Kamis, Juli 30, 2009

Gus Mus Hadiri Halaqah Islam dan Kebangsaan

Fahrur Rozi, Sekretariat PPA

Pesantren tidak perlu ikut-ikutan pemerintah. Karena pesantren memiliki spirit yang berbeda dalam hal misinya. Sangat lucu sekali jika spirit yang berbeda itu dikawinkan, apalagi coba digusur dari tatanan kehidupan pesantren yang sudah berlangsung lama di negara kita. Tapi, kita banyak menyaksikan peristiwa tersebut akhir-akhir ini seperti tidak terjadi apa-apa. Pesantren sudah banyak yang mengganti kurikulumnya dengan kurikulum pemerintah yang sangat tidak mendidik itu.

Demikian yang disampaikan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam acara Seminar dan Halaqah Kebangsaan dengan tema, “Islam dan Kebangsaan di Madura Pasca-Suramadu”, Sabtu (25/07), bertempat di Mushalla Sabajarin. Acara yang diprakarsai oleh tiga lembaga, yaitu Biro Pengabdian Masyarakat PP. Annuqayah, CMARS Surabaya, The Wahid Institute Jakarta, dan LibForAll Jakarta, mendatangkan dua penyaji, Gus Mus dan KH. D. Zawawi Imron.

Gus Mus dalam acara tersebut banyak menyorot tentang pesantren yang akhir-akhir ini kian menjauh dari jati dirinya. Beliau mengatakan, pesantren adalah benteng yang betul-betul benteng. Kalau benteng sudah ikut-ikutan dunia luar, maka alamat habis beberapa tahun ke depan. Indonesia akan banyak kehilangan potensi yang tidak dimiliki kelompok lain kecuali pesantren.

Tidak hanya Indonesia, dunia pun membutuhkan pesantren karena ia memiliki sikap al-tawassuth wal I’tidal. Mengenai ini, Gus Mus menceritakan tentang pengalamannya berbincang-bincang dengan seorang profesor dari Tokyo University. Sang profesor mengungkapkan kegelisahan negara Jepang tentang kondisi dunia saat ini. Ada dua ideologi yang merajai dunia dan keduanya sama-sama ekstrim, yaitu ideologi George Bush dan Usamah Bin Laden. Siapa yang tidak ikut Bush berarti teroris dan harus disikat, dan siapa yang tidak ikut Usama harus di bom. “Dilematis,” lanjut Pengasuh salah satu pesantren di Rembang ini. Sang profesor lalu mengatakan, tapi disela-sela dua ideologi yang sama-sama merusak ini, Jepang menaruh harap kepada Indonesia. Apa yang diharapkan Jepang dari Indonesia? Menurut Gus Mus adalah sikap al-tawassuth wal I’tidal tadi.

Selain Gus Mus, yang ikut menyamapaikan pemikirannya dalam acara tersebut adalah kiai dan penyair Madura dari Batang-Batang Sumenep, KH. D. Zawawi Imron. Beliau meneropong Islam dan kebangsaan dari perspektif kebudayaan. Sesuai dengan backgroud pemikiran beliau sebagai budayawan Madura. Beliau mengawali pemaparannya dengan mengritik ungkapan yang sering dipakai orang Madura untuk mengistilahkan pulang dan pergi dari Jawa ke Madura. Orang Madura kalau ingin pergi ke Jawa menyebut istilah “onggha” (naik) dan untuk datang dari Jawa menyebut “toron” (turun). Bagi penyair Celurit Emas ini, istilah tersebut kurang relevan jika terus dikembangkan saat ini. Sebab, baginya, istilah tersebut menggambarkan bahwa orang Madura lebih rendah derajatnya dengan orang Jawa.

Namun, pendapat ini diragukan oleh Gus Mus yang mendapat giliran berbicara setelah KH. D. Zawawi Imron. Beliau mengatakan, jangan-jangan bukan rendah diri tapi malah rendah hati. Sebab, kiai-kiai di pulau Jawa banyak belajar dari Kiyai Madura. Beliau mencontohkan murid-murid KH. Kholil Bangkalan yang ternyata banyak melahirkan Kiyai-Kiyai di Jawa yang sangat disegani.

Acara seminar dan Halaqah tersebut berlangsung kira-kira dari pukul 09:34-12:37 WIB. Acara yang dijadwalkan dimulai pada jam 08:00 WIB molor karena menunggu penyaji yang kebetulan masih ada di perjalanan. Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 48 undangan dari Kabupaten Sumenep dan Pamekasan, baik perorangan maupun dari lembaga-lembaga yang memiliki konsen terhadap keislaman, seperti NU, Ansor, LBM, MUI, perguruan tinggi Islam, dan beberapa lembaga pesantren.

Dalam laporan panitianya, Ahmad Zainul Hamdi, perwakilan dari CMARS, mengatakan bahwa acara ini pada awalnya hanya kontak-kontak saja melalui Facebook, lalu handphone, dan akhirnya bisa bertemu di BPM-PPA untuk membahas realisasi acara. Acara tersebut sebenarnya telah lama direncanakan. Namun, baru terealisi pada hari itu karena melihat ada momen yang tepat, yaitu dibukanya jembatan Suramadu.

Ada beberapa ketakutan, menurut Inung, sapaannya, dalam realisasi program tersebut. Salah satunya adalah khawatir disalahpahami, dijadikan tertuduh. Oleh karena itu, Gus Mus adalah orang yang tepat untuk menjadi media konsolidasi dan meluruskan kesalahpahaman tersebut.

Acara ini juga dihadiri oleh masing-masing perwakilan dari lembaga pemerakarsa. Salah satunya dari LibForAll, C. Holland Taylor, yang berkebangsaan Amerika.

Senin, Juli 27, 2009

IKSAJ Adakan Konferensi Akbar

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Ikatan Santri Annuqayah Jawa (IKSAJ) kemarin mengadakan Konferensi Akbar yang dilangsungkan selama dua hari (24-25/07). Konferensi itu dibagi dalam tiga pertemuan, yaitu sidang pleno I yang bergulir pada jum’at siang pukul 14.00 s/d 16.30 WIB untuk mengesahkan tata tertib, sidang pleno II mengesahkan tatib pemilihan ketua Dewan Mustasyar (Dewan Kehormatan) dan ketua Dewan Syuriah (Dewan Penasehat) sekaligus pemilihannya yang berlangsung pada jum’at malam pukul 19.30 s/d 22.00 WIB, dan sidang pleno III yang isinya mengesahkan tatib pemilihan ketua dan wakil ketua Dewan Tanfidziah (Dewan Pengurus) sekaligus pemilihan umum pada malam Ahad pukul 20.00 s/d 22.20 WIB.
Acara yang ditempatkan di ruangan MTs 1 Annuqayah yang dihadiri oleh 43 peserta itu berjalan dengan tertib dan lancar, baik dari awal sampai akhir acara. "Karena kami bekerja sama dan sama kerja,” ungkap Luthfi Afif Az-Zainuri, ketua panitia Konferensi Akbar itu.
Pada sidang pleno I, ketika pengesahan tatib sidang Konferensi Akbar dibacakan, para peserta aktif dalam menyuarakan pendapatnya. Sidang pleno II adalah pengesahan dan pemilihan ketua Dewan Mustasyar dan ketua Dewan Syuriah. Suasana tak jauh beda dari sidang pleno I. Pada kesempatan itu yang terpilih sebagai ketua Dewan Mustasyar adalah Helmi A Kholili yang pada tahun lalu menjabat sebagai sekretaris Dewan Syuriah dan ketua Dewan Syuriah adalah Fandrik HS Putra yang pada tahun lalu menjabat sebagai anggota Dewan Syuriah.
“Saya ucapkan selamat pada ketua Dewan Mustasyar dan Dewan Syuriah baru yang sudah terpilih. Semoga bisa membimbing kader IKSAJ ke depan agar lebih baik dari tahun sebelumnya. Ini adalah sebuah tanggung jawab yang besar,” ungkap Abd Wasik, ketua Dewan Syuriah lama ketika serah terima jabatan kepada ketua Dewan Syuriah baru.
Sidang pleno III, pimpinan sidang sudah diambil alih oleh ketua Dewan Syuriah yang baru terpilih, Fandrik HS Putra. Sidang pleno yang terakhir ini adalah sidang pleno yang paling ditunggu-tunggu oleh semua peserta. Sebab, pada sidang inilah diadakan pemilihan ketua dan wakil ketua Dewan Tanfidzi baru yang akan memimpin IKSAJ ke depan dalam satu periode (2009-2010).
Pemilihan yang berlangsung secara Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia (Luber) itu diawali dengan pemilihan bakal calon (balon) yang akan lolos menjadi calon. Ada enam orang yang masuk keriteria pemilihan balon yaitu Umar Faruq, Rifqiyatussholihin, Khairul Umam (Sa’ong), Ustum Ali Wafa, Ulil Ansor, dan Luthfi Afif Az-Zainuri. Dan yang lolos pada pemilihan calon adalah Ulil Ansor dari Sukokerto, Jember, dan Luthfi Afif Az-Zainuri dari Antirogo, Jember .
Sebelum pemilihan dilangsungkan, panitia memberikan kesempatan kepada Juru Kampanye (Jurkam) dari masing-masing calon untuk berorasi di depan pemilih. Suasana berlangsung ramai ketika orasi berlangsung. Mereka saling mendukung para kandidat calon yang terpilih. Dan akhirnya, Luthfi Afif Az-Zainuri yang keluar sebagai ketua dengan perolehan surat suara yang mutlak yaitu 34 suara dan Ulil Ansor sebagai wakil ketua dengan 9 suara.
“Terima kasih atas semuanya yang telah memberikan kepercayaan pada saya sebagai ketua IKSAJ masa bhakti 2009-2010 M. Sebenarnya dalam hal kepemimpinan saya masih minim jam terbang dan masih perlu arahan dan bimbingan dari para senior IKSAJ. Semoga dalam kepemimpinan saya IKSAJ akan terus berkembang maju dan berjaya. Bukan hanya dari segi kuantitas melainkan kualitas,” ungkapnya ketika memberikan sambutan pada seremoni penutupan konferensi akbar itu.

Minggu, Juli 26, 2009

Lima Orda Adakan Pemilihan Pengurus Baru

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Pasca dilantiknya pengurus PP Annuqayah Lubangsa masa bakti 2009-2010 beberapa minggu lalu, beberapa Organisasi Daerah (Orda) yang ada di Lubangsa yang berada di bawah naungan pengurus PPA Lubangsa seksi Pembinaan dan Penerangan Organisasi (P2O) mengadakan reformasi pengurus baru masa bakti 2009-2010 M.
Jum'at malam (24/07) kemarin, ada lima Orda yang sama-sama mengadakan reformasi pengurus baru yang meliputi pemilihan Dewan Syuriah/Dewan Perwakilan Anggota (DPA) dan Dewan Tanfidziyah/Badan Eksekutif Santri (BES). Lima Orda itu adalah Ikatan Santri Annuqayah Jawa (IKSAJ), Ikatan Santri Timur Daya (IKSTIDA), Ikatan Santri Beragung (IKSBAR), Persatuan Santri Lenteng (PERSAL), dan Ikatan Santri Pamekasan Sampang (IKSAPANSA) yang kesemuanya diletakkan di ruangan MTs 1 Annuqayah.
Bergulirnya pemilihan pengurus baru Orda sejatinya diletakkan setelah libur panjang bulan Ramadan. Namun tahun ini karena pihak pengurus pesantren Lubangsa mengubah jadwal pergantian pengurus pesantren baru dalam satu periode, dari acuan tahun Hijriyah menjadi tahun Masehi, maka Orda juga harus menyesuaikan diri dengan pihak pesantren agar tidak ada kesimpangsiuran terhadap akhir kepemimpinan pesantren dengan organisasi daerah.
“Memang sangat berpengaruh sekali terhadap kami. Salah satunya adalah perubahan AD/ART Orda kami tentang pemilihan ketua dan wakil ketua baru. Jika tidak diubah, konsekuensinya Orda kami tak akan sejalan dengan orda-orda yang lain,” ungkap Faisol Amin, ketua DPA Persal sekaligus salah satu pengurus P2O.
Hal itu juga diakui oleh ketua Dewan Syuriah IKSAJ, Abd Wasik. Ia menuturkan beberapa perubahan AD/ART pesantren juga mempengaruhi AD/ART Orda. "Sebagai organisasi yang berada di bawah naungan salah satu pengurus Lubangsa (P2O), seharusnya kami menyesuaikan diri dan terus berbenah,” ungkap pria asal Randu Agung, Jember itu.

Sabtu, Juli 25, 2009

Suasana Lubangsa di Awal Ajaran Baru

Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Suasana pesantren pada awal ajaran baru terlihat sangat berbeda dengan hari-hari biasanya. Banyak masyarakat yang berdatangan menambah ramai suasana pasantren, Mereka yang berasal dari berbagai daerah datang untuk memondokkan anaknya ke pesantren.
PP Annuqayah Daerah Lubangsa, misalnya, sejak beberapa minggu yang lalu sudah mulai membuka pendaftaran bagi para santri baru. Setiap hari, banyak santri baru yang datang mondok. Seperti Bapak Fathol Bari yang datang dari Gapura untuk memondokkan Muhammad Faiqi (anaknya) di Lubangsa. Dia mengaku sangat senang melihat antusiasme masyarakat yang hilir mudik datang ke pesantren untuk memondokkan putra-putrinya, karena dengan itu dia merasa masyarakat masih memandang pesantren sebagai tempat yang paling tepat untuk anaknya belajar agama.
“Saya sangat senang melihat masyarakat yang masih antusias memondokkan anaknya ke pesantren. Mungkin mereka masih memandang bahwa pesantren sebagai tempat pendidikan sosial keagamaan yang tepercaya untuk menegakkan syiar-syiar Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan melaksanakan tugas-tugas kemasyarakatan,” ungkap Bapak Fathol Bari, ketika ditemui di depan Masjid Jamik Annuqayah, hari Selasa (21/07) kemarin.
Bapak dari Muhammad Faiqi itu juga menambahkan, banyaknya masyarakat yang datang ke pesantren juga harus mendapat perhatian dan pelayanan yang baik dari pihak pesantren, baik dari santri maupun pengurus. “Saya juga mengharap dari pihak pesantren dapat memberikan pelayanan yang lebih dari segi fasilitas. Seperti, jeding atau kamar mandi khusus bagi para tamu yang datang, agar mereka tidak repot-repot antre dengan santri. Karena kasihan mereka yang datang jauh-jauh tapi tidak mendapat pelayanan yang baik,” tambahnya sambil menghisap rokok yang terselip di antara jari-jarinya.

Rabu, Juli 22, 2009

Tim Pupuk Organik SMA 3 Annuqayah Masuk 15 Besar Lomba SCC British Council


Anisah, PPA Karang Jati Putri

Tidak disangka, tepat pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009 salah satu guru pembimbing kami, Tim Pupuk Organik School Climate Challenge (SCC) Competition British Council SMA 3 Annuqayah, yaitu Bapak Mahmudi, S.Sos menerima telepon dari Siswoyo selaku salah seorang tim verifikasi Lomba SCC British Council. Pak Siswoyo memberi kabar bahwa Tim Pupuk Organik SCC SMA 3 Annuqayah masuk 15 besar dari 71 tim proyek SCC yang sudah mengirimkan laporan ke panitia. Kabar tersebut merupakan kabar yang sangat membahagiakan bagi kami, Tim Pupuk Organik, dan juga dua tim SCC SMA 3 lainnya.

Menurut informasi yang kami terima, awalnya peserta lomba SCC ini sebanyak 183 tapi yang mengirimkan laporan hanya sebanyak 71 tim. Dari 71 tim tersebut dipilih 15 besar untuk kemudian akan diseleksi lagi menjadi 3 besar lagi sebagai pemenang.

Pada hari Rabu 15 Juli 2009, kami Tim Pupuk Organik kedatangan tamu dari Yayasan Kaliandra Sejati Pasuruan sebagai tim verifikasi lomba SCC ini. Beliau adalah Bapak Siswoyo dan Bapak Mas’ud selaku tim observer SCC. Maksud kedatangan mereka ingin menilai langsung (verifikasi) kegiatan tim kami selama 3 bulan sebelumnya. Apa sesuai dengan laporan yang kami kirimkan, dan bagaimana tindak lanjutnya.

Tepat pada pukul 08.30 WIB kami memulai acara kami dalam bentuk berdialog, yang tempatnya dilaksanakan di Laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah. Acara tersebut dihadiri 2 orang tim obsever SCC dan kepala sekolah dari masing-masing lembaga yang ada di lingkungan Madaris 3 Annunqayah sekaligus juga dihadiri oleh dua tim SCC lainnya, yakni Tim Gula Merah dan Tim Sampah Plastik.

Sebagai pembuka, pertama terlebih dahulu kami saling memperkenalkan diri agar saling mengenal satu sama lain dan juga agar dapat memperkuat tali silaturrohim. Selanjutnya, salah satu di antara Tim Pupuk Organik menjelaskan sedikit tentang kegiatan proyek kami. Di antaranya kami menjelaskan mengapa kami memilih limbah pertanian khususnya jerami untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Sesudah kami menjelaskan, kedua tim observer SCC tersebut ingin melihat bukti-bukti kegiatan kami dan ingin melihat lahan kami yang akan dijadikan tempat percobaan dari hasil pembuatan pupuk kami.

Tapi sebelum pergi ke lahan tersebut, terlebih dahulu kami mengantarkannya ke tempat pembuatan pupuk kami dan sekaligus menunjukkan hasil dari pembuatan pupuk kami itu. Kami juga memperlihatkan bukti-bukti kegiatan kami ini dalam bentuk foto. Sesudah itu kami mengantarkannya ke lahan kami di lahan milik K.H. Ahmad Hazim, salah seorang guru SMA 3 Annuqayah. Setelah itu, kami juga mengantarkan tim observer ke Green House yang juga akan dijadikan tempat eksprimen hasil dari pupuk kami. Setelah dari Green House, kami semua langsung menuju ke ruang Laboratorium IPA kembali untuk makan-makan bersama. Kebetulan menunya hasil dari buatan Tim Gula Merah yang terdiri dari tattabun dan jubete, sedangkan minumannya terdiri dari la’ang dan poka’—semuanya berbahan gula merah.

Sekitar pukul 10.00 WIB kami berangkat ke dua daerah untuk melihat langsung hasil tanam para petani yang selama ini memakai pupuk organik. Pertama yang kami kunjungi yaitu ke Desa Bragung dulu. Kebetulan lahan tersebut milik Bapak Mahmudi sendiri selaku pembimbing kami (Tim Pupuk Organik). Selama 2 tahun ini beliau sudah memakai pupuk organik dan ternyata hasilnya lebih bagus dari pada memakai pupuk kimia.

Selanjutnya kami langsung menuju ke Desa Berekas Deje yang bertempat di dhelemnya K.H. Masyhuda, salah seorang guru SMA 3 Annuqayah. Kebetualan di sana yang selama ini memakai pupuk organik adalah Nyi. Zulfa, putri dari beliau sendiri. Setelah sampai di sana, kami masih duduk sebentar untuk menghilangkan rasa lelah kami. Kemudian kami diajak oleh beliau untuk melihat langsung hasil tanam beliau yang selama ini memakai pupuk organik dan setelah dilihat langsung ternyata hasilnya lebih bagus dari pada yang memakai pupuk kimia. Tapi sebelum beliau memakai pupuk organik, beliau memakai pupuk kimia dengan menggunakan lahan yang lain hanya untuk sebagai perbandingan, lebih bagus yang mana antara memakai pupuk kimia dengan memakai pupk organik. Dan setelah dilihat langsung ternyata hasilnya lebih bagus yang memakai pupuk organik dibandingkan dengan memakai pupuk kimia.

Kunjungan kami ke dua tempat itu bersama tim observer SCC berakhir sekitar pukul 14.00 WIB. Kami langsung kembali ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, ternyata tim observer SCC langsung minta izin kepada kami untuk pulang, karena mereka masih ada tugas lain yang harus diselesaikan.



Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Minggu, Juli 19, 2009

Santri Baru Membludak, Jalan Annuqayah Macet

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Memasuki tahun pelajaran baru 2009/2010, ratusan masyarakat dari berbagai daerah membanjari PP Annuqayah. Tujuan mereka tidak lain untuk mengantarkan putra-putri mereka untuk “menggali” ilmu di PP Annuqayah.
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim disebutkan bahwa hari yang baik untuk berangkat mencari ilmu adalah hari Rabu dan Ahad, sehingga mereka memilih hari-hari itu untuk dijadikan momentum sebagai pemberangkatan awal mencari ilmu.
Ketika saya dan Khalilurrahman, staf Sekretariat PPA, pergi mengantarkan surat ke seluruh lembaga yang ada di lingkungan PP Annuqayah dengan mengendarai sepeda motor Honda “Revo” milik Yayasan pada hari Rabu (15/07), kami terjebak macet dua kali. Pertama, di sepanjang jalan Masjid Jamik Annuqayah sampai di PP Annuqayah Nirmala, dan kedua di jalan sepanjang Kantor Sekretariat Bersama PP Annuqayah sampai musholla PP Annuqayah Latee.
Kemacetan itu terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, karena banyaknya kendaraan yang memasuki kawasan PP Annuqayah. Kemacetan yang sangat parah terjadi di sepanjang jalan Masjid Jamik Annuqayah sampai kawasan Nirmala. K Arsyad, penjaga koperasi pelajar PP Annuqayah Lubangsa, salah satu saksi mata menuturkan, kemacetan itu terjadi sekitar 20 menitan.
“Kerikil yang akan dibuat untuk perbaikan jalan di lingkungan Annuqayah yang diletakkan di sisi jalan membuat jalan semakin sempit. Apalagi ketika ada tujuh rombongan mobil dari utara (PPA Nirmala) yang akan menuju Lubangsa, kemacetan semakin tak terkendali,” ungkapnya.

Sabtu, Juli 18, 2009

Workshop Web Design BPM-PPA


Subaidi, Sekretariat PP Annuqayah

Selasa-Rabu (14-15/07), BPM-PPA (Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah) mengadakan workshop web design dan sistem informasi BPM PPA. Kegiatan yang dikoordinatori oleh Ach. Sunandar ini bertempat di kantor BPM-PPA, dengan memanfaatkan 3 buah komputer yang biasa dipakai sehari-hari.
Kegiatan yang merupakan bagian program kemitraan dengan Yayasan Kehati Jakarta ini, difasilitasi oleh Tim IT dari ITS (Institute Tekhnologi Surabaya) sebagai trainer. Tim dari ITS berjumlah 6 orang, Dr. Agus Zainal Arifin, S,Kom, M.Kom, sebagai koordinator trainer, dan dibantu oleh Nurvan Indra Praja, S. Kom, Hudan Studiawan, S. Kom, Moh Yasin, Muh Nur Yasin, dan Abdul Wafi sebagai asisten trainer.
Sebenarnya, fokus kegiatan ini hanya untuk intern Pengurus BPM PPA, namun melihat materi kegiatan ini sangat bermanfaat, maka beberap orang dari luar pengurus BPM PPA pun diundang sebagai peserta. Mereka adalah Muhammad Afnan, guru TIK SMA 1 Annuqayah, Subaidi Guru TIK MTs 1 Annuqayah Putra, Abdurrahman Staf STIK Annuqayah, dan Fahmi Staf PP Annuqayah.
Pak Agus, panggilan akrab Dosen yang pernah belajar di Jepang ini, dalam sesi pembukaan mengatakan, digitalisasi khazanah kekayaan keilmuan berbasis database, merupakan cara modern untuk melestarikan dan menyebarkan manfaat kekayaan itu kepada masyarakat. Apalagi ilmu yang tersurat itu hanya 20%, sementara 80%-nya merupakan ilmu yang tersirat (tacit knowlegde). Jadi workshop kali ini adalah untuk memantik yang 80% tersebut.
Menurut penanggung jawab program ini, Ach. Sunandar, secara khusus, tujuan kegiatan ini, pertama, untuk membangun sistem informasi BPM-PPA. Sehingga informasi dan koordinasi antar elemen di BPM PPA tidak berbasis kertas lagi, melainkan terkomputerisasi. Baik dalam internal BPM sendiri, atau dengan mitra BPM lainnya. Seperti KSM (kelompok swadaya masyarakat), lsm, dan lain sebagainya. Kedua, untuk membuat web BPM PPA.
Ketika ditanya mengenai manfaat kegiatan ini, Muhammad Afnan, peserta dari SMA Annuqayah ini mengatakan, “sangat bermanfaat, apalagi ke depan, kita tidak dapat mengelak lagi dengan sistem informasi seperti ini, namun dua hari workshop tidak cukup, jika tujuannya untuk membuat website, apalagi ditambah dengan sistem databasenya itu”
“Kegiatan ini akan ada tindak lanjutnya sampai BPM PPA benar-benar merengkuh mimpinya untuk memiliki website,” demikian tandas Sunandar.

