Kamis, April 23, 2009

Lubangsa Buat Aturan Tambahan Kepesantrenan

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Selepas shalat Maghrib berjamaah di Masjid Jamik Annuqayah Selasa malam (21/4) kemarin, Pengurus PPA Lubangsa mengumumkan beberapa aturan baru atau tambahan mengenai aktivitas yang berkaitan dengan kepesantrenan. Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh ketua pengurus PPA Lubangsa, Lukman Mahbubi, di depan ratusan santri yang berada di dalam Masjid Jamik itu.
Salah satu peraturan tersebut adalah tata cara santri pergi bertakziah. Dalam aturan itu santri dilarang bertakziah sebelum ada permintaan langsung dari yang keluarga yang berbela sungkawa. Begitu pula, jumlah santri yang akan takziah dibatasi hanya satu mobil. Itu pun tidak boleh menggunakan mobil pikep.
“Kita ke sana bukan untuk makan-makan tapi untuk ikut berbela sungkawa. Kalau banyak, misal sampai 50 orang, itu bukan takziah namanya,” ungkap ketua pengurus itu.
Seluruh santri bergemuruh ketika ia mengumumkan aturan yang datangnya dari pengurus seksi P2K (pengembangan peribatan dan kepesantrenan). Dalam aturan itu tertulis, santri dilarang shalat berjamaah dengan menggunakan kemeja lengan pendek. Santri diharuskan untuk shalat berjamaah dengan kemeja lengan panjang atau memakai jaket bila terpaksa berkemeja lengan pendek. ”Boleh memakai lengan pendek asalkan pakai jaket,” ungkap ketua pengurus ketika memberi keterangan.
Beberapa bulan lalu, ada peraturan bahwa saat shalat berjamaah santri dilarang memakai baju yang ada gambarnya di belakang.
Santri semakin bergemuruh setelah Pengurus membacakan aturan bahwa dengan alasan apa pun santri dilarang turun dari Masjid selepas jamaah Maghrib sampai jamaah Isya’ selesai.
Ada sebagian santri yang tanpa beban mengatakan bahwa shalat berjamaah kok seperti di penjara.
Ahmad, bukan nama sebenarnya, mengaku kebingungan dengan peraturan itu, utamanya dengan aturan soal baju. Ia mengungkapkan bahwa ia hanya punya satu baju yang lengan panjang, yaitu baju koko. Lainnya, empat kaos, dua jaket yang dibelakang ada gambarnya, dan tiga baju lengan pendek.
“Saya bingung harus pakai apa nanti. Semoga saja Haji Anam (pedagang pakaian yang biasa masuk pesantren, red) membawa baju yang cocok untuk saya. Saya akan pinjam uang dulu pada teman (untuk membeli baju, red),” ungkapnya yang sudah merasa keberatan dengan adanya aturan sebelumnya bahwa baju bergambar tak boleh dipakai saat shalat jamaah.
Menurutnya, memakai baju lengan pendek lebih sopan dari pada memakai jaket waktu berjamaah. Ia membeberkan, banyak santri yang jaketnya “cool abis” dengan style yang sangat mencolok. “Menurut saya, lebih pantas pakai baju lengan pendek daripada berjaket,” ungkapnya setelah mendengar bahwa memakai jaket diperbolehkan.

Berita terkait:
Lubangsa: Setelah Operasi Sandal Jepit, Kini Pakaian Santri

Tidak ada komentar: