Siti Nujaimatur Ruqayyah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)
GULUK-GULUK— Tim PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah kembali beraksi memulung sampah-sampah di TPA umum atau yang biasa disebut Taman Kodok dan di TPA kawasan PPA Al-Amir pada hari Jum’at (20/3) kemarin. Sejatinya, kegiatan ini adalah salah satu program proyek PSG dalam mengikuti Lomba School Climate Challenge yang diselenggarakan oleh British Council. Berbeda dengan sebelumnya, peserta aksi memulung kali ini bukan hanya anggota PSG. Selain siswa SMA 3 Annuqayah, aksi ini juga diikuti oleh siswa MTs 3 Annuqayah.
Sekitar pukul 06.45 WIB, para peserta berkumpul di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Peserta terdiri dari 32 orang, meliputi 27 siswa dan 5 orang pendamping. Para pendamping aksi itu kali ini adalah: M. Mushthafa (fasilitator tim PSG), Mus’idah Amien (Pembina OSIS SMA 3 Annuqayah), Nurul Qamariyah, Mamluatul Bariroh, dan Khafiyatul Jannah (ketiganya adalah pengurus PPA Karang Jati Putri).
Sesuai dengan jumlah TPA yang menjadi tempat aksi, para peserta dibagi menjadi dua kelompok. 11 siswa yang didampingi oleh Mus’idah Amien dan Mamluatul Bariroh beraksi di TPA Al-Amir, dan 16 siswa lainnya memulung di TPA Taman Kodok dengan pendamping Nurul Qamariyah dan Khafiatul Jannah. Sedangkan M. Mushthafa mengkoordinasi dua kelompok tersebut.
Sebelum berangkat, peserta berkumpul di halaman SMA 3 Annuqayah untuk mendapatkan arahan dari tim koordinator. “Bagaimana apakah semuanya sudah siap?” sapa Irul Nur Jannah, salah satu tim inti proyek PSG memulai pengarahan. “Siap!” jawab mereka serentak. Rupanya itu adalah cara Irul untuk membakar semangat mereka. “Baiklah, kalau begitu ayo kita awali kegiatan ini dengan berdoa bersama,” lanjutnya. Kemudian tepat pukul 07.00 WIB WIB setelah selesai berdoa dan pengarahan, peserta aksi berangkat berbondong-bondong menuju dua TPA tersebut.
Aksi memulung dimulai. Entah apa karena sudah lama tak beraksi, saat melihat sampah-sampah berserakan, mereka langsung berlomba-lomba, saling berebut dan berusaha menjadi orang yang paling banyak memperoleh sampah. Mereka seperti menemukan harta karun yang sangat berharga. Ini terjadi di kedua TPA tersebut.
Sampah plastik di TPA Al-Amir tergolong sedikit, bila dibandingkan dengan TPA Taman Kodok yang merupakan tempat pembuangan sampah dari beberapa pesantren daerah di Annuqayah. Tak sampai satu jam, aksi memulung di TPA Al-Amir diakhiri. Seperti tak mengenal lelah, kelompok ini kemudian bergabung dengan kelompok TPA Taman Kodok.
Meskipun hari itu didera dengan panas matahari yang menyengat, suasananya masih tetap berwarna dengan semangat dan keceriaan. “Sambil mengisi waktu libur, hitung-hitung ikut beraksi menyelamatkan alam”, kata Amina siswa MTs 3 yang ikut memulung saat itu. Dia tetap tersenyum dan tak menghiraukan perkataan teman-temannya yang menganggap pekerjaan itu hanyalah membuang-buang waktu saja. “Itu urusanku,” jawabnya menimpali.
Akhirnya setelah berlangsung sekitar satu jam, aksi memulung ini diakhiri. Sesudah mengambil gambar untuk dokumentasi, para pemulung itu kembali menapaki jalanan untuk kembali ke sekolah.
Tapi bukan berarti kegiatan telah usai. Mereka hanya meluangkan waktu sebentar untuk beristirahat. Masih ada dua tahap yang harus dijalani. Sampah yang telah dikumpulkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Jadi mereka semua berduyun-duyun membawa tumpukan sampah itu ke parit untuk dicuci. Kurang lebih satu jam waktu yang diperlukan dalam bergotong-royong mencuci sampah-sampah tersebut. Hingga akhirnya mereka sadar bahwa perut mereka telah memanggil-manggil sedari tadi untuk dikasihani. Tenaga sudah mulai terkuras.
Tak terasa waktu makan telah tiba. Mereka berkumpul di halaman, berteduh di bawah naungan pohon asam, membentuk lingkaran untuk makan bersama. Akhirnya tenaga mereka sudah pulih. Siap menuntaskan kegiatan di hari itu, yaitu menjemur sampah-sampah yang telah dicuci dengan cara disusun rapi menggunakan jarum dan benang untuk memudahkan penjemuran.
Demikianlah. Sampah-sampah plastik yang telah dibersihkan itu digantungkan di pohon-pohon dan sebagainya di lingkungan sekolah. Beberapa orang tua santri yang sedang mengunjungi putrinya di pondok tampak melihat sampah-sampah tersebut.
Keesokan paginya, sampah-sampah yang telah bersih dan kering itu kemudian dirapikan dan diletakkan dalam kardus. Sampah-sampah plastik itu akan dijinakkan, agar tak cepat melukai bumi. Sampah-sampah itu akan disulap menjadi kriya kerajinan yang bernilai guna.
GULUK-GULUK— Tim PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah kembali beraksi memulung sampah-sampah di TPA umum atau yang biasa disebut Taman Kodok dan di TPA kawasan PPA Al-Amir pada hari Jum’at (20/3) kemarin. Sejatinya, kegiatan ini adalah salah satu program proyek PSG dalam mengikuti Lomba School Climate Challenge yang diselenggarakan oleh British Council. Berbeda dengan sebelumnya, peserta aksi memulung kali ini bukan hanya anggota PSG. Selain siswa SMA 3 Annuqayah, aksi ini juga diikuti oleh siswa MTs 3 Annuqayah.
Sekitar pukul 06.45 WIB, para peserta berkumpul di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Peserta terdiri dari 32 orang, meliputi 27 siswa dan 5 orang pendamping. Para pendamping aksi itu kali ini adalah: M. Mushthafa (fasilitator tim PSG), Mus’idah Amien (Pembina OSIS SMA 3 Annuqayah), Nurul Qamariyah, Mamluatul Bariroh, dan Khafiyatul Jannah (ketiganya adalah pengurus PPA Karang Jati Putri).
Sesuai dengan jumlah TPA yang menjadi tempat aksi, para peserta dibagi menjadi dua kelompok. 11 siswa yang didampingi oleh Mus’idah Amien dan Mamluatul Bariroh beraksi di TPA Al-Amir, dan 16 siswa lainnya memulung di TPA Taman Kodok dengan pendamping Nurul Qamariyah dan Khafiatul Jannah. Sedangkan M. Mushthafa mengkoordinasi dua kelompok tersebut.
Sebelum berangkat, peserta berkumpul di halaman SMA 3 Annuqayah untuk mendapatkan arahan dari tim koordinator. “Bagaimana apakah semuanya sudah siap?” sapa Irul Nur Jannah, salah satu tim inti proyek PSG memulai pengarahan. “Siap!” jawab mereka serentak. Rupanya itu adalah cara Irul untuk membakar semangat mereka. “Baiklah, kalau begitu ayo kita awali kegiatan ini dengan berdoa bersama,” lanjutnya. Kemudian tepat pukul 07.00 WIB WIB setelah selesai berdoa dan pengarahan, peserta aksi berangkat berbondong-bondong menuju dua TPA tersebut.
Aksi memulung dimulai. Entah apa karena sudah lama tak beraksi, saat melihat sampah-sampah berserakan, mereka langsung berlomba-lomba, saling berebut dan berusaha menjadi orang yang paling banyak memperoleh sampah. Mereka seperti menemukan harta karun yang sangat berharga. Ini terjadi di kedua TPA tersebut.
Sampah plastik di TPA Al-Amir tergolong sedikit, bila dibandingkan dengan TPA Taman Kodok yang merupakan tempat pembuangan sampah dari beberapa pesantren daerah di Annuqayah. Tak sampai satu jam, aksi memulung di TPA Al-Amir diakhiri. Seperti tak mengenal lelah, kelompok ini kemudian bergabung dengan kelompok TPA Taman Kodok.
Meskipun hari itu didera dengan panas matahari yang menyengat, suasananya masih tetap berwarna dengan semangat dan keceriaan. “Sambil mengisi waktu libur, hitung-hitung ikut beraksi menyