Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
GULUK-GULUK—Ahad malam (10/5) kemarin, Masjid Jamik Annuqayah terasa begitu tenang dan damai. Seluruh santri khusyuk mengaji al-Qur’an. Tak ada sedikit pun pembicaraan yang keluar dari mulut mereka selain lantunan ayat suci al-Qur’an. Ini berbeda dengan hari sebelumnya. Ada apa dengan mereka?
“Saya tak akan mengulanginya lagi. Sudah cukup saya membuat kesalahan. Saya tidak ingin membuat kiai marah. Lagi pula saya sudah akan berhenti mondok,” ungkap Arman Maulana Ishaq, santri asal Antirigo Jember.
Ya! Memang rasa penyesalan itu bukan hanya datang dari sosok santri yang sudah menginjak kelas akhir MA 1 Annuqayah Putra tersebut, melainkan seluruh santri turut menyesalkan diri telah membuat pengasuh Lubangsa, K.H. A. Warits Ilyas, marah dan tidak berkenan mengimami shalat Isya’ berjama’ah pada Sabtu malam (9/5) kemarin.
Saat itu, bermula dari bel tanda iqomah dari pengasuh berbunyi. Sudah menjadi kebiasaan santri jika bel dari pengasuh berbunyi dengan cepat, mereka (santri) merasa sangat senang dan biasanya mereka bersorak pelan. Entah apa yang mereka rasakan, mungkin mereka senang saja, sebab mereka tidah usah lama-lama duduk manis menunggu bel shalat berjama’ah dari pengasuh.
Namun, akibat dari ulah tersebut, pengasuh urung menghadiri shalat Isya’ berjama’ah. Sebelum pengasuh kembali ke dhalem, beliau sempat menghampiri pengurus dan berbincang-bincang sedikit.
Memang, di hari-hari sebelumya, santri sudah ditegur langsung oleh pengasuh pada saat sebelum memulai shalat Isya’ berjama’ah. Pengasuh berucap, “Dzikir, dzikir, dzikir.” Namun ternyata santri masih tak menghiraukan pesan dari beliau.
Dari kejadian itu, esoknya, suasana di Masjid Jamik Annuqayah menjadi tenang dan damai.
Senin, Mei 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar