Selasa, Mei 31, 2011

Lan Fang: Annuqayah Adalah Rumah Kedua

Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

“Annuqayah adalah rumah kedua saya.” Begitulah yang dikatakan cerpenis asal Surabaya, Lan Fang, ketika kami mewawancarainya di kamar KH Muhammad Shalahuddin Warits (Gus Mamak) pada Senin pagi (21/05) pukul 07.57 WIB.

Bukan tanpa alasan perempuan yang mengaku telah menekuni karier di dunia kepenulisan sejak tahun 1986 ini mengatakan demikian. Ia sangat tersanjung atas sambutan orang-orang pesantren yang sangat ramah. Di samping itu, ia juga sudah sangat berteman baik dengan K Faizi, Neng Ovie, Gus Mamak, dan keluarganya.

“Pesantren di sini sangat bagus. Nilai-nilai kepesantrennya sangat terjaga seperti akhlaqul karimah-nya, dan berani bersikap terbuka dengan dunia luar selama tidak merusak nilai-nilai kepesantrenan. Saya merasa nyaman di sini,” tuturnya.

Kedatangannya ke PP Annuqayah kali ini merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya ia pernah mengisi workshop kepenulisan yang diadakan oleh Madaris 3 Annuqayah pada pertengahan tahun lalu serta pada pelatihan menulis fiksi dalam lanjutan kegiatan karantina menulis PPA Lubangsa Putri di bulan Februari yang lalu.

Perempuan kelahiran Banjarmasin 5 Maret 1970 ini menilai bahwa animo santri untuk menulis sangat besar. Tetapi ternyata kualitas tulisan mereka masih jauh di bawah rata-rata. Menurutnya, rendahnya kualitas tulisan mereka itu karena mereka kurang menjiwai dan merenungi apa yang ditulisnya.

“Kebanyakan penulis sekarang memang maunya yang instan, ingin cepat-cepat menyelesaikan tulisannya. Padahal dalam menulis itu perlu banyak menggali gagasan-gagasan yang diikuti dengan sebentuk perenungan, apakah tulisan itu sudah menjawab inti persoalan yang akan diangkat,” tuturnya dengan semangat.

Lantas dia mencontohkan pada perayaan ulang tahun Indonesia-Tionghoa (Inti) tahun 2008. Lomba menulis cerpen se-Jawa Timur adalah salah satu bagian dari perayaan itu. Kebetulan ia yang menjadi jurinya. Lan Fang kaget, ternyata ada banyak naskah cerpen yang masuk dari Kabupaten Sumenep. Namun, dari sekian ratus naskah yang masuk itu tidak ada yang lolos seleksi dan menjadi juara.

“Tetapi ketika mereka mengekspresikannya dalam bentuk fisik, misalkan teater dan baca puisi, performanya top banget. Mereka bisa sangat menjiwainya. Bahkan hati saya juga tersentuh ketika menontonnya. Contohnya, pada perayaan Festival Sastra Surabaya (FSS) 2010. Dalam teater dan baca puisi, pemenangnya didominasi oleh orang-orang di sini (Madura),” ungkapnya.

Selain dalam hal menulis, secara pribadi ia merasa tertarik dengan tradisi-tradisi pesantren yang berbasis NU. Perempuan yang pernah meresensi buku Dari Kiai Kampung ke NU Miring itu menuturkan, selain teologi, banyak kesamaan tradisi warga Nahdliyyin yang ia temui dengan tradisi-tradisi masyarakat Tionghoa. Misalkan berziarah (mengunjungi kuburan), slametan, dan lain-lain.

“Saya dulu ketika di Banjarmasin tidak tahu kalau di NU ada slametannya juga. Bahkan tadi malam saya juga ikut melaksanakan acara haul bersama keluarganya Neng Ovie,” ungkapnya sembari tertawa. Kesamaan-kesamaan inilah juga yang semakin menguatkan dirinya bahwa PP Annuqayah menjadi tempat kedua bagi pemilik nama yang artinya 'keharuman bunga anggrek' itu.

Belajar Bahasa Arab Bersama Syeikh Shalah

Ach. Rofiq, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Markaz al-Lughah al-‘Arabiyyah Pondok Pesantren Annuqayah mengadakan acara Belajar Bahasa Arab bersama Syekh Shalah Muhammad ‘Abdul Aziz Wahbah dari Mesir yang kebetulan sedang bertugas di PP Al-Amien Prenduan.

Acara ini direncanakan berlangsung selama 7 kali pertemuan dan dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi. Pertemuan pertama merupakan pembukaan dan telah dilaksanakan pada tanggal 22 April yang lalu di aula Asy-Syarqawi PP Annuqayah, dengan jumlah peserta kurang lebih 200 orang putra dan putri.

Peserta merupakan santri yang telah mendaftarkan diri kepada panitia. Pada pertemuan pertama ini, peserta putra dan putri digabung.

Pada pertemuan pertama tersebut, acara dilangsungkan secara seremonial dan dilanjutkan dengan sesi dialog dengan Syekh Shalah. Para peserta sangat antusias ketika sesi dialog dimulai. Banyak santri yang mengacungkan tangan untuk bertanya, baik putra maupun putri. Sayangnya, kesempatan bertanya hanya dibatasi untuk 3 orang khusus putra dan 3 orang putri.

“Pertemuan kedua sampai pertemuan kelima dilaksanakan secara terpisah antara putra putri. Sedangkan pada pertemuan ketujuh yang akan dilaksanakan Jum’at depan akan dikemas semenarik mungkin, yaitu digabung seperti halnya ketika pertemuan pertama. Dan bahkan akan mengundang guru-guru bahasa Arab se-Kabupaten Sumenep,” tutur Ibnu Hajar selaku wakil ketua Markaz al-Lughah al-‘Arabiyyah ketika ditemui di kantornya.

Kegiatan ini merupakan upaya pengurus Markaz untuk menumbuhkan rasa cinta yang kokoh dalam diri santri terhadap bahasa Arab. Jarang sekali, bahkan sangat sulit untuk belajar bahasa Arab langsung kepada penutur asli.

Senin, Mei 30, 2011

Siswa Kelas Akhir Annuqayah Lulus Memuaskan

Fandrik HS Putra & Ach Fannani Fudlaly R

Guluk-Guluk—Senin 16 Mei yang lalu, pengumuman hasil kelulusan siswa kelas akhir SMA sederajat di Annuqayah dilaksanakan secara serentak di masing-masing sekolah. Para siswa-siswi di Pondok Pesantren ini mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Dari sekian banyak satuan pendidikan tingkat SMA/MA sederajat, tak ada satu pun siswa-siswi yang tidak lulus. Semua lulus dengan nilai yang baik.

Dari data yang didapat oleh tim Pusat Data Annuqayah, 718 siswa-siswi kelas akhir SMA sederajat di Annuqayah lulus ujian. Sedangkan 7 orang siswa-siswi yang tidak lulus memang tidak mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional (UN).

“Kalau di sini ada 2 siswa yang tak lulus ujian. Itu karena mereka tak mengikuti UN,” kata Nur Hamzah, salah satu staf Tata Usaha Madrasah Aliyah 1 Annuqayah.

Hasil pengumuman kelulusan berjalan dengan tenang dan tertib. Tak ada aksi corat-coret ataupun aksi hura-hura dari kalangan siswa. Bahkan, di salah satu satuan pendidikan, para siswa yang telah lulus dianjurkan untuk menyumbangkan bajunya kepada adik kelas yang kurang mampu sebagai bentuk rasa syukur dan aksi sosial.

Hasil capaian nilai UN tertinggi dari seluruh satuan pendidikan yang ada di Annuqayah diraih oleh Muhammad Rizqi, siswa program IPS Madrasah Aliyah 2 Annuqayah dengan nilai rata-rata 8,9. Terbaik kedua diraih oleh Dewi Romlah Agustina, siswi program keagamaan MA1 Annuqayah Putri dengan nilai rata-rata 8,6.

Terkait dengan siswa kelas akhir ini, Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah berencana untuk mengadakan tasyakkuran bersama sebagai ganti dari acara lepas pisah bersama siswa kelas akhir yang menjadi kegiatan rutin setiap tahun sejak 2008. Rencananya, tasyakkuran tersebut akan dilaksaksanakan di Aula Asy-Syarqawi pada hari Kamis tanggal 2 Juni 2011 mendatang.

Minggu, Mei 29, 2011

2011, Tahun Pembangunan bagi Karang Jati


Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri

Guluk-Guluk–Setelah gedung Assaudah II yang berukuran 21 X 7 meter diresmikan pada pertengahan bulan Februari lalu, pembangunan gedung baru di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Karang Jati Putri kedua yang dimulai sejak 6 Maret 2011 pun telah usai dan diresmikan pada Ahad 1 Mei 2011. Pembangunan yang selesai dua sekaligus di tahun 2011 ini merupakan nikmat yang berkali-kali disyukuri oleh santri maupun pengasuh PPA Karang Jati.

Gedung kedua yang baru dibangun ini berukuran 15 X 5 meter dan bertempat di depan Assaudah I dengan posisi berhadap-hadapan. Jika di Assaudah II terdiri dari 3 kamar yang masing-masing berukuran 7 X 5 meter, gedung kedua yang baru dibangun ini mempunyai 4 ruang dan masing-masing berukuran 4 X 3,5 meter. Keempat ruangan tersebut digunakan untuk kantor, perpustakaan, dan kamar untuk santri.


Gedung yang pintu dan jendelanya dicat warna hijau itu menghabiskan dana bernilai sekitar 90 juta rupiah. Selain bantuan masyarakat sekitar, biaya pembangunan gedung baru ini diperoleh dari seorang donatur yang tak mau disebutkan namanya. Bantuan tersebut tak hanya untuk biaya gedung saja, melainkan juga untuk perlengkapan kantor, seperti seperangkat komputer untuk kelancaran administrasi kantor, buku-buku dan lemari untuk perpustakaan. "Kejutan Tuhan selalu datang tak di sangka-sangka. Pembangunan ini contohnya," tutur Ny. Hj. Thoyyibah, pengasuh PPA Karang Jati Putri.

Selanjutnya, Ny. Hj. Thoyyibah mengungkapkan bahwa betapa mengejutkan cara Tuhan memberikan rezeki lewat pemberi dana yang sebenarnya tidak tahu dan dekat secara langsung dengan pondok ini. "Hal itu merupakan bukti bahwa bagaimanapun Tuhan berkehendak untuk memberi kepada seorang hamba, tidak akan pernah salah sasaran. Bahkan bisa juga melalui seseorang yang tak dikenal sekali pun," tambahnya saat menyampaikan tausiyah usai acara tasyakkuran untuk gedung baru tersebut.

Menurut Mamluatul Bariroh, salah satu pengurus PPA Karang Jati Putri, adanya pembangunan gedung baru ini harus menjadi semangat bagi santri untuk memulai menata masa depan Karang Jati. Pembangunan tersebut harus menelurkan pembangunan-pembangunan lain yang tidak hanya bersifat materi, melainkan membangun kesadaran memajukan Karang Jati dengan membangun spiritual serta intelektual para santri. "Selain itu, bagaimana kita juga bisa mensyukuri dengan merawat dan mencintai sesuatu yang kita miliki," harap Mamluah.

Jumat, Mei 27, 2011

Selayang Pandang MI 1 Annuqayah

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

MI 1 Annuqayah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang cukup menyejarah. Ia berdiri pada tahun 1933, mendahului dentum proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia dipandang sebagai cikal bakal berdirinya lembaga pendidikan yang berbasis formal di lingkungan PP Annuqayah. Lantas, bagaimana perkembangannya kini?

Umar Hakim, S.Ag., selaku kepala sekolah, berkenan diwawancarai redaksi Kabar Annuqayah di ruang kerjanya, Rabu (25/5). Lelaki paruh baya yang mengajar di MI 1 Annuqayah sejak 1992 itu menyatakan bahwa perkembangan lembaga yang dikepalainya mengalami fluktuasi, naik turun, terutama yang berkenaan dengan perkembangan jumlah murid (lihat tabel).


Dari tabel tersebut, jelas terlihat bahwa jumlah siswa MI 1 Annuqayah hari ini mengalami penurunan yang cukup tajam dibanding tahun pelajaran 2000-2001. Ternyata, penurunan tersebut bukan karena kualitas sistem maupun para guru yang mengajar sepanjang waktu.

“Dulu, ada kebijakan bahwa santri baru yang tidak sekolah di MI 1 Annuqayah dan akan masuk ke MTs 1 Annuqayah terlebih dahulu harus masuk kelas 6 khusus di lembaga ini. Sehingga, wajar bila kala itu jumlah siswa lembaga kami banyak,” ujar Pak Umar, panggilan akrab Umar Hakim.

Kebijakan tersebut, lanjut pak Umar, diberlakukan sejak 1985 dan baru dicabut kembali pada tahun pelajaran 2004-2005. Upaya pencabutan itu dipandang perlu karena sistem seleksi di MTs 1 Annuqayah lumayan ketat dan bisa diandalkan.

Kendati begitu, jumlah siswa kini mengalami perkembangan dibanding tahun pelajaran sebelumnya. Walau perkembangannya tidak begitu mencuat, Pak Umar bersama 14 guru selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada muridnya.

“Peningkatan mutu guru tetap kami perhatikan. Seperti mengikutsertakan mereka dalam diklat keguruan dan mendorong para guru yang belum sarjana untuk bisa kuliah. Separuh biaya kuliah mereka ditanggung oleh lembaga. Semua ini dilakukan agar kualitas mereka dalam mengajar tidak diragukan lagi,” kata Pak Umar.

Berkaitan dengan keorganisasian, di MI 1 Annuqayah belum terbentuk organisasi yang secara khusus mewadahi murid mengembangkan jiwa kepemimpinan dan keorganisasiannya.

“Kami sengaja tidak membentuk OSIS karena melihat kondisi murid. Tapi, kami tidak lantas lepas tangan. Tiap hari Senin dan Kamis kelas 4 hingga kelas 6 diberi wadah untuk mendalami al-Qur’an yang didampingi oleh pembimbing khusus. Wadah tersebut dibentuk untuk membekali mereka keterampilan dalam bidang membaca al-Qur’an secara baik dan benar,” tambah Pak Umar.

Lebih dari itu, model pembelajaran yang diterapkan saat ini sudah mampu mengimbangi arus perkembangan zaman. Pembelajaran dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah mulai dikenalkan kepada murid.

“Tidak sebatas teori, tapi kami telah menitiktekankan pada praktik. Kami juga mengadakan kursus komputer bagi murid, sehingga mereka senang dalam belajar,” tegas Pak Umar.

Model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan TIK tersebut berbanding lurus dengan sarana prasarana yang ada di MI 1 Annuqayah. Saat ini, lembaga yang berdiri sebelah timur Perpustakaan PPA Latee itu memiliki 10 unit komputer plus perpustakaan yang berisi lebih dari 1.000 buku. Ditambah lagi mading sebagai wahana pengembangan kreativitas murid dalam berkarya.

“Segala aset lembaga kami itu sengaja dihadirkan guna meningkatkan kemampuan murid dalam mengoperasikan komputer di samping juga agar mereka melek baca,” tambah Pak Umar.

Mengatasi Masalah

Hidup tidak bakal pernah lepas dari masalah. Demikian halnya dalam dunia pendidikan. Setidaknya, terdapat 3 masalah mendasar yang dihadapi para guru MI 1 Annuqayah selama ini.

Materi ajar yang tumpang tindih dipandang menjadi masalah yang utama. Hal ini berkaitan dengan materi ajar yang ditentukan oleh Departemen Agama (Depag).

“Kami tidak serta merta memakai materi ajar dari Depag karena kami memandangnya kurang substansial. Kami masih menyelaraskannya dengan kitab-kitab yang biasa dipakai di PP Annuqayah, sehingga terjadilah tumpang tindih materi ajar,” kata Pak Umar.

Ironisnya, Depag tetap menuntut agar sekolah membeli naskah soal tiap kali digelar ujian sekolah. Sebagai solusinya, pihak sekolah berupaya menyiasatinya sebijaksana mungkin. Yaitu, pilihan gandanya memakai dari Depag, sedangkan soal uraiannya mengacu pada materi yang berpangkal dari kitab kuning yang lumrahnya dipakai di PP Annuqayah.

Labilnya murid menjadi masalah kedua bagi guru-guru di lembaga yang terakreditasi B pada tahun 2000 itu. Karena mereka masih anak-anak, kata Pak Umar, tak jarang terjadi pertengkaran. Sebagai kepala sekolah, ia selalu mengingatkan para guru agar bersabar dalam menghadapinya.

Adapun masalah yang ketiga ialah berkenaan dengan dana. “Karena murid di sini sedikit, pemasukannya pun sedikit,” keluh pak Umar. Tapi, lanjutnya tanpa menyebutkan SPP murid, itu tidak menjadi kendala utama. Sebab, PP Annuqayah memerhatikan masalah tersebut dengan membantu pendanaan.

“Perhatian PP Annuqayah cukup membanggakan. Termasuk persoalan dana pengembangan lembaga kami ini,” papar Pak Umar.

Pak Umar menyatakan secara tegas bahwa kendala-kendala di atas tidak lantas membuat semangat mengabdinya melemah.

Dia pun tidak menarget jumlah murid yang ingin diperoleh pada tahun ajaran baru nanti. “Tidak ada target. Yang terpenting kami selalu siap mengabdi untuk mencerdaskan putra-putra masyarakat yang dipercayakan kepada kami,” tegasnya.

“Jangankan 9 orang sebagaimana yang dicapai tahun ajaran ini, 5 orang pun yang mendaftar kami akan tetap didik mereka,” lanjutnya.

Spirit mengabdi itu tampaknya tidak hanya diucapkan saja. Pak Umar beserta para guru mengadakan pertemuan tiap akhir semester dengan para tokoh masyarakat dan para wali murid.

“Kami selalu mengedepankan musyawarah demi kemajuan MI 1 Annuqayah,” pungkasnya.

Rabu, Mei 25, 2011

Rangkaian Aktivitas Ekstra MI 3 Annuqayah Diakhiri


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Menjelang akhir tahun ajaran 2010-2011, semua kegiatan ekstra MI 3 Annuqayah diakhiri. Pada hari Selasa sore, 17 Mei 2011, kegiatan Sanggar Pelangi, merupakan aktivitas ekstra pertama yang diakhiri.

Pada kesempatan itu hadir K. Lukman El Hakiem dan Mega Eka Suciyanti selaku tutor pada kegiatan tersebut. Di tengah anak anak, Lukman menyampaikan beberapa ‘pesan perpisahan’ singkat. Beliau juga menyempatkan menyanyikan lagu perpisahan yang ditulisnya beberapa waktu sebelumnya. Saat memberi pesan, tampak beberapa anak sesenggukan dan mengusap air matanya. Terakhir, beliau membaca doa singkat dan anak-anak berpamitan pulang ke rumah masing-masing.

Pada hari Rabu, sehari setelah seremoni penutupan kegiatan Sanggar Pelangi, Kak Edy dan Kak Mulkan, pembina pramuka MI 3Annuqayah, juga menutup kegiatan ekstra Pramuka. Dalam penutupan itu, tutor lebih banyak memberi motivasi kepada anak-anak. Penutupan acara pada sore itu berlangsung di depan Laboratorium IPA Madaris III Annuqayah.


MI 3 Annuqayah mencatat beberapa nama tutor pembina pramuka sejak kegiatan itu menjadi bagian kegiatan ekstra di lembaga tersebut. Setelah Kak Mumdarin, S.Pd.I., dan Kak Bakrie, selanjutnya pada tahun ajaran 2010-2011, Kak Mamat dan Kak Edy masuk mengganti posisi mereka. Kak Mumdarin sempat aktif setahun di kegiatan pramuka MI 3 Annuqayah dan mulai tidak aktif menjelang akhir tahun ajar 2009 karena selain sebagai pembina di Gudep Pramuka Annuqayah, beliau juga harus mengemban banyak tugas di MI Annuqayah (putra). Sedangkan Kak Bakrie pada waktu itu harus berangkat ke Bandung selama enam bulan untuk mengikuti beberapa pelatihan. Posisi mereka lalu diganti Kak Mamat dan Kak Edy. Menjelang semester dua, Kak Mamat diganti oleh Kak Mulkan. Kak Mamat harus undur diri dari pembina pramuka MI 3 Annuqayah karena harus melaksanakan beberapa tugas penting di Gudep Annuqayah.


Selanjutnya, pada hari Kamis, Mega Eka Suciyanti menutup acara kegiatan ekstra menyulam dan kursus matematika. Tak jauh beda dari seremoni penutupan kegiatan ekstra sebelumnya, pada kesempatan tersebut, Mega banyak memberi pesan dan nasihat kepada anak anak MI 3 Annuqayah, terutama kepada kelas 6 yang sebentar lagi akan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Acara ditutup dengan pembacaan doa.

Acara penutupan rangkaian kegiatan ekstra MI 3 Annuqayah tahun ini sengaja dilaksanakan secara terpisah. Hal ini dimaksudkan agar masing masing tutor lebih leluasa menyampaikan pesan terakhir dan memberikan motivasi kepada anak anak.

Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.

Selasa, Mei 17, 2011

Kompetisi Mading ke-3 Karang Jati Putri yang Menegangkan

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri

GULUK-GULUK—Untuk kali yang ketiga, pengurus divisi pendidikan PPA Karang Jati Putri menggelar presentasi majalah dinding. Dalam acara di hari Ahad malam (15/11) kemarin, mading karya 9 kelompok yang terbit setiap setengah bulan sekali itu dipertanggungjawabkan oleh masing-masing ketua kelompok.

Kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan sejak 2009 ini kemarin berlangsung pada pukul 19.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB, bertempat di mushalla PPA Karang Jati Putri. Setelah sebelumnya melewati persaingan di penerbitan, kali ini masing-masing kelompok mading tersebut benar-benar sampai pada puncak persaingan nyata. "Tiap tahun memang selalu seru. Tapi kali ini sungguh luar biasa," ungkap Khofiyatul Jannah, salah satu pengurus divisi pendidikan.

Kesembilan kelompok mulai berdebat dari sebelum presentasi dimulai. Mereka meributkan soal mading yang hilang gara-gara pindahan kamar sekitar setengah bulan yang lalu. Sebab mading yang hilang akan mengurangi nilai. Selain itu, mereka juga bercekcok mengenai kelompok yang akan tampil pertama kali. Padahal urutan tersebut telah ditentukan oleh pengurus.

Percekcokan terus berlanjut sampai pada acara inti. Seperti pada kelompok yang dipimpin oleh Ma'zurah. Kelompok tersebut mengangkat tema tentang Belajar vs Pacaran. Betapa tidak, kelompok tersebut sampai kewalahan menanggapi berbagai pertanyaan yang bermunculan dari kelompok lain. Belum lagi sanggahan dan kritikan yang diberikan oleh para pengurus. "Tema seperti itu memang amat diminati oleh remaja. Biasa…," tambah Atul–sapaan akrab Khofiyatul Jannah–dengan nada lirih.

Persaingan dalam lomba mading yang digelar tersebut memang selalu memunculkan persaingan positif yang mampu menggugah semangat lawan. Itu terbukti ketika kelompok yang dipimpin Ummu Azizah tampil setelah kelompok Ma'zurah. Ummu Azizah membumbui presentasinya dengan logat lucu yang membuat ruangan semakin hangat oleh sorakan para santri. Kebetulan Ummu satu kelompok dengan Sa'iedah yang pernah menjuarai lomba komedi dalam block meeting yang diadakan pengurus Karang Jati masa bakti 2009-2010. "Jadilah acara presentasi mading tersebut semakin seru," komentar Nawariya, salah satu santri yang mengaku menyukai lawak.

Khofiyatul Jannah menilai, masih ada kesan grogi dalam benak sebagian santri Karang Jati. Dan itu terbukti saat ada sebagian dari peserta tak lancar dalam presentasinya. "Maka acara semacam ini sangat penting untuk melatih agar santri Karang Jati terbiasa berpresentasi. Terutama persiapan untuk melanjutkan kuliah," katanya saat ditemui usai acara tersebut.

Selanjutnya para peserta masih was-was menanti pengumuman pemenang di acara puncak block meeting yang akan dikemas dengan acara Haflah Akhir Sanah pada akhir Juni nanti. Masing-masing peserta sama-sama optimis dan berharap keberuntungan menghampiri mereka. "Kami sudah berusaha. Selanjutnya berdoa menunggu detik-detik pengumuman juara," pungkas Ummu Azizah.

Minggu, Mei 15, 2011

Mewadahi Insan Penulis

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Menulis itu bukanlah ilmu, melainkan lebih pada keterampilan. Meski begitu, keduanya memiliki kesepadanan dalam proses, yaitu sama-sama butuh ketekunan dan usaha yang berkesinambungan. Tapi, perbedaannya yang mencuat ialah soal upaya mewadahinya. Beda halnya dengan ilmu, keterampilan dalam menulis amat membutuhkan wadah berupa komunitas.

Itulah yang melandasi tergabungnya beberapa mahasiswa Instika ke dalam komunitas penulis yang dibentuk oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Instika. Pembentukan yang bertempat di kantin Kampus Putih pada Senin pagi (9/5) yang lalu tersebut bekerja sama dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Guluk-Guluk. Sebab, delapan belas mahasiswa yang tergabung di dalamnya ialah kader PMII yang beberapa hari sebelumnya digembleng dalam pelatihan kader dasar (PKD) selama empat hari, 3-6 Mei 2011 di Duko, Rubaru, Sumenep. Pada akhir pelatihan itulah peserta yang berminat terhadap kepenulisan diberi kesempatan mendaftar kepada panitia.

Adalah lima orang pengurus LPM yang menjadi pembimbing dalam komunitas penulis itu. Hal tersebut memang bagian dari proses kaderisasi di LPM dan PMII yang telah bergulir lama dan dijalankan secara berkesinambungan setiap kepengurusan baru. Belasan peserta itu nantinya akan disaring untuk dimagangkan di LPM. Tentu, itu diberlakukan setelah melalui proses pematangan yang memakan waktu sekitar tiga bulan.

Masing-masing pembimbing menangani tiga dan atau empat orang peserta. Rekrutmen peserta ini nantinya akan menitiktekankan pada praktik daripada sebatas teori kepenulisan. Menulis adalah berperang, membaca adalah senjatanya, dan diskusi adalah strateginya merupakan slogan yang menjadi pilihan mereka. Alhasil, peserta sudah sepakat untuk menyetor tulisan tiap hari minimal satu halaman kertas folio bergaris kepada para pembimbing.

Selain itu, pertemuan di kantin itu diisi dengan orasi kepenulisan oleh ketua LPM Instika yang menitikberatkan pada komitmen dalam diri seseorang yang punya hasrat menjadi penulis dengan bergabung dalam komunitas penulis. Menurutnya, mereka yang sudah menyatakan sanggup mematuhi aturan main di dalamnya harus menanggung segala konsekuensi. Misalnya suatu hari tak sempat menyetor tulisan, maka hari berikutnya ia harus menggantinya. Bila tidak, itu sudah dipandang sebagai bentuk lain dari pengkhianatan akademis.

Lebih dari itu, lanjut ketua LPM, menulis adalah pembebasan. Bukan hanya kebebasan. Taruhlah amsal penindasan sosial yang dilakukan secara sistematis oleh praktisi partai dan atau pejabat. Karena mereka memiliki kekuatan struktur, tentu agak sulit melawannya. Mereka masih kuasa membangun benteng diri. Namun, benteng tersebut tidaklah sulit ditembus melalui kekuatan dari tulisan. Di situlah, menulis sebagai pembebasan menemukan titik pijaknya.

Usai orasi kepenulisan, peserta diberi kesempatan untuk bertukar pengalaman terkait dengan dunia kepenulisan mereka. Tak sedikit keluhan yang mereka utarakan. Mulai dari sulitnya merangkai kalimat menjadi paragraf, mengembangkan paragraf, hingga betapa sulitnya mendapatkan ide. Dalam pada itu, para membimbing memberikan beberapa solusi alternatif yang berdasar pada pengalaman mereka selama menekuni dunia kepenulisan. Dari itu, keharmonisan antara pembimbing dengan peserta tampak mengagumkan sekali.

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan komunitas penulis itu, Selasa siang (10/5), diadakan pertemuan perdana di kantor komisariat PMII Guluk-Guluk yang diformat dengan penyampaian materi kepenulisan secara kolektif. Ketua LPM Instika didaulat sebagai pembicara. Materi yang disampaikan masih berkutat pada teknik menulis artikel atau opini. Ketua PMII Guluk-Guluk, Ach. Danial, juga hadir pada kesempatan itu.

Sabtu, Mei 14, 2011

Anak adalah Amanah Tuhan


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Setelah bulan Maret lalu melaksanakan temu wali dengan mendatangkan dr. Dominicus Husada, pakar kesehatan anak dari Sumenep, pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2011, MI 3 Annuqayah kembali menggelar acara temu wali dengan menghadirkan K. Luqman El Hakiem, S.Ag, pakar pendidikan anak sekaligus pembina Lembaga Nurul Islam dari Bata’al Barat, Ganding.

“Pada pagi hari ini sengaja kami menghadirkan Kiai Luqman El Hakiem untuk berbagi pengalaman berharga kepada kita semua tentang seputar dunia anak, bagaimana cara kita selaku para orang tua memberikan pendidikan terbaik terhadap mereka,” kata Ny. Sunhiyah Misya, kepala MI 3 Annuqayah, dalam sambutannya. Selain itu, kepala sekolah juga menegaskan, acara temu wali pada kesempatan kali ini merupakan bentuk komitmen MI untuk terus menjalin silaturrahmi dengan wali murid.

Pada sesi presentasi, nasa sumber mengupas tuntas dunia anak. “Pertama kita harus melihat bahwa anak adalah amanah dari Tuhan. Dari cara pandang begini, kita selaku orang tua, dengan semangat tanggung jawab akan memberikan pendidikan terbaik kepadanya,” kata Kiai Luqman dalam pembukaan presentasinya. Selain itu, Kiai Luqman juga memaparkan pentingnya peran tua dalam menumbuhkembangkan potensi dasar dan multi kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Oleh karenanya, peran orang tua dalam hal ini sangat strategis dan menentukan perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.


Seusai presentasi, acara dilanjutkan dengan tanya jawab yang dimoderatori langsung oleh kepala sekolah MI 3 Annuqayah. Pada sesi tersebut, para wali tampak begitu antusias menyampaikan pertanyaan, khususnya masalah seputar cara mendidik dan menemani anak belajar.

Acara yang diwarnai dengan dialog dinamis itu berlangsung kurang lebih 2 jam. Acara diakhiri pada pukul 11.00 WIB dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Ny. Hj. Thoyyibah Mahfoudz, salah satu Dewan Komisaris Madaris III Annuqayah, sekaligus guru sepuh MI 3 Annuqayah.

Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.

Minggu, Mei 01, 2011

PSG Peringati Hari Bumi dengan Aksi Memulung Sampah Plastik di TPA Annuqayah


Rukaiyah, PPA Al-Furqaan Putri

Guluk-Guluk—Hari Jumat 22 April yang lalu seluruh anggota Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah memperingati hari ulang tahun PSG sekaligus memperingati Hari Bumi dengan memulung sampah plastik di TPA Annuqayah di Bukit Lancaran. Kegiatan ini didampingi oleh pembina OSIS dan Kepala Sekolah SMA 3 Annuqayah serta oleh alumnus PSG.

Ini adalah peringatan hari ultah PSG yang ketiga kalinya, dan keempat kalinya peringatan Hari Bumi yang dilakukan oleh PSG sejak terbentuk pada tahun 2008.

Perayaan ulang tahun PSG dan Hari Bumi tahun ini berbentuk pengumpulan sampah plastik di TPA Annuqayah. Sampah yang telah terkumpul kemudian dipilah.

Sebelum menuju TPA Annuqayah, tim PSG yang berjumlah 36 orang anggota ini berkumpul di halaman SMA 3 Annuqayah. “Ketika sudah sampai ke tempat tujuan, yaitu TPA Annuqayah yang penuh dengan sampah yang berserakan, kami berhadapan dengan sampah-sampah dan bau yang tak sedap. Tapi semua itu tak dapat menghalangi kami,” tutur Indah Susanti, koordinator PSG.


“Para anggota PSG tetap bersemangat dan tak mengenal malu dan jijik untuk memungut satu per satu sampah plastik yang masih layak digunakan,” sambung Novi, salah satu anggota PSG.

Untuk menghilangkan kejenuhan, ketika memulung sampah, para anggota PSG bernyanyi bersama dan di situ mereka bercanda tawa sehingga membuat anggota tambah antusias dan bersemangat.

“Walaupun rasa lelah, letih dan senang juga kami rasakan, insya Allah kami akan selalu berjuang untuk bumi kita dan memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang berguna, seperti tas yang telah dibuat oleh tim PSG. Agar sampah-sampah yang ada tidak menumpuk begitu saja, namun dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan,” tutur Mus’idah, pembina OSIS SMA 3 Annuqayah.



Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.