Sabtu, Januari 14, 2012

Sukses, Pembacaan Cerpen Kedua di Karang Jati Putri

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri

Guluk-Guluk—Pembacaan cerpen di PPA Karang Jati putri putaran kedua oleh kelompok dua sukses dilaksanakan Selasa (10/01) yang lalu. Kali ini grup di bawah pimpinan Rukbatul Aliyah itu tampil spesial dibandingkan dengan kelompok sebelumnya yang dipimpin oleh Ummamah.

“Kelompok satu sudah cukup baik dengan penampilan sederhana mereka. Tapi kali ini, kelompok dua mengembangkan dialog dengan adegan. Jadi tampak seperti drama singkat. Ini yang membuat mereka dibilang spesial,” komentar Muflihah, pengurus seksi perpustakaan yang pada periode kali ini mencanangkan program pembacaan cerpen dengan membagi kelompok berjumlah 9 dan masing-masing terdiri dari 10 sampai 11 orang.

Program pembacaan cerpen di PPA Karang Jati putri ini mulanya dijadwal dilaksanakan setiap tiga minggu sekali setiap Kamis malam. Itu karena pada minggu putaran pertama diisi dengan khitobah dan di minggu kedua diisi dengan program diba’ (shalawat). “Seharusnya kelompok dua ini tampil malam Jum’at kemarin. Tapi karena beberapa hal, kami terpaksa mengubah jadwal. Dan untuk selanjutnya akan tetap dilangsungkan setiap malam Selasa,” ungkap Af’idatul Hasanah yang juga merupakan pengurus seksi perpustakaan.

Acara yang dimulai sekitar pukul 19.27 WIB dan bertempat di mushalla PPA. Karang Jati Assaudah putri itu cukup berhasil memukau penonton. Kamilah sebagai narator memulai dengan pembacaan puisi yang dilatari sebuah instrumen. Sementara itu, lampu dimatikan. Yang tersisa hanya bias cahaya lilin menyinari wajahnya yang ditemani oleh Anisatul Fitriyah.

 Mereka membawakan sebuah cerpen berjudul “Di Balik Tabir Senja” karya UB Garera dalam antologi cerpen Sabda Kematian yang diterbitkan oleh MUBA printing. Cerpen tersebut berkisah tentang remaja SMA bernama Aulia yang menyesal karena terlalu membenci Ilham, kawan sekelasnya, yang tanpa ia tahu lelaki yang ia benci itu meninggal karena penyakit kanker otak. Sepintas cerpen tersebut memang tampak sederhana dan lumrah layaknya kisah-kisah masa lalu. Bila tidak didukung oleh beberapa adegan dan narator yang baik mungkin kelompok dua akan tampil biasa-biasa saja.

Sebelum acara dimulai, Rukbatul Aliyah selaku ketua mengaku menyesal karena tidak melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada pengurus seksi perpustakaan untuk memilih cerpen yang bagus. Tetapi akhirnya ia dan kawan-kawannya tampil percaya diri.

Setelah pembacaan selesai, acara selanjutnya adalah komentar. Kesempatan berkomentar memang sengaja dibuka bebas bagi seluruh santri PPA Karang Jati dan tidak dikhususkan bagi dua dewan juri dari seksi perpustakaan. Hal ini dilakukan agar santri Karang Jati lebih berani untuk mengungkapkan komentar dan mengkritik sebuah penampilan.

Ummamah memberikan komentar pertama. Ia mengkritik ketidakseriusan beberapa pemeran. “Tampaknya kurang siap,” katanya.

Khofiyatul Jannah juga menekankan kritik tentang ketidakseriusan mereka. Ada beberapa pemain yang tampaknya belum mengusai peran. Dalam adegan sedih, saat kematian Ilham, tokoh anak panti yang diperankan oleh Sim Satu, sapaan akrab dari Khazaimah, tampak tersenyum. Dalam adegan tersebut, ia menemani ibu Ilham, diperankan oleh Wasi’atul Maghfiroh, yang juga kurang serius. Selain itu, setting dari pembacaan tersebut, ia sarankan agar tak hanya hanya lilin saja. Misalnya kalau malam lampu dimatikan dan kalau siang dihidupkan kembali.

“Meski begitu, ada juga akting tokoh yang sangat baik dan meyakinkan. Seperti Isti’anah dalam menjalani hari-hari sedih saat mertapi kepergian Ilham. Itu poin plusnya mungkin,” papar Khofiyatul Jannah seraya mengakhiri kritik dengan pujian.

Selain itu, ia menyarankan agar bagian yang dikritik lebih diperhatikan oleh kelompok-kelompok selanjutnya. Ia juga berharap kekurangan dalam kelompok dua ini dapat dijadikan cermin oleh kelompok yang lain agar tidak mengulangi kesalahan serupa.  

“Selanjutnya, untuk tujuh kelompok lainnya, selamat bersaing!” pungkasnya dengan nada menantang.

Tidak ada komentar: