Sabtu, Januari 07, 2012

Harun Adiyanto: Keindahan Membaca Al-Quran Mesti Diperhatikan

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Di Indonesia, pembelajaran Al-Quran masih belum berjalan secara utuh. Termasuk di beberapa pesantren yang tersebar di negeri ini. Di pesantren, santri-santri sebatas mengaji dan atau membaca Al-Quran, tanpa mengolahnya dengan seni membaca yang baik dan indah.

Demikian disampaikan Harun Adiyanto, ketua Lembaga Pengembangan Tartilul Quran Pondok Pesantren Annuqayah (LPTQ Annuqayah), Guluk-Guluk, Sumenep saat diwawancarai di kantor berlantai II Sekretariat Bersama Annuqayah Selasa (3/1) malam.

Dalam pandangan santri yang pernah didaulat juara pertama dalam lomba Musabaqah Tilawatil Quran antar-mahasiswa se-Jawa Timur yang digelar Universitas Surabaya (2008) itu, Al-Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang indah dibaca dan didengarkan. Al-Quran itu memang betul-betul mukjizat tinggi yang dianugerahkan Allah kepada segenap manusia.

“Hanya saja, umat Islam kini mulai kurang serius mempelajari Al-Quran. Baik itu kandungannya, tak luput pula seni bacanya yang sudah terbilang luntur,” tambah pemuda yang murah senyum itu. “Kita harus menyayangkan kenyataan ini,” lanjutnya.

Berangkat dari itu, lanjutnya, keindahan dalam membaca Al-Quran mesti diperhatikan.

“Ketika seni membaca Al-Quran dengan indah itu sudah diabaikan, tentu akan terkesan mengurangi kemukjizatan Al-Quran. Karena salah satu kemukjizatan Al-Quran itu terletak pada keindahannya tatkala dibaca,” bebernya.


Tidak ada komentar: