Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
GULUK-GULUK—Final Liga Champion Eropa (UEFA Champions League) telah berlangsung Kamis (28/5) dini hari kemarin, mempertemukan dua kilub raksasa Eropa, yakni antara Manchester United (Inggris) versus Barcelona (Spanyol). Hasil akhir dari final turnamen bergengsi itu, Barcelona menang 2-0 atas Manchester United dengan gol persembahan Samuel Eto’o (10') dan Lionel Messi (70').
Ada kisah suka dan duka dari hasil akhir final tersebut. Kisah sedih harus dialami para fans Red Devil (julukan Manchester United) di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali fans yang ada di PPA Lubangsa. Bukan hanya sedih, mereka yang gibol (gila bola) juga harus menanggung hal lain. Apa itu?
Ya! Mereka harus menanggung rugi akibat kekalahan klub idamannya. Sebelum kick off final Liga Champion, santri Lubangsa banyak yang taruhan. Taruhan yang paling banyak berbentuk traktiran makan. Siapa yang kalah, ia yang mentraktir. Begitulah kesepakatan di antara mereka.
“Saya dan teman saya sudah sepakat untuk saling traktiran makan. Siapa jagoannya yang kalah, dia yang harus mentraktir. Dan jagoan saya kalah. Jadi saya yang harus mentraktir selama tiga hari,” ungkap Rudi—bukan nama sebenarnya—yang sepakat sehari mentraktir temannya tiga kali di kantin belakang MA 1 Annuqayah Putra.
Ia mengungkapkan, bukan hanya ia yang taruhan seperti itu. Banyak teman-temannya yang juga melakukannya. Dan bentuknya juga sama, yakni traktiran. Ia membantah bahwa yang dilakukannnya termasuk judi.
“Bagi saya, ini bukan termasuk judi. Sebab, kami sudah saling ikhlas dengan apa yang sudah terjadi. Kalau judi, itu kan biasanya berbentuk uang ataupun barang. Tapi, yang saya dan teman-teman lakukan ini bukan termasuk dari kedua itu. Sekali lagi hanya traktiran,” ungkap Jono—nama samaran—yang sekarang sudah menginjak kelas XI MA 1 Annuqayah Putra.
Selain traktiran, masih banyak lagi bentuk taruhan yang lain. Dari yang bentuknya saling memukul siapa yang menang, sampai juga taruhan uang. Namun, bentuk yang teakhir ini terstruktur secara rapi dan tersembunyi.
“Kalau yang judi seperti itu sebenarnya ada. Tapi, saya tak bisa mengatakannya. Memang, itu betul-betul nyata. Dan nominalnya berkisar sekitar Rp. 5.000,- s/d Rp. 20.000,-, bahkan lebih,” tambah Jono lagi.
Efek dari final yang berlangsung di Roma Italia tersebut bukan hanya sebagai ajang taruhan judi. Banyak juga santri yang melanggar atau pulang dengan berpamitan seperti biasa, hanya untuk menonton pertandingan tersebut.
Jumat, Mei 29, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Efek negatif yang sangat lumrah, Pak.
Btw, standar untuk menentukan judi:
Al qimar: ma taraddada baynal ghurmi wal ghunmi...
Posting Komentar