Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan
GULUK-GULUK—Di antara ragam penyakit yang diderita santri PPA Lubangsa Selatan, Guluk-Guluk Sumenep, menurut pengurus departemen Olahraga Kesehatan dan Seni (Orkesen) PPA Lubangsa Selatan, penyakit gatal-gatal menempati rangking satu. Dalam catatan statistiknya, secara berurutan santri yang mengidap gatal-gatal mencapai angka 90%, koreng 50%, dan kadas 60%. Keseluruhan angka itu tidak kesemuanya bisa dipecahkan oleh departemen ini.
Abd. Basith, pengurus Orkesen bidang kesehatan ditemui Selasa malam (28/04) mengatakan bahwa tingkat keberhasilan penanganan penyakit yang diderita santri hanya pada penyakit koreng. Sampai saat ini untuk penyakit gatal-gatal dan kadas belum bisa secara total disembuhkan. “Namun, kami tetap akan berusaha untuk mencari jalan keluarnya,” kata Basith, panggilan sehari-harinya.
Basith mengakui, selama ini tim kesehatan PPA Lubangsa Selatan memang belum profesional untuk menangani penyakit-penyakit seperti itu. Hal ini didukung oleh banyak faktor. Di antaranya kemelut biaya dan miskinnya Sumber Daya Masyarakat (SDM). Biaya kesehatan yang cukup sedikit membuat pelayanan Orkesen menjadi kurang maksimal memberikan bantuan kepada santri yang mengidap penyakit. Selain itu, akunya, timnya belum bisa mendeteksi dan mendiagnosa penyakit karena minimnya pengetahuan tentang dunia medis. “Sebenarnya kami ingin sekali mengutus santri yang dianggap mampu dalam bidang kesehatan untuk mengikuti pelatihan dan kursus-kursus tentang kesehatan. Namun itu tadi, biayanya tidak ada,” lanjut mahasiswa semester IV Tafsir Hadits ini.
Saat ini bidang keahlian yang sudah sedikit banyak dikuasai oleh departemen Orkesen adalah pijat akupuntur. Beberapa waktu lalu departemen ini mengutus dua orang pada acara pelatihan Akupuntur yang diadakan oleh Balai Kesehatan Pondok Pesantren (BKPP) Annuqayah. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Dua orang tersebut bisa menangani sakit yang diderita oleh beberapa santri. Namun, pengobatan pijat ini hanya untuk penyakit yang mengenai otot dan tulang-tulang. Tidak bisa untuk penyakit kulit seperti gatal-gatal, koreng, kadas, dan lainnya.
Selama ini satu-satunya jalan yang dilakukan untuk memberantas penyakit kulit tersebut adalah dengan mengonsumsi obat-obatan. Obat-obatan itu didapat dari apotik, toko, dan juga meracik sendiri. Ditanya apakah pernah membangun jaringan untuk distribusi obat-obatan ini, Basith mengatakan pernah mengajukan kerja sama, yaitu dengan BKPP Annuqayah. Namun, kerja sama itu batal karena obat-obatan yang ada di BKPP hanya untuk dijual. Tidak ada yang gratis. Menurut Basith, selama ini obat-obat diberikan kepada santri yang sakit secara cuma-cuma. Mereka tidak dipungut biaya sepeser pun.
Ketidakberhasilan Orkesen dalam memberantas penyakit kulit ini dibenarkan oleh Syamsuni (21), salah satu santri yang berasal dari Dungkek, Sumenep. Dia mengidap penyakit koreng dan gatal-gatal sudah agak lama. Hingga kini hanya penyakit korengnya yang sembuh, sedang gatal-gatal masih menderanya. Korengnya pun bukan sembuh total. “Kadang-kadang kalau makan-makanan yang berlemak koreng saya bisa tumbuh kembali,” kata ketua Perpustakaan Annuqayah ini. Dia mengatakan, dirinya bahkan lebih enak dirawat di rumah ketimbang ditangani oleh Orkesen. Karena di rumahnya perawatan lebih intensif dan betul-betul diperhatikan. Dia sembuh dari penaykit koreng karena berkat perawatan orang tuanya di rumah. Ini pula, menurutnya, yang menyebabkan tingkat kepulangan santri mengalami fluktuasi.
Agenda Orkesen ke depan adalah membangun kerjasama dengan departemen Kebersihan Lingkungan Hidup (KLH). Dalam kontrak kerjasama itu disepakati untuk intens menjaga kebersihan lingkungan PPA Lubangsa Selatan. Agenda ini akan dikongkritkan dengan mengaktifkan kebersihan tiap pagi dan menguas kamar mandi minimal satu kali seminggu. Motor penggerak agenda ini adalah Forum Komunikasi Seni (FKS) yang menjadi bawahan dari depertemen Orkesen.
Agenda lain Orkesen yang belum terealisasi adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada santri. Dalam agenda ini kembali Orkesen menggaet BKPP untuk kerjasama. Pihak BKPP sudah menyanggupi, namun sampai saat ini kesanggupan mereka belum jua terbukti. Untuk periode sebelumnya penyuluhan memang pernah dilakukan, bahkan pernah mendatangkan seorang dokter dari Surabaya.
Sebagaimana diberitakan ini beberapa waktu lalu, penyakit mata telah mewabah di beberapa daerah selain PPA Lubangsa Selatan. Ditanya antisipasi apa yang akan diambil oleh departemen Orkesen, Abd. Basith belum bisa menegaskan secara rinci. “Kami belum bisa memastikan antisipasinya. Tapi, kami coba mancari jalan keluarnya, misalnya membiasakan kehidupan santri yang bersih dan menghindari tertularnya penyakit mata tersebut,” katanya mengakhiri perbincangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
de' le' ale' santre:
pa sabbher saos, le'. pola bs daddi `alem kalaben barokanah 'koreng'...
ga' kebayang di pondok saya seperti itu . tapi alahamdulilah karna santri karang jati suka bersih- bersih tak ada penyakit koreng ALHAMDULILAH .
Posting Komentar