Kamis, Januari 26, 2012

Ibnu Hajar: Mengajar Bahasa Arab Harus Profesional


Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Bahasa Arab mendapatkan tempat yang istimewa dalam Islam, sebab sumber utama ajarannya berupa Al-Qur’an dan Hadis Nabi menggunakan bahasa Arab. Karena itu, upaya peningkatan mutu pembelajaran bahasa Arab harus terus dilakukan.

Bertitik pijak pada alasan itulah ketua Markaz Bahasa Arab Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Ibnu Hajar, menggelar Pelatihan Mengajar Bahasa Arab selama dua hari, tepatnya pada tanggal 18-9 Januari 2012 atau 24-25 Shafar 1433 kemarin.

Pelatihan ini ditempatkan di salah satu ruangan di Lantai II Sekretariat Bersama Annuqayah. Ada 30 peserta yang mengikuti kegiatan ini; 20 pengurus Markaz Bahasa Arab Annuqayah dan 10 orang delegasi dari lembaga bahara Arab yang ada di pesantren-pesantren daerah di Annuqayah.

“Fasilitator dalam pelatihan ini ialah orang-orang yang memang sudah ahli dalam penguasaan pengajaran bahasa Arab. Mereka sama-sama alumni pengurus Markaz Bahasa Arab Annuqayah, yaitu KH Muhammad Muhsin Amir dan Fathorrachman Utsman,” tutur Ibnu Hajar saat diwawancarai Senin (23/1) pagi di rumahnya, Errabu, Bluto, Sumenep.

Sebenarnya, lanjut mantan Penasihat Perpustakaan Annuqayah Latee itu, pelatihan tersebut hendak mendatangkan 3 fasilitator. Karena berhalangan, seorang fasilitator, yakni K M. Naqib Hasan, tidak bisa menemani peserta belajar materi Pembelajaran Insya’ (mengarang) dan Muthola’ah (membaca).

“Namun begitu, Kiai Naqib (sapaan K M. Naqib Hasan, red.) menyanggupi kepada kami untuk mengajari peserta di lain kesempatan. Dan saya beserta teman-teman pengurus Markaz mengamini kesudian beliau,” tambah Ibnu Hajar dengan wajah serius, tanpa senyuman.

Adapun materi yang disampaikan oleh KH Moh Muhsin Amir dan Fathorrachman Utsman masing-masing ialah Metode Pembelajaran Bahasa Arab serta Model dan Strategi Pembelajaran Efektif.

“Kedua fasilitator tersebut mampu menarik hati semua peserta. Selama pelatihan dan pemaparan materi berlangsung, sulit dijumpai adanya peserta yang kurang serius mendengarkan dan mengikuti pelatihan secara utuh,” tambah mantan pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah itu.

Di samping kendala seorang fasilitator yang berhalangan hadir, ada kendala lain.

“Kendala tersebut berupa informasi dadakan dari Kiai Muhsin (sapaan KH Muhammad Muhsin Amir, red.) bahwa dirinya tidak bisa hadir Rabu pagi sebagaimana jadwal dari panitia. Akhinya, kami pun memindahkan pada sesudah Ashar hingga menjelang Magrib,” beber pemuda yang Desember kemarin didaulat sebagai Juara 1 Lomba Debat Ilmiah Bahasa Arab Internasional di UIN Malik Ibrahim Malang.

Kendala yang bersumber dari fasilitator pertama tersebut berdampak pada kendala lain, yaitu tersendatnya peminjaman LCD proyektor milik Annuqayah karena sore harinya dipakai dalam kegiatan di putri.

“Di surat peminjaman yang kami layangkan ke pengurus pusat Annuqayah, waktunya ialah pagi hari. Karena pagi hari Kiai Muhsin yang menjadi kepala MA 1 Annuqayah Putri ada rapat, jadinya beliau mohon dipindah ke sore harinya. Jadi kami masih harus mencari pinjaman LCD proyektor untuk Rabu sore,” keluh Ibnu Hajar.

Untunglah, Ibnu Hajar dan pengurus Markaz yang lainnya sigap mencari jalan keluar atas kendala yang menimpa pelatihan. Mereka langsung melayangkan surat permohonan peminjaman LCD proyektor ke MA 1 Annuqayah Putri. Dan alhamdulillah disetujui.

Dana yang dikeluarkan dalam pelatihan ini ialah Rp. 350 ribu bersumber dari kas Annuqayah. Kendatipun dananya tidak begitu besar, Ibnu Hajar menyatakan bahwa ilmu yang diperoleh dari pelatihan yang juga diikutinya itu amat besar sekali.

“Sejenak saya melakukan refleksi. Kemudian saya sadar bahwa hasil yang besar tidak harus diraih dengan dana yang besar,” tuturnya sembari mengembangkan senyuman.

2 komentar:

Ubaidillah Tsabit mengatakan...

Salam
Subhanallah! Mantap!

Mas Ibnu Hajar, Markaz, PPA:
Selamat dan sukses, semoga bermanfaat, barakah dan menghasilkan kader-kader terbaik pengembang bahasa Arab... amin

Semoga kegiatan serupa dan kegiatan2 terkait dapat lebih diintensifikasi...

Mudah2an Allah mewujudkan niat baik kita selalu... amin
Wassalam

IKAAY mengatakan...

Memang betul, bahwa guru harus profesional. jika tidak mau jadi apa santirnya. profosional tidak hanya menguasai ilmu yang diampuh, tapi mampu menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan. Tentu pendapat santri ketika belajar harus di tampung oleh guru, bukan malah mematikan kreatifitas seorang santri.

mantap: kunjungi kami juga di alamat http://www.ikaa-jogja.blogspot.com

Follow kami dan kami sudah mem follow blog ini.