Minggu, Juli 05, 2009

Mubes Perpustakaan PPA Lubangsa Selatan Bahas AD/ART

Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan

Kamis (02/07) malam, Perpustakaan PPA Lubangsa Selatan mengadakan musyawarah besar (mubes) dengan agenda membahas Anggara Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Acara yang ditempatkan di ruang Perpustakaan itu dihadiri oleh Dewan Penasihat, mantan pustakawan, dan pustakawan yang baru. Departemen Perpustakaan dan Pengembangan Wawasan (Puspenwas) yang dijadwalkan hadir tidak tampak selama acara berlangsung.
Acara ini molor dari jadwal yang ditetapkan. Mestinya pukul 20.30 WIB. musyawarah sudah dimulai. Namun, sampai kira-kira pukul 21.15 WIB. acara baru bisa dilangsungkan. Hal itu karena Dewan Penasihat hadir tidak tepat waktu. Menurut Ach. Qusyairi Nurullah, salah satu mantan Pustakawan periode 2007-2008, musyawarah besar yang tidak dihadiri oleh penasihat itu kurang sah, karena struktur tertinggi setelah Puspenwas adalah Penasihat. “Apalagi, Puspenwas sekarang tidak bisa hadir. Kalau mereka (Penasihat, Red.) tidak hadir juga, apa masih akan dikatakan mubes?” tanyanya.
Acara dimulai dengan sambutan sekaligus penentuan ketua sidang oleh Ketua Perpustakaan PPA Lubangsa Selatan yang baru, Rudi Hartono. Rudi, panggilannya, meminta kepada peserta sidang untuk menunjuk siapa kira-kira yang pantas menjadi pemimpin sidang. Melihat tidak ada yang angkat bicara, Faizun, salah satu Dewan Penasihat, angkat tangan menawarkan diri menjadi pimpinan sidang. Hadirin pun setuju.
Niat untuk membahas AD/ART memang telah lama direncanakan namun terkatung-katung hingga tidak jelas juntrungannya. Padahal, dalam kerangka organisasi, AD/ART merupakan dasar kebijakan dalam merumuskan undang-undang yang dibuat oleh pustakawan. Maka dari itu, seorang pustakawan memang harus mengetahuinya. Ketidakseriusan dalam rencana pembahasan AD/ART sebelumnya membawa dampak yang cukup signifikan dalam diri pustakawan tahun-tahun yang lalu. Banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi disebabkan mereka tidak mengerti AD/ART.
Sebagian draf AD/ART yang dibuat beberapa tahun yang lalu itu sudah usang. Beberapa bagian harus melewati perombakan. Salah satunya adalah program bahasa. Program bahasa yang menjadi wadah mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris dihapus karena sudah ada program khusus dari Departemen Pendidikan dan Peribadatan (Dikdat) PPA Lubangsa Selatan. Semata-mata untuk memfokuskan program lain agar lebih total dalam merealisasikannya. Selain dari substansi materi AD/ART, juga disempurnakan tata bahasa yang dianggap kurang benar.
Pukul 12.08 WIB. musyawarah baru usai. Namun, tidak seluruh draf AD/ART berhasil dibahas malam itu juga. Peserta musyawarah hanya berhasil menyelesaikan bagian Anggaran Dasarnya. Dan bagian Anggaran Rumah Tangga akan dilanjutkan pada keesokan malamnya.
Dalam musyawarah tersebut juga terjadi pergantian pimpinan sidang. Faizun yang awalnya memimpin sidang diganti oleh Syafiqurrahman, juga dari dewan Penasihat. Terlihat Faizun kewalahan membaca draf secara rinci.
Malam berikutnya, Jum'at (03/07), juga terjadi kemoloran waktu. Namun, peserta lebih bisa dikondisikan dari pada malam sebelumnya. Terlihat peserta lebih banyak ketimbang musyawarah pertama. Pimpinan sidang pada pembahasan ART ini masih dipegang oleh Faizun. Seperti juga pada malam pertama, terjadi pergantian pimpinan sidang. Masih tetap Syafiqurrahman yang menggantikan Faizun, namun dia hanya memimpin sebentar karena terburu-buru untuk suatu pekerjaan yang tak dapat ditinggalkan.
Masih seperti malam sebelumnya, terjadi banyak perombakan dan koreksi terhadap substansi maupun dari tata bahasa. Ada yang dipangkas bahkan ada yang dihapus. Namun, kondisi peserta tidak semeriah pada musyawarah pertama. Peserta lebih ayem dan tak banyak komentar. Hampir seluruh komentar didominasi oleh mantan Pustakawan dan Dewan Penasihat sendiri.
Pembahasan ART malam tersebut juga harus nunggak. Musyawarah hanya menghasilkan beberapa poin di awal draf ART. Hal itu karena banyaknya koreksi yang harus dilakukan terhadapnya. Pembahasan sisanya dijadwalkan nanti setelah liburan akhir tahun usai.
Ditemuai saat usai musyawarah, Faizun mengatakan, sebenarnya dia tidak berani kalau acara tersebut dikatakan musyawarah besar (mubes). Persoalannya, mubes harus dihadiri oleh beberapa elemen penting, baik dari struktur maupun dari luar struktur pengurus perpustakaan, semisal departemen Puspenwas, dan Penasihat. “Hal itu untuk mengakomodir suara dari semua pihak yang memiliki ikatan dengan perpustakaan. Kalau Puspenwas tidak hadir, kan keputusannya bisa berat sebelah,” katanya. Memang, sebagai bagian integral dari pengurus pesantren, perpustakaan harus melibatkan divisi yang membawahinya, yaitu Puspenwas. Jika mereka tidak hadir, suara-suara dari pihak pesantren tidak terakomodir.
Selain itu, menurutnya, membahas AD/ART harus dipikirkan dengan matang. Tidak bisa hanya dalam waktu yang amat singkat. Dalam hal ini, Faizun lebih suka menyebutnya sebagai sosialisasi AD/ART bagi pustakawan yang baru resmi menjabat pada periode ini.

Sabtu, Juli 04, 2009

Nirmala Selenggarakan Haflah Akhir Sanah dan Wisuda Trisiska IX Pasca Pengabdian


Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK-Kamis (02/07) kemarin Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nirmala menyelenggarakan Haflatul Akhir Sanah dan Wisuda Trisiska IX, bertempat di halaman utama Nirmala. Haflah kali ini ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni tidak ada pra-acara. Dalam kesempatan tersebut, hadir di antaranya K.H. Syafi'ie, Ustadz Rasyid, dua orang wali santri The Best dan Teladan, serta K.H. Syaiful Islam, penceramah asal Pakamban, Pragaan. Acara ini diisi dengan beberapa mata acara, yaitu pembukaan, pembacaan ayat-ayat suci al-Quran, lantunan shalawat Nabi, prakata panitia, sambutan-sambutan, prosesi wisuda trisiska pasca pengabdian (guru tugas), penobatan santri teladan, ceramah agama, pemberian hadiah dan penutup.
Pelaksanaan haflah ini adalah program tahunan PP Annuqayah Nirmala sebagai puncak dari kegiatan Pekan Evaluasi dan Akhir Sanah.
Abd. Wasik Dasuki, ketua panitia kegiatan ini, mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya haflah adalah dalam rangka tasyakkuran, sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt. Selain itu, sebagai ajang evaluasi, barometer atau tolok ukur yang akan mengukur sejauh mana kemampuan para santri setelah belajar selama lebih kurang satu tahun. “Tujuan yang terakhir ialah diharapkan kegiatan ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah kami kemas dengan bentuk ceramah agama yang insya Allah akan disampaikan oleh Kiai Syaiful Islam,” tutur Wasik dalam salah satu sambutannya.
“Kegiatan ini adalah sebagai kegiatan puncak dari berbagai kegiatan sebelumnya yakni Pekan Orientasi dan Monitoring”kata A. Fadali, ketua pengurus Nirmala.
“Pada malam ini juga akan kami nobatkan santri Tauladan dan The Best, masing-masing satu orang”tambahnya.
Dalam sambutannya K.H. A. Hamidi Hasan, Pengasuh Harian PP Annuqayah Nirmala mengingatkan tentang pentingnya hidayah (petunjuk) ketika nanti pulang ke masyarakat. ”Hidayah sangat penting bagi kita sebab jika kita tidak memperolehnya, maka nanti ketika pulang ke masyarakat tidak akan membawa barokah tapi derekah (zhalim),” tuturnya.
”Pengertian takwa bukan hanya shalat dan puasa saja, akan tetapi ilmunya juga harus diamalkan, lebih-lebih nanti ketika nanti pulang ke rumah,” tambahnya.
Beliau berharap kepada seluruh santri agar tidak menggambarkan kerusakan seorang sosok santri di akhir zaman. ”Kerusakan yang terjadi di akhir zaman ditandai dengan ulama pintar, lebih suka berbicara dan berdebat, tapi tidak suka mendengarkan,” ujarnya.
Khairul Umam, 19, salah satu wisudawan asal Batu Ampar diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan dan kesan. Dia mengatakan bahwa tugas pengabdian selama satu tahun baginya punya nilai sama dengan kuliah tingkat S2, sebab para santri yang menjadi guru tugas bisa melakukan riset langsung ke sebuah kelompok masyarakat.
”Kita jangan pernah takut untuk mengabdi di masyarakat. Pengabdian itu adalah evaluasi bagi kita,” pesannya kepada seluruh santri.
K.H. Syaiful Islam yang hadir sebagai penceramah mengungkapkan tiga hal yang sering diungkapkan oleh para masyayikh di Annuqayah yaitu, pintar membaca al-Qur'an, pintar membaca kitab turats, dan akhlaknya baik.
”Mun taoh macah ketab cong, paggi’ neng e sowarge aton-tonton (kalau bisa membaca kitab nak, nanti di surga akan bergandengan tangan),” ungkapnya.
Tak kalah penting yang beliau sampaikan tentang pentingnya akhlak setelah nanti para santri terjun langsung ke masyarakat.
”Masyarakat itu tidak mengagungkan pengetahuannya, lancar membaca hadits, fasih membaca al-Qur'an dan semacamnya. Akan tetapi masyarakat lebih mengagungkan akhlaknya,” tutur kiai alumni Annuqayah Latee ini.
Acara dilanjutkan dengan pembagian hadiah ranking kelas, lomba, dan terakhir penutup/do’a. Do’a dipimpin oleh K.H. Syafi’ie.
MC acara ini menggunakan tiga bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris. Ini sesuai dengan instruksi dari pengasuh utama Nirmala, Dr. K.H. M. Afif Hasan, M.Pd., walaupun beliau tidak bisa hadir di acara itu.

Jumat, Juli 03, 2009

Sempat Ketar-Ketir, Siska '09 MTs 1 Annuqayah Putra Berjalan Lancar

Faza Bina Al-Aliem, PPA Latee

Bulan Juni ini bisa dikata adalah bulan kegiatan. Dalam satu bulan terakhir, sudah empat lembaga di Annuqayah mengadakan acara dalam waktu yang hampir bersamaan. Acara tersebut misalnya, Haflatul Imtihan Madrasah Diniyah Latee 1 Putri, PPA Lubangsa Tengah Putri, PPA Lubangsa Selatan Putra, dan tasyakkuran lepas pisah Siswa Kelas Akhir (Siska) ’09 MTs 1 Annuqayah Putra.
Siska '09 yang dilaksanakan pada Sabtu (27/06) malam berjalan lancar, meski panitia sempat ketar-ketir karena listrik padam. Dari acara yang seringkali diadakan oleh Annuqayah, manual acara Siska’09 tergolong paling banyak. Ada sekitar sebelas acara. Acara ini nyaris sama dengan acara-acara yang lain. Bedanya, setelah muhadlarah dilanjut dengan pembacaan kesan dan pesan oleh siswa. Setelah itu acara dilanjutkan dengan tashafah (salaman) pada semua guru.
Acara terlihat tidak menemui rintangan berarti. Namun, panitia sempat kewalahan karena panggung yang rencananya akan disewa ternyata sudah ada yang memesan lebih dulu. ”Saya hampir frustasi, untung ada Pak Yusri membantu saya melobi panggung yang akan dipakai acara di putri. Kalau tidak, harus membuat panggung dari bangku,” ujar Aziz Warno, ketua Siska ’09. Dengan semangat dan kekompakan semua panitia, akhirnya Siska’09 bisa terlaksana dengan lancar.

Persiapan Halal Bihalal IAA di Jember

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Sudah menjadi tradisi setiap tahun pengurus Ikatan Santri Annuqayah Jawa (Iksaj), organisasi santri Jawa yang ada di Lubangsa dan pengurus Santri Tiga Kabupaten (Santika), organisasi santri Jawa yang ada di Latee bekerjasama dengan pengurus Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) eks-Karesidenan Besuki mengadakan acara akbar yang melibatkan seluruh anggota IAA se-karesidenan Besuki dan santri yang masih aktif di PP Annuqayah. Acara itu adalah halal bihalal dan temu alumni.
Acara yang dikemas dengan ceramah keagamaan itu menjadi program kerja sama tahunan antara Iksaj, Santika dan IAA eks-keresidenan Besuki (kabupaten Jember, Bondowoso, Lumajang, dan Situbondo), dan biasanya diadakan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri. Momentum tersebut dianggap sangat tepat mengingat tujuan utama acara itu adalah silaturrahim antara santri yang masih aktif mondok di PP Annuqayah dan para alumni dengan beberapa masyayikh PP Annuqayah.
“Rapat IAA yang diadakan pada tanggal 19 Juni 2009 lalu memutuskan, setelah bersosialisasi dengan tuan rumah (tempat acara), semua pegurus IAA sepakat bahwa hala bihalal mendatang akan dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal 1430 H,” cetus Mohammad Ali Wafa, penanggung jawab komunikasi dengan IAA.
Setelah melalui proses persiapan yang cukup panjang dan selalu aktif berkomunikasi dengan pengurus IAA yang ada di Jember, persiapan panitia halal bihalal sudah dikatakan mencapai 80%, baik dari kalangan pengurus Iksaj, Santika, maupun IAA.
“Kami di sini selalu berkomunikasi dengan IAA untuk menanyakan perkembangan acara itu. Dan alhamdulillah informasi terakhir dari IAA kita tinggal memastikan teknis acaranya saja, seperti pembuatan dekor, umbul-umbul, sponsor, lomba-lomba yang akan diadakan di bulan Ramadhan, dll. Untuk pra-acarannya, sebagai hiburan, kami akan mengundang musik gambus Balasyik,” ungkap Helmi A Kh, ketua panitia halal bihalal.
Acara yang akan ditempatkan di kediaman H Ahmad, desa Sukokerto, kecamatan Sukowono, kabupaten Jember itu rencananya akan mengundang lebih dari 1000 alumni dan akan mengundang pengurus yayasan, masyayikh dan kiai muda Annuqayah.
“Inginnya pengurus IAA demikian, tapi yang wajib diundang adalah Drs K.H. A. Warits Ilyas (pengasuh PPA Lubangsa), KH Ishomuddin AS (pengasuh PPA Lubangsa Selatan), serta KH Ahmad Basyir AS,” ungkap Muhammmad Ali, dewan mustasyar Iksaj.

Kamis, Juli 02, 2009

Lama Berlibur, Santri tak Terkendali

Faza Bina Al-Aliem, PPA Latee

Usai ujian madrasah formal dan diniyah, santri PPA Latee tak punya kegiatan yang pasti. Pada hari liburnya mereka meluangkan waktu dengan santai, main game di rental dan kegiatan lain yang tak begitu penting.
Banyak santri yang nekad pulang setiap hari. Bahkan, ada yang berani pulang lebih dari satu minggu tanpa melalui prosedur resmi dari keamanan (kamtib). “Saya berani pulang karena beberapa hal. Pertama, di sini saya nggak ada kegiatan. Kedua, orang tua saya bilang, kalau memang nggak ada kegiatan, pulang saja. Di pondok cuma habisin uang. Ketiga, sekarang 'kan masa transisi (pergantian pengurus baru). Kamtib nggak begitu memperhatikan. Lagi pula, nggak cuma saya yang pulang,” ujar salah satu santri yang tak ingin disebut namanya.
Tak cuma itu, santri yang masih berada di pondok mulai tak terkendali. Jam olahraga yang hanya tiga hari menjadi setiap hari. Saat shalawat dikumandangkan biasanya mereka sudah menuju ke musolla. Sekarang mereka malah asyik mandi. Pukul 03.30 WIB. seharusnya santri sudah bangun tidur, tapi sekarang pukul 04.00 WIB. mereka baru bangun.
“Kita tidak boleh memojokkan santri saja, kalau pengurusnya tegas, tak akan seperti ini jadinya.”

Pembukaan HIMA Putri: Awal yang Meresahkan

Nur Hidayati, PPA Lubangsa Putri

Pembukaan Gebyar Lomba Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA) Putri tahun ajaran 2009 Ahad malam (28/06) kemarin cukup meresahkan panitia. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Putri atau keluarga pengasuh yang hadir. Akibatnya, pembacaan Surah Yasin yang biasanya dipimpin oleh salah satu pengasuh atau pengurus Pondok Pesantren Annuqayah putri itu terpaksa dialihkan pada Wardatul Hasanah, salah satu panitia Seksi Akomodasi.
“Kami sudah mendatangi hampir seluruh pengasuh atau ibu nyai. Tetapi, tidak ada seorang pun yang bersedia,” cerita salah seorang panitia. “Alasannya beragam. Dari alasan kesehatan, tidak siap, sampai berhalangan hadir karena ada agenda lain yang lebih mendesak. Berhubung acara ini harus tetap dilaksanakan, bagaimanapun keadaannya, kami memutuskan mengalihkannya pada panitia,” lanjutnya.
Acara yang direncanakan akan dimulai pada pukul 20.00 WIB itu pun molor sampai sekitar pukul 20.40 WIB, karena Ny. Husnul Khatimah, satu-satunya pengasuh yang diharapkan panitia yang sekaligus menjadi penasihat panitia HIMA dan mendapat tugas meresmikan pembukaan Gebyar Lomba tersebut baru bisa datang sekitar pukul 21.00 WIB, disebabkan adanya acara keluarga yang tidak mungkin ditinggalkan. Terpaksa, sambutan dan pemotongan pita, sebagai simbol peresmian pembukaan Gebyar Lomba HIMA 2009 itu diundur setelah Pemutaran Film yang menempati urutan acara keempat. Film dengan judul Denias itu pun harus di-pause di menit kesepuluh, ketika Ny. Husnul Khatimah tiba di lokasi HIMA.
“Kami berharap, panitia tetap ikhlas melaksanakan tugas, walaupun tidak ditemani oleh pengurus Pondok Pesantren Annuqayah,” demikian motivasi Ny. Husnul Khatimah di dalam sambutannya. Beliau juga menghimbau agar para siswa bisa memetik hikmah dari film tersebut, menjadikannya sebagai pelajaran untuk bekal menjalani hidup yang keras.
Sementara itu, Kinnaturrahmah, ketua panitia HIMA 2009, berharap, yang pertama kepada siswa agar serius mengikuti serangkaian lomba. Kedua, panitia tetap kompak dan sabar. Yang terakhir, semoga untuk tahun selanjutnya, pembukaan dan rangkain acara HIMA selanjutnya lebih mendapat respons yang baik dari pengasuh dan Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah.
“Acara HIMA ini adalah milik Pondok Pesantren, kami hanya membantu disini,” tuturnya ketika ditemui di sela-sela kesibukannya.

HIMA 2009 Adakan Pemutaran Film "Denias"

Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Setelah dua bulan lalu (16/4) Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah mengadakan pemutaran film Laskar Pelangi, kini giliran panitia Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA) mengadakan pemutaran film Denias: Senandung di Atas Awan. Pemutaran film ini dilaksanakan pada Senin malam (29/6) usai pembukaan HIMA. Film yang diproduseri oleh aktor Ari Sihasale ini ditayangkan di halaman MTs 1 Annuqayah Putra, sehingga halaman MTS 1 Annuqayah dibanjiri oleh santri. Film ini mengisahkan petualangan seorang anak dari suku pedalaman Papua yang bernama Denias yang sangat ingin sekolah, hingga menempuh perjalanan untuk sampai ke kota.
Pemutaran film ini dikatakan cukup mendadak, karena sebelumnya tidak ada pengumuman terlebih dahulu dari pihak panitia HIMA bahwa akan ada pemutaran film. “Saya terkejut ketika salah seorang panitia HIMA mengumumkan lewat pengeras suara bahwa sekarang ada pemutaran film Denias. Saya yang ada di stand bazar langsung menuju ke halaman MTs 1 Annuqayah Putra karena takut tidak kebagian tempat,” jelas Zainul Muttaqin, salah satu penonton.
Hal senada juga diungkapkan oleh Shofwan Nidhomi yang merasa senang dengan adanya pemutaran film ini. “Meski tidak nonton dari awal, saya senang sekali dengan adanya pemutaran film ini,” ungkap Shofwan Nidhomi. “Filmnya sih tidak begitu seru dibandingkan dengan Laskar Pelangi, hanya saja saya kagum dengan semangat yang dimiliki Denias untuk sekolah karena tuntutan ibunya yang sudah meninggal dalam kebakaran yang menimpa rumahnya,” tambahnya.

HIMA 2009 Resmi Dibuka

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Ribuan santri dari berbagai daerah di PP Annuqayah berduyun-duyun memadati Masjid Jamik Annuqayah pada hari Senin (29/06) kemarin. Mereka datang untuk mengikuti acara pembukaan Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah 2009 (HIMA ’09) yang dilangsungkan pada malam hari, tepatnya pukul 20.00 WIB.
Malam itu, K.H. Ahmad Hazim, S.Sos. selaku ketua panitia HIMA’09, menjelaskan beberapa hal tentang HIMA’09, antara lain struktur kepanitian dan lomba-lomba yang akan digelar.
“Kami menyiapkan 65 panitia untuk menyukseskan acara ini dari awal sampai akhir. Saya berharap kepada seluruh santri untuk berpartisipasi dalam lomba-lomba yang telah kami sediakan,” tuturnya.
Pembukaan HIMA’09 yang pada tahun ini disponsori oleh Bank BPRS Sumenep itu dibuka langsung oleh Drs. K.H. A. Warits Ilyas, salah satu anggota Dewan Masyayikh PP Annuqayah, setelah beliau memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau sempat menyinggung asal mula lahirnya HIMA di PP Annuqayah. Menurut beliau perayaan HIMA ini adalah hasil dari tradisi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, tempat K.H. Khazin Ilyas dulu mondok. Sehingga, setelah keluar dari pesantren tersebut, beliau kembali ke kampung halamannya (Annuqayah) pada tahun 1933 dan mentradisikannya di lingkungan Pesantren Annuqayah.
“Dulu, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang adalah satu-satunya madrasah di Indonesia yang merayakan Haflatul Imtihan,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu beliau juga menyinggung santri atau siswa kelas akhir yang ingin berhenti mondok sebelum perayaan Haflatil Imtihan. Beliau mengatakan jika santri yang berhenti mondok sebelum perayaan HIMA, maka tidaklah sempurna mondoknya santri tersebut.
“Saya sudah katakan bahwa santri yang berhenti mondok sebelum HIMA, maka tidak sempurna mondoknya. HIMA ini adalah semacam tasyakkuran siswa kelas akhir. Kalau acaranya ditinggalkan, siapa yang mau mengikutinya?” tambahnya lagi.
Setelah acara itu resmi dibuka, panitia mengajak semua santri untuk bersama-sama membaca Surat Yasin dan tahlilan yang dipimpin oleh Drs. K.H. M. Syafi’ie Anshori dengan harapan perayaan HIMA’09 tahun ini berjalan dengan lancar dan sukses.

Rabu, Juli 01, 2009

Haflah Akhirussanah al-Dirasi Darul Lughah Latee

Faza Bina Al-Aliem, PPA Latee

Jum’at (19/6) kemarin, Darul Lughah (DL), asrama Bahasa Arab PPA Latee, menyelenggarakan Haflah Akhirussanah al-Dirasi. Acara yang bertempat di Mushalla Latee tersebut diawali dengan aneka lomba sejak beberapa hari sebelumnya.
Acara ini dilaksanakan pada pukul 19:30 WIB. dengan Muhadir Drs. K.H. A. Hanif Hasan. Dalam ceramahnya yang singkat, beliau menyampaikan cara bagaimana gampang berbahasa Arab. “Maaf, saya tidak bisa menyampaikan ceramah ini dengan Bahasa Arab. Tapi, saya termasuk salah satu pecinta Bahasa Arab, sekalipun saya guru Bahasa Inggris. Saya selalu menghimbau siswa bagaimana bisa menumbuhkan kecintaan terhadap Bahasa Arab. Saya juga memaksakan diri menyisihkan uang untuk membeli parabola agar bisa mendengarkan siaran langsung dari channel Arab, seperti Al-Jazirah, Al-Manar, dlsb. Tapi, sekarang tinggal cintanya saja, saya belum bisa berbahasa Arab.”
”Kalau ingin cepat mahir berbahasa Arab, perbanyaklah membaca bacaan-bacaan Arab, Majalah Arab, kitab turats, dlsb. Belajarlah dengan metode yang benar. Dengan metode yang bagus dan dalam waktu yang relatif singkat, hanya dengan enam bulan, tentara Amerika bisa berbahasa Arab. Lalu, bagaimana dengan kita yang setiap hari membaca al-Qur’an belum juga bisa berbahasa Arab?” tanya beliau.
Acara ini ditutup dengan pemberian hadiah kepada peserta lomba yang menjadi juara.