khairul Umam–membeberkan betapa pentingnya modal awal itu. “Modal awal untuk meniti karier di dunia akting sangat dibutuhkan,” ungkapnya.
“Peserta baru diharapkan betul-betul mengikuti kegiatan ini dengan serius, sebab acara workshop ini sangat penting,” imbuh santri asal Ledokombo, Jember, itu ketika memberi pesan terakhir dalam sambutannya.
Jika diperhatikan dekor kegiatan ini, acara workshop tersebut terkesan main- main, sebab tulisannya itu dibuat dari sampul buku bekas hingga tulisan itu terlihat warna-warni. Namun Taufiqirrahman, selaku seksi akomodasi, membantahnya. Menurutnya, seratus persen acara ini bukan main-main, murni dari hasil keseriusan. Mengenai tulisan itu ia berpendapat bahwa itu sebagai bagian dari eksplorasi seni. “Di samping pengiritan, juga mengandung nilai seni,” ungkap santri asal Besuki, Situbondo tersebut.