Rabu, Januari 18, 2012

Peduli Kesehatan Jasmani Tanpa Abai Kesehatan Rohani


Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Sebagaimana dipahami, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Islam mengajarkan agar keduanya dijaga kesehatannya. Dan selama ini, pemeliharaan terhadap kesehatan jasmani lebih diutamakan ketimbang pemeliharaan kesehatan rohani. Kesehatan rohani acapkali terabaikan. Sungguh patut disayangkan.

Demikian disampaikan K Ach Maimun Syamsuddin saat diundang menjadi Penceramah dalam acara temu wali siswa keenam dan penutupan SMA Get Telent di halaman SMA Annuqayah, Ahad (15/1) pagi.

Di depan ratusan wali siswa SMA Annuqayah, kiai Maimun menjelaskan secara detail tentang penyakit rohani dan upaya apa saja untuk mengobatinya.

Menurutnya, penyakit rohani atau yang lebih dikenal dengan penyakit hati, oleh kebanyakan orang kadang tidak disadari dan malas untuk mengobatinya. Berbeda dengan penyakit jasmani yang sampai rela berkorban banyak hal untuk menyembuhkannya.

“Penyakit hati tersebut, salah satunya, ialah sombong dan dengki. Menjaga kesehatan jasmani penting, memelihara kesehatan rohani juga tak kalah pentingnya,” kata K Maimun dengan santainya.

Mudahnya, tambah K Maimun, sifat dengki ini dapat didefisinikan dengan “susah melihat orang senang dan atau senang melihat orang susah”.

“Orang yang hatinya sakit, kerapkali terjerembab pada dua hal: tidak merasa sakit dan sekalipun merasa, malas berobat,” paparnya.

Ketika hal tersebut menimpa seseorang, lanjutnya, maka hatinya bisa menjadi mati. “Dan dampak dari penyakit hati tersebut tidak hanya berakhir di dunia, tapi juga berlanjut hingga akhirat kelak yakni dibalut dengan siksa,” kata K Maimun.

Maka, pesannya, penyakit hati itu jangan sampai dibiarkan, kalau dibiarkan pasti berujung pada matinya hati. Segera berobat merupakan suatu keharusan.

Menurut dosen Dunia Pemikiran Islam Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) itu, ‘dokter’ dari penyakit hati berbeda dengan dokter penyakit jasmani.

“Dokter penyakit hati itu ialah ulama dan orang-orang shalat. Obatnya ialah nasihat untuk mendapat pencerahan,” tambahnya agak filosofis.

Lebih dari itu, K Maimun berbagi cara agar hati tidak ditimpa penyakit. Sekalipun misalnya hati seseorang mati karena tidak ‘diobati’, ia masih berkesempatan untuk dihidupkan kembali.

“Nabi mengumpamakan hati yang sudah mati itu dengan tanah yang mati. Untuk menghidupkannya kembali harus dihujani, dipupuk, dirawat, dan seterusnya. Yakni: perbanyak zikir kepada Allah dan mengaji Al-Qur’an,” kata K Maimun detail.

Agar manusia mulia di sisi Allah, tambah pria yang berbaju koko putih itu, kesehatan jasmani dan rohani harus sama-sama dijaga.

“Seperti burung yang bisa terbang tinggi berkat kedua sayapnya yang sama-sama sehat. Kalau salah satu sayap tersebut sakit, maka burung tersebut tidak mungkin mampu terbang tinggi,” katanya, lagi-lagi menggunakan kata-kata filosofis yang mudah dicerna.

Jelasnya, lanjut K Maimun, kita dapat mencontohkan pada ibadah shalat. Kalah jasmani kita sakit, maka akan berdampak buruk terhadap konsentrasi (kekhusu’an) kita. Begitu pula sebaliknya.

“Semoga jasmani dan rohani kita sama-sama sehat, sehingga kita beraktivitas diiringi ridha dari Allah SWT,” harapnya yang diamini oleh para hadirin.

Tidak ada komentar: