Sabtu, April 11, 2009

Pak Qasim, Ikhlas Jalani Hidup

Faiq Haironi Aisyah, PPA Latee II

Hari masih pagi. Dingin masih terasa menyayat tulang. Rasa malas memang selalu hinggap, namun itu bukan alasan untuk membuatnya berdiam di rumah. Meski mentari belum sepenuhnya tampak, lelaki itu segera bergegas menuju MA 1 Annuqayah Putri yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan berjalan kaki ia melangkah sepanjang jalan dengan keyakinan akan masa depan. Pengalaman hidup telah membuatnya semakin mantap dalam melangkah. Janji untuk tidak menyerah pada hidup telah dipahatnya sejak lama.
Pagi itu jam masih menunjukkan pukul 05.00 WIB. Suasana di MA 1 Annuqayah Putri masih sepi dan lengang. Hanya ada rumput-rumput yang memang sengaja ditanam di halaman sekolah dan bangunannya yang berbentuk huruf U menghadap ke utara. Belum lagi sampah-sampah sisa sehari sebelumnya dan daun-daun kering yang berguguran.
Seolah tak ingin membuang waktu, tangannya langsung hinggap pada sebuah sapu, mengayunkannya pada sampah-sampah yang berserakan di halaman. Langkahnya mengarahkan sampah-sampah itu ke tempat di mana mereka seharusnya berada, yaitu tempat sampah. Sesekali tangannya terulur, memungut sampah yang bandel tak mau mengikuti ayunan sapunya.
Ia memang tak sendirian dalam mengerjakan tugasnya. Bersama rekan kerjanya, ia menyelesaikan segala tugasnya, mulai dari menyapu halaman MA 1 Annuqayah Putri, membukakan dan menutup pintu semua kelas pada waktunya, dan sebagainya. Sosok ini tidak akan asing bagi siswi-siswi MA 1 Annuqayah Putri. Ya, dialah orang yang biasa disapa Pak Qasim, seseorang yang bisa disebut tukang kebun, bahkan tak dapat dipungkiri dia telah menjadi bagian dari dari kita, bagian dari sekolah ini. Karena dialah pahlawan kebersihan. Ia selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, terutama membuat sekolah kita tetap bersih dari segala macam sampah.
Dia berasal dari Payudan Daleman dusun Alinan, tinggal di lingkungan Pesantren Annuqayah sudah cukup lama. Selama 23 tahun dia tinggal di daerah Lubangsa Selatan, ikut membantu pekerjaan di sana. Setelah itu, ia tinggal di sebuah rumah sederhana, di belakang STIKA Putri. Kemudian, ia diminta untuk bekerja di MA 1 Annuqayah Putri oleh (alm) Kiai Kurdi, Kepala MA 1 Annuqayah Putri sebelum K. Moh. Naqib Hasan, hingga saat ini. Pekerjaan dan tugas-tugasnya selama ini telah membuatnya belajar membiasakan hidup ikhlas dan apa adanya.
Hidup sederhana tidak membuatnya jenuh ataupun berontak pada keadaaan. Justru itu membuatnya semakin mantap dalam menjalani hidupnya. Baginya hidup seperti hujan. ”Semua akan kembali pada asalnya. Jadi jalani saja seperti biasanya,” tuturnya dengan senyuman yang begitu ramah. Baginya pekerjaan yang ia lakoni sekarang bukan hanya sekadar kewajiban.
”Ini sudah menjadi bagian dari hidup saya,” ujarnya, ketik saya menanyakan kenapa dia begitu menikmati tugasnya. ”Mungkin ini sudah menjadi suratan takdir dari Yang Di Atas,” lanjutnya diikuti tawa yang lepas.
Hidup memang tak selamanya seperti yang kita inginkan. Namun kesabaran merupakan patokan utama dalam menjalani hidup.
”Jangan hanya selalu mencari orang yang bagaimanapun dia bisa bermanfaat atau bisa dimanfaatkan, tapi usahakanlah bagaimana caranya kita sendiri bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita,” pesannya.

Tidak ada komentar: