Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
GULUK-GULUK—Setelah ditinggal Muzali pada pertengahan tahun 2008, warung pos dan telekomunikasi (Warpostel) Annuqayah yang terletak di kawasan PP Annuqayah Lubangsa kemudian minim jam bukanya. Muzali, si penjaga warpostel, mengakhiri tugasnya di Warpostel Annuqayah karena ia berhenti mondok.
Warpostel itu adalah satu-satunya warung telekomunikasi—tidak hanya warung telepon saja, pos, wesel, dan koran Jawa Pos, juga ditaruh di sana—yang ada di lingkungan Annuqayah. Semua santri, baik dari Nirmala, Latee, Lubangsa Selatan, dan daerah lain di Annuqayah menggunakan jasa warpostel tersebut.
Warpostel yang berdempetan dengan ruang Usaha Kesehatan Pondok Pesantren (UKPP) PPA Lubangsa itu kini ditangani oleh Moju Jumad, S.Pd.I., mantan ketua pengurus PPA Lubangsa tahun 2005-2006, yang saat ini juga menjadi guru di SMA Annuqayah.
Minimnya jam buka Warpostel Annuqayah tersebut sangat disayangkan oleh santri, khususnya santri Lubangsa, lebih-lebih santri yang berasal dari luar Madura, seperti Surabaya, Jember, Besuki, Probolinggo, Kalimantan, dan Sumatera.
Agus Suprianto, santri asal Sumatera Utara itu, menilai bahwa jam buka warpostel saat ini minim sekali. “Biasanya, waktu Muzali yang jaga, setiap pagi, dari jam enam sampai jam tujuh masih selalu buka. Tapi sekarang hanya malam hari saja, setelah bel jam belajar dibunyikan,” ungkap santri yang menjadi mahasiswa STIKA semester II itu.
Akibatnya, santri banyak yang pergi ke counter untuk sewa HP demi memenuhi kebutuhan komunikasi mereka. Biasanya, counter di lingkungan Annuqayah memberi sewa telepon via HP dengan tarif Rp 1.500,- per lima belas menit. ”Jika mau nelepon ke rumah, saya pergi ke counter saja, sewa di sana,” tambah santri yang terkenal kalem itu.
“Banyak santri Lubangsa yang menyewa di sana, bukan hanya saya. Bahkan sering harus antre,” tambahnya.
Jumat, Mei 08, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar