Selasa, November 16, 2010

Beri Syarat untuk Pulang

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Senin (15/11), seusai salat Subuh di musalla Latee, KH Ahmad Basyir AS memberikan kuliah tujuh menit (kultum) kepada santrinya. Kultum ini dilakukan sebagai bekal bagi santri sebelum beranjak pulang menghadapi liburan Idul Adhha.

Di Annuqayah, liburan Idul Adhha dimulai sejak Minggu siang (14/11) untuk santriwati. Sedangkan santri putra Senin pagi (15/11).

Dalam tausyiahnya, pengasuh PPA Latee tersebut menekankan agar santri ihsan kepada orangtua mereka.

“Seperti yang sering saya katakan, menjaga identitas kesantrian merupakan suatu kewajiban. Berlaku ihsan kepada ibu dan ayah juga termasuk kebaikan yang tidak boleh diremehkan,” ujarnya.

Liburan, lanjut beliau, adalah momen penting untuk menerapkan segala ilmu yang telah diperoleh selama bermukim di pesantren.

“Di pesantren selalu diajarkan yang namanya akhlak. Dari itulah santri mesti bersikap sopan santun kepada orangtuanya,” tambahnya.

Menurut beliau, contoh sopan santun yang cukup sederhana ialah etika dalam bertutur. Oleh beliau, santri yang kurang memerhatikan etika tersebut tidak layak dikatakan santri.

“Lucu sekali manakala ada santri yang dalam bertutur kata kepada orangtuanya tidak menggunakan bahasa yang halus. Berbahasa halus kepada orangtua menjadi syarat utama bagi santri untuk bisa pulang,” tegasnya.

Oleh karena itu, beliau amat menyayangkan kepada santri yang masih juga tak acuh untuk bertutur menggunakan bahasa halus kepada siapa pun, terutama terhadap orangtua mereka.

“Santri yang keberatan bertutur dengan bahasa halus kepada orangtuanya lebih baik tidak usah pulang saja meskipun liburan,” kata beliau dengan sungguh-sungguh.

Senin, November 15, 2010

Biro Penerbitan, Perpustakaan, dan Pusat Data PP Annuqayah Persiapkan Visioning

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Rapat persiapan visioning Biro Penerbitan, Perpustakaan, dan Pusat Data PP Annuqayah (BP3 PPA) digelar di kediaman K M Faizi Sabtu malam (13/11). Rapat ini dihadiri oleh KH Muhammad Shalahuddin Warits, K M Zamiel El-Muttaqien, K M Faizi, K M Naqib Hasan. Hadir pula saat itu enam pustakawan Annuqayah dan tiga jurnalis dari Pusat Data Annuqayah. Rapat dipandu langsung oleh ketua biro BP3 PPA, KH Muhammad Shalahuddin Warits.

Ujung dari rapat itu disepakati bahwa perlu diadakan workshop dalam rangka visioning BP3 PPA. Sementara, workshop disetujui akan dilaksanakan pada tanggal 25-26 bulan ini dengan membentuk tim. Fandrik HS Putra dipercaya sebagai ketua tim oleh ketua BP3 PPA.

Perkenalan mengawali acara rapat. Inilah yang menjadikan rapat berjalan santai tapi pasti. Keseriusan ada kalanya diimbangi dengan guyonan-guyonan yang menyegarkan.

Sebagai pengantar, K Mamak—panggilan akrab KH Muhammad Shalahuddin Warits—menginginkan agar potensi kegiatan PP Annuqayah bisa terakomodasi dengan baik. Peran BP3 PPA sangat menentukan hal itu.

“Hal semacam itu telah diperbincangkan dalam Jumat Informal Meeting (JIM), Jumat kemarin (12/11). Ketua pengurus PP Annuqayah, K Hanif Hasan, juga hadir saat itu,” kata K Naqib Hasan.

JIM adalah semacam forum yang mempertemukan kiai-kiai muda Annuqayah tiap kali usai salat Jumat. Kadang bertempat di masjid jamik Annuqayah, ada kalanya pula ditempatkan di kediaman kiai-kiai muda Annuqayah, semisal kediamannya K M Faizi.

Menurut K Naqib Hasan, kerja BP3 PPA selama ini masih belum jelas tujuannya.

“Seperti menerbitkan media cetak, kemudian mati,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut K Naqib Hasan, setidaknya terdapat tiga poin penting yang perlu dimusyawarahkan dalam rapat persiapan visioning BP3 PPA.

Pertama, inventarisasi kegiatan. Kedua, membenahi manajemen pengelolaan data dan perpustakaan. Ketiga, peserta rapat juga memikirkan dan menyusun draf kegiatan agar visioning nanti lebih jelas arahnya.

Sebelum banyak berkomentar, K Miming—panggian akrab K M Zamiel El-Muttaqien—mempertanyakan jumlah perpustakaan yang ada di lingkungan Annuqayah kepada pusat data dan pustakawan Annuqayah. Semuanya tidak dapat menjawab.

“Hal-hal ringan seperti itu harusnya juga diketahui oleh teman-teman,” tegas K Miming.

Beliau melanjutkan bahwa segala informasi yang berkenaan dengan perpustakaan di lingkungan Annuqayah harusnya berpusat di perpustakaan pusat Annuqayah.

“Perpustakaan Annuqayah harus menjadi civitas akademika di lingkungan pesantren untuk mengakses semua buku yang ada di Annuqayah. Teman-teman pustakawan dituntut bisa memainkan posisi sentrum,” paparnya.

Sebagai tahap awal, tambah K Miming, BP3 PPA mesti mempunyai gambaran struktur yang pasti.

“Saya membayangkan ada tiga lembaga di biro ini. Tapi yang menjadi persoalan ialah bagaimana kemudian dengan tugas biro,” tanya K Miming.

K Mamak tidak melewatkan begitu saja pertanyaan direktur BPM Annuqayah di atas.

“Setidaknya, biro ini membuat kita berada di Google. Hanya saja kita mungkin sudah kurang menguasai ilmunya,” kata K Mamak.

Persoalan itu, kata K Miming, sangat mudah diatasi melalui kerja sama dengan ITS. Yang terpenting ialah BP3 PPA memiliki satu inti yang harus dipegang oleh biro. Memenej informasi dengan baik juga menjadi keharusan yang tak terelakkan.

Sebagai tahap awal, lanjutnya, penting kiranya diadakan workshop supaya visi-misi BP3 PPA menjadi terarah dan ada kejelasan.

“Teman-teman BPM bisa bantu. Peralatan di BPM lengkap. Nanti teman-teman bisa pinjam. Selain itu, teman-teman juga bisa minta bantuan kepada ‘senior’ BPM, Sunandar, untuk menjadi fasilitator jalannya workshop,” ujar K Miming.

Senin, November 08, 2010

SMA 3 Annuqayah Mengkader Jurnalis


Ummul Karimah, PPA. Karang Jati Putri

GULUK-GULUK—Pada hari Jum’at (05/11) kemarin, SMA 3 Annuqayah menggelar acara pelatihan jurnalistik. Acara yang dilaksanakan dengan sederhana ini bermula dari semangat kepala SMA 3 Annuqayah, M. Mushthafa, yang menginginkan agar blog Madaris 3 Annuqayah tetap aktif dan semarak. Akhirnya keinginan tersebut mendapat respons semangat dari beberapa siswa yang mendaftar untuk mengikuti acara tersebut.

Acara yang dimulai pada pukul 09.05 WIB itu bertempat di perpustakaan Madaris 3 Annuqayah dengan difasilitasi langsung oleh M. Mushthafa. Para peserta yang berjumlah 10 orang tampak antusias dalam memperkenalkan diri dan bercerita pengalaman menulis mereka.

“Acara semacam ini sudah lama tidak ada. Saya jadi ingat Februari 2008 lalu. Dulu sampai serius bikin panduan jurnalistik. Ini bukunya saya bawa,” kenang M. Mushthafa sambil menunjukkan buku bersampul biru kepada seluruh peserta.

Acara tersebut berjalan santai tapi serius, sampai-sampai hujan yang turun amat deras di pertengahan acara tak menjadi masalah dan bahkan tak dihiraukan oleh peserta.

Siti Nur Aini, siswa kelas XII IPS, mengatakan bahwa acara ini mengasyikkan, tidak terlalu tegang dan keterangan mudah dicerna serta dipahami. “Penyampaian Ra Mushthafa selalu disertai contoh sehingga saya langsung ngerti,” tambahnya.

Dalam penyampaiannya di bagian awal, M. Mushthafa memancing siswa dengan beberapa pertanyaan mendasar. Seperti, mengapa berita perlu ditulis, mengapa siswa perlu menulis berita padahal sudah ada wartawan, dan apa fungsi citizen journalism (jurnalisme warga) yang kini marak diperbincangkan.

Peserta antusias untuk menjawab sehingga sedikit demi sedikit pertanyaan-pertanyaan itu dapat terjawab dengan sendirinya. Barulah setelah itu, M. Mushthafa memberi pendalaman materi tentang penulisan berita.

M. Mushthafa juga menyampaikan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis. Salah-satunya adalah harus punya rasa ingin tahu, peka, dan punya naluri berita. “Seorang jurnalis tidak perlu menunggu ada acara atau kejadian, tapi mengkaji hal-hal sederhana dan dapat mengambil sisi menariknya,” paparnya.

Pada pukul 11.00 WIB peserta dibubarkan untuk istirahat dan berlatih menulis berita apa saja. Mereka sepakat untuk berkumpul pada pukul 13.00 WIB. Pada sesi terakhir, semua peserta membacakan karya masing-masing yang langsung dikomentari oleh M. Mushthafa.

“Jadi kalau 1 bulan masing-masing yang hadir di sini menulis satu berita saja, berapa karya dalam setahun? Pasti blog Madaris 3 Annuqayah akan ramai. Anak-anak, saya tunggu karyanya,” pungkasnya sambil memasukkan kamera ke dalam tasnya.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Minggu, November 07, 2010

Perpustakaan Latee Kian Mengenaskan


Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Hujan yang mengguyur bumi Annuqayah Jumat siang kemarin (5/11) membawa petaka bagi perpustakaan PPA Latee. Sebanyak 23 kliping koran, 16 majalah, dan 9 buku basah. Genting perpustakaan yang bocor menjadi penyebab dari kejadian itu.

“Telah lama genting perpustakaan ini bocor dan tidak diganti,” ujar Sekretaris perpustakaan Latee, M Syaiful Bahri.

Syaiful menegaskan bahwa tidak digantinya genting yang bocor tersebut bukan dikarenakan para pustakawan lalai. Melainkan, kondisilah yang tidak memungkinkan.

”Kayu-kayu yang menjadi penyangga genting sudah lapuk. Kalau kami naiki untuk mengganti genting, tamatlah riwayat kami, haha...” tambahnya terbahak-bahak.

Dari tahun ke tahun, tiap kali musim penghujan, perpustakaan tersebut selalu saja dimasuki air hujan. Tidak hanya lewat genting. Beberapa bulan yang lalu perpustakaan Latee kebanjiran. Air masuk ke dalam perpustakaan lewat gedung belakang.

”Mungkin karena sudah tua, sehingga pondasi bangunan perpustakaan ini ditembus air. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena para pustakawan mengatasinya dengan membuat parit di belakang perpustakaan,” ungkap ketua perpustakaan, M Mahrus Busthami.

”Kami hanya kasihan kepada para santri yang semangat bacanya menggebu. Sering karena persoalan genting bocor mereka jadi sungkan ke perpustakaan. Ya, siapa yang senang baca di tempat yang basah,” kata santri kelas 3 MA Tahfidh itu.

Selain masalah genting bocor, M Mahrus Busthami juga menyinggung persoalan perhatian pengurus pesantren yang sangat minim.

”Salah satu buktinya, sudah dua tahun lebih anggaran pembelian buku tidak cair. Padahal buku-buku di sini tidak sedikit yang sudah lapuk dan tidak menyenangkan untuk dibaca,” sesalnya.


Secara terpisah, Ustadz M Athwi Busthami, ketua pengurus PPA Latee, menanggapi kondisi perpustakaan Latee dengan wajah agak muram.

”Sebenarnya bukan kami tidak memikirkan bagaimana kondisi yang menimpa perpustakaan Latee. Gedung yang selama ini ditempati oleh perpustakaan kami akui kurang layak pakai. Tapi keadaan menuntut hal itu. Latee masih belum mempunyai gedung yang mencukupi,” katanya.

Selain itu, Ustadz Athwi menyatakan bahwa tidak cairnya uang yang dianggarkan guna pembelian buku perpustakaan disebabkan adanya kendala pembangunan.

”Uang pesantren terkuras untuk biaya pembangunan. Tahun ini saja Latee melaksanakan pembangunan Gedung Diniyah Lantai II. Jujur, kami belum siap memenuhi permohonan uang pencairan buku dari adik-adik pustakawan,” pungkasnya.

Sharing Kepenulisan Bersama Ahmad Sahidah


Siti Nur Aini, PPA Karang Jati Putri

GULUK-GULUK—Pada hari Ahad tanggal 17 Oktober 2010, SMA 3 Annuqayah mengadakan acara sharing seputar kepenulisan bersama Ahmad Sahidah, seorang dosen di Malaysia. Temanya "Kreativitas Berpikir dan Menulis". Kira-kira ada 30 orang siswa yang mengikuti acara tersebut. Di antaranya terdiri dari utusan tiap kelas di SMA 3 Annuqayah dan ada juga utusan dari sekolah lain di Annuqayah.

Acara yang bertempat di Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah itu dimulai pada pukul 12.45 WIB, sepulang sekolah.

Meskipun cuaca pada saat itu panas sekali, ditambah lagi sejak dari pagi otak para siswa dipenuhi dengan materi di kelas, tapi acara tetap berlangsung dengan lancar. Sahidah mampu membuat suasana pada saat itu tidak monoton. Ia memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mudah, sehingga para siswa saling berebutan untuk menjawab pertanyaannya itu.

Sahidah adalah alumni Annuqayah. Di Annuqayah, ia menempuh studi di MTs 1 dan MA 1 Annuqayah. Sewaktu Aliyah, ia pernah menjabat sebagai ketua OSIS. Selama di Annuqayah, ia mondok di Latee.

Karena itulah ia sangat antusias sekali untuk memberikan ilmunya dan berbagi pengalaman dengan siswa Annuqayah. Seperti halnya pada kesempatan itu ia memberikan motivasi kepada siswa sepintas tentang dunia kepenulisan agar dalam diri siswa tertanam keinginan untuk menulis.

Menurut Sahidah menulis adalah hal yang mudah asal ada keinginan. Berkat menulislah ia bisa melanjutkan studi dan kini bekerja sebagai dosen di Malaysia.

“Menulis bisa dimulai dengan mengamati hal-hal kecil di sekitar kita. Dengan begitu maka akan timbul pertanyaan dalam benak kita,” tutur alumnus IAIN Sunan Kalijaga dan Universitas Sains Malaysia itu.

Acara berlangsung selama hampir dua jam. Di akhir acara, Sahidah menekankan kepada siswa untuk tidak malu bertanya, karena malu bertanya sesat di jalan.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Sabtu, November 06, 2010

MI 3 Annuqayah Praktik Materi Sains Perubahan Suatu Benda


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada hari Sabtu, 23 Oktober lalu, tiga hari sebelum dilaksanakannya praktik korespondensi, siswi MI 3 Annuqayah melakukan praktik materi sains. Materi praktik pada hari itu tentang perubahan suatu benda.

Praktik dilakukan dengan tujuan agar siswi tahu dan melihat langsung bagaimana proses perubahan suatu benda terjadi. “Perubahan suatu benda disebabkan oleh beberapa faktor: suhu, air, mikroorganisme, dan waktu,” kata Mega, mengawali materi.

Sore itu siswi MI 3 Annuqayah melakukan praktik perubahan benda yang disebabkan oleh suhu. Pertama, mereka menyediakan dua buah kompor. Setelah kompor menyala, anak-anak meletakkan panci di atasnya yang sebelumnya sudah diisi air.

“Nah, coba kalian perhatikan sekarang, air yang dipanaskan hingga mendidih dapat mengubah wujudnya menjadi uap. Ini yang disebut dengan perubahan suatu benda,” katanya, menjelaskan.

Kegiatan hari itu diikuti oleh dua belas siswi, dan dilangsungkan di Star, Sabajarin. Sedangkan materi dimulai pukul 15.30 WIB dan berakhir pada pukul 16.45 WIB.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Selasa, November 02, 2010

Lajnah Falakiyah PP Annuqayah Gelar Pelatihan Ilmu Falak

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Bertempat di Lantai II Kantor Sekretariat Bersama PP Annuqayah, Lajnah Falakiyah PP Annuqayah (selanjutnya ditulis Lajnah) menggelar pelatihan ilmu falak. Pelatihan ini dilangsungkan selama dua hari, dari hari Kamis sampai Jum’at sore (28-29/10).

Acara yang dibuka sekitar pukul 14.00 WIB ini diikuti oleh 20 santri Annuqayah. Mereka terdiri dari beragam tingkatan; MTs. 2 orang, tingkat Aliyah 10 orang, dan mahasiswa STIK Annuqayah 8 orang.

Menurut salah satu pengurus Lajnah, Ahmad Faidhal (24), pelatihan ini merupakan yang pertama diadakan oleh PP Annuqayah. Hal itu berkait erat dengan baru dibentuknya Lajnah tahun kemarin (2009).

“Pelatihan ini mengacu pada program kerja yang telah dirumuskan oleh pengurus Lajnah masa bakti 2010/2011. Oleh karenanya, pelatihan ini ditangani langsung oleh 12 pengurus Lajnah,” katanya saat dijumpai di kantor PPA Latee Minggu pagi (31/10).

Santri PPA Latee yang mondok tanggal 14 Juli 2002 itu melanjutkan bahwa pelatihan ini benar-benar diseriusi oleh pengurus Lajnah. Persiapannya saja memakan waktu setengah bulan.

“Karena pelatihan ini pertama kalinya, maka kami upayakan berlangsung secara maksimal dan sesuai harapan bersama,” ujar santri yang juga dipercaya sebagai Koordinator Departemen Olahraga, Kesenian, dan Keterampilan PPA Latee itu.

Tutor dalam kegiatan yang pesertanya tidak dipungut biaya ini ialah empat orang yang semuanya tercatat sebagai pengurus Lajnah, yaitu Ahmad Faidhal, Ahmad Usmuni, Firdausyi, dan Hefni. Keempatnya menguasai banyak hal tentang ilmu falak.

Keempat tutor tersebut menjelaskan materi yang berbeda. Ahmad Faidhal menjelaskan “Kaidah-Kaidah Dasar Ilmu Falak dan Awal Masuk Waktu Salat Isya’”, Ahmad Usmuni tentang “Awal Masuk Waktu Salat Dzuhur”, Firdausyi memaparkan “Awal Masuk Waktu Salat Ashar”, sedangkan Hefni berkenaan dengan “Awal Masuk Waktu Salat Subuh”.

Dari awal hingga akhir pelatihan, semua peserta tidak ada yang absen.

“Saya optimis para peserta mampu mengembangkan sendiri ilmu dan keterampilan yang mereka peroleh selama ikut pelatihan. Dari semangat mereka dalam mengikuti pelatihan, diharapkan nantinya mereka bisa diajak kerja sama mengabdi di Lajnah,” tambah Faidhal.

Faidhal sangat berharap agar kegiatan semacam pelatihan ilmu falak ini bisa berkesinambungan tiap tahunnya.

“Misalnya, tahun depan akan ditambah dengan materi bagaimana mengetahui dan memahami dua gerhana. Dan, masih banyak materi ilmu falak lainnya yang penting diketahui dan dipahami oleh kita selaku umat Islam,” tandasnya.

Senin, November 01, 2010

Setengah Jam K Basyir Bicara Bencana

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Tidak seperti biasanya, usai shalat jama’ah Maghrib Kamis malam yang lalu (28/10), KH Ahmad Basyir AS menyampaikan taushiyah cukup lama. Dari sekitar pukul 18.04 sampai 18.36 WIB, beliau berbicara tentang bencana yang selama ini melanda Indonesia. Lumrahnya, beliau hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit.

“Musibah datang silih berganti. Dalam rentetan tahun selalu saja Indonesia ditimpa bencana. Padahal, Indonesia merupakan negara yang di atasnya berdiam beribu-ribu masyarakat muslim. Dengan kata lain, penduduk Indonesia didominasi oleh orang-orang Islam. Tapi, mengapa musibah datang tiada henti?,” tanya beliau.

Perkataan serta pertanyaan K Basyir di atas menyedot perhatian santri yang berjama’ah shalat Maghrib di musalla Latee. Pandangan santri fokus ke depan, menyaksikan dan mendengarkan dengan khidmat dawuh pengasuh PPA Latee itu. Semangat beliau itu direspons secara baik oleh santri.

Musibah yang menimpa Indonesia mengingatkan beliau kepada musibah-musibah yang menimpa umat terdahulu. Secara jelas, beliau utarakan bencana apa saja yang menimpa umat para Nabi. Termasuk pula musibah yang menimpa para Nabi itu sendiri.
Dikatakan olehnya, musibah-musibah yang menimpa manusia mengarah pada dua hal; bisa saja musibah itu sebagai ujian bagi kaum beriman, bisa saja pula ia bagian dari azab dunia yang ditimpakan Allah kepada manusia yang ingkar kepada-Nya.

Beliau berpandangan, bisa saja bencana yang sering menimpa manusia di era kekinian lebih dekat kepada azab ketimbang ujian. Alasan yang beliau utarakan ialah karena kebanyakan manusia sudah abai terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah.

“Pencemaran udara, penebangan pohon tanpa mempertimbangkan manfaat-mudaratnya, degradasi moral yang tercermin dari maraknya perilaku korupsi, dan perilaku buruk lainnya tidak menutup kemungkinan merupakan sumber dari segala bencana ini,” pungkasnya.