Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Di saat muncul kekhawatiran dari banyak kalangan terkait menurunnya minat santri dalam menekuni kitab, Abdul Basith tampil sebagai “penyelamat”, minimal di lingkungan PP Annuqayah. Segala hal yang berkenaan dengan kajian kitab, dia tampil di garda terdepan.
Abdul Basith lahir di Kampung Platokan, Desa Prancak, Pasongsongan, Sumenep, pada tanggal 1 Maret 1983. Pendidikan dasarnya diselesaikan di tanah kelahirannya sendiri (MI Darul Jihad, 1992-1997), sedangkan pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan di MTs. Raudhah al-Najiyah Lengkong, Bragung, Sumenep (1998-2000) dan menengah atas di MA Raudhah al-Najiyah (2000-2003). Adapun perguruan tingginya di STIK Annuqayah jurusan Tafsir Hadits (TH), lulus pada tahun 2009.
Putra dari pasangan H. Mansur dan Hj. Mahmudah ini sejak kecil memang dikenal sebagai santri yang ulet dan tekun belajar ilmu-ilmu agama, terutama di bidang kitab turats.
“K Muzakki sering bilang bahwa Ustadz Abdul Basith adalah santri yang paling serius dalam mengkaji kitab,” ungkap Syaiful Bahri, salah satu murid Abdul Basith di MA Tahfidh Annuqayah.
Sejak kecil Abdul Basith memang dikenal keistiqamahannya dalam belajar. Bayangkan, mulai kelas dua Tsanawiyah dia sudah hafal ‘Imrithi. Sedangkan nazham Alfiyah dia hafal-kuasai setelah menginjak kelas satu Aliyah. Hebatnya lagi, dari kelas dua Tsanawiyah sampai lulus Aliyah secara berturut-turut Abdul Basith selalu dinobatkan sebagai siswa teladan. Prestasinya mencapai titik klimaks tatkala Abdul Basith didaulat sebagai wisudawan terbaik di STIK Annuqayah pada tahun 2009 yang lalu.
Menarik sekali bila kita menoleh sedikit pada rekam sejarahnya. Pada awal tahun 2003, setamat Aliyah, dia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Annuqayah. Latee-lah daerah yang menjadi pilihan utamanya dari beberapa daerah yang ada di Pesantren Annuqayah.
“Saya memilih Latee karena pesantren ini lebih kental nuansa kitabnya daripada daerah-daerah yang lain. Tapi perlu dicatat, saya tidak bermaksud menyepelekan daerah yang lain dalam hal kitabiyah,” katanya tatkala dijumpai di kamar Darul Lughah nomor 5.
Di pesantren yang diasuh oleh KH Ahmad Basyir AS, potensinya kian terasah. Ketekunannya dalam “menjelajahi” ilmu dalam kitab-kitab klasik makin mengagumkan. Dari saking rajinnya belajar, dia sampai lupa untuk istirahat hingga waktu malam.
Itulah kebiasaannya dalam menuntut ilmu, sampai-sampai pada suatu ketika dia jatuh sakit selama satu tahun sampai harus dibawa pulang ke rumahnya. Dia kembali lagi ke bumi Annuqayah pada tahun 2005.
Demikian juga, dia sering menjuarai lomba-lomba baca kitab kuning, antara lain: juara II lomba baca kitab kuning satu abad Annuqayah (tahun 2000) se-Jawa Timur, juara I lomba tafsir MTQ di Depag Sumenep tingkat kabupaten (tahun 2003), juara II lomba baca kitab kuning kontemporer di PP Al-Amien se-Jawa Timur (tahun 2004/2005), juara II lomba baca kitab kuning yang diadakan oleh PCNU Bluto tingkat kabupaten (tahun 2005/2006). Inilah yang membuat namanya menjadi populer dan tenar di kalangan Annuqayah ataupun di luar masyarakat Annuqayah.
Berangkat dari ilmu dan pengalamannya, dia diberi kepercayaan oleh pengasuh PP Annuqayah sebagai Waka Kesiswaan MA Tahfidh Annuqayah, Dewan Konsultan Hukum Fikih Majalah Infitah yang semula diisi oleh K. Muhajir, Dewan Mustasyar Darul Lughah Al-‘Arabiyah Latee, wakil ketua lembaga Bahtsul Masail Qiraatul Kutub PP Annuqayah, tutor Qiraatul Kutub MAT dan MAK Annuqayah. Di samping itu, dia juga aktif dalam bahtsul masail se-Jawa Timur dan sering pula diundang untuk menjadi Mushahhih.
Meskipun dia menguasai ilmu kitabiyah, dia juga mampu di bidang lain, seperti menjadi MC (pemandu acara). Di samping menjadi MC, dia juga seringkali diundang menjadi penceramah. Dalam lembaga pendidikan formal, dia mengajar di MA Tahfidh Annuqayah, MA 2 Annuqayah, MA Atthahiriyah Aeng Panas, dan MTs Putra Al-Azhar Prancak.
Walaupun dia mempunyai talenta yang luar biasa dalam hal penguasaan kitab, dari segi penampilan dia tidak pernah berlebihan. Dia tetap biasa-biasa saja dan akrab dengan siapa pun. “Yang penting kita kuasa menjaga pandangan mata dan hati,” ucapnya singkat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar