Selasa, Januari 31, 2012

Santri Lubangsa Asah Kreativitas Membuat Cincin

Moh. Azhari, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk Jum’at malam (26/1) kemarin, beberapa santri di Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa mengasah kreativitas membuat cincin dari tempurung kelapa. Kreativitas tersebut sudah berjalan hampir satu minggu. Akan tetapi baru beberapa hari ini perkembangan dalam membuat cincin menjadi sangat pesat.

Kreativitas tersebut berawal dari Taufikurrahman, salah seorang santri asal Pasongsongan, yang mempunyai inisiatif untuk membuat cincin dari tempurung kelapa.

“Ketika liburan Idul Adha, saya bincang-bincang dengan teman-teman saya di rumah tentang cincin dari tempurung kelapa. Lalu saya penasaran karena tempurung itu kan bentuknya cekung, masak bisa dibuat cincin? Akhirnya saya mencoba untuk membuatnya di pondok. Pada awalnya hasilnya biasa-biasa saja. Akan tetapi ketika dimodifikasi dengan tambahan krat kartu XL dan bahan serupa, hasilnya bagus juga. Santri yang lain ikut membuatnya juga. Hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri dan jelas bernilai kreatif,” kata Taufikurrahman, pembuat cincin pertama di PPA Lubangsa.

“Dulu saya hanya ingin tahu ilmunya saja. Namun  saya juga tertarik. Mungkin jika dilihat dari barangnya tidak terlalu bagus. Tapi yang saya lihat adalah proses dan perjuangannya,” tambah Wildan Mahfudi, santri Lubangsa yang lain.

Yang menarik, santri yang sedang berkreasi membuat cincin itu mendapat ilmu tambahan dari seorang nenek yang mengunjungi cucunya di pondok. Kamis sore (26/1) lalu, nenek itu melihat salah seorang santri yang sedang membuat cincin dari tempurung kelapa, sehingga nenek itu bercerita.

“Mon lambhe’ cong, bile mare ekagebei, sello’ jereya e begghe ka landhena kapor ma’ le lekkas celleng (kalau dulu, ketika sudah jadi, cincin itu lalu direndam ke dalam air kapur agar lekas hitam), kata nenek itu.

Namun santri memiliki cara lain untuk membuat tempurung kelapa itu menjadi berwarna hitam, yaitu dengan menggoreng cincin tersebut. “Bedanya dengan jika direndam ke air kapur, cincin itu tidak terlalu membesar tapi juga hitam,” papar Wildan.

Sebagian santri berharap agar kreativitas ini mendapat respons positif dari pihak pengurus dan mereka berharap agar pengurus membuat wadah khusus untuk pengembangan kreativitas santri.

1 komentar:

Deni Arisandi mengatakan...

pesantren lain harusnya punya kreatifitas seperti ini juga, biar ga melulu belajar kitab... sambil promo.. http://arisandi.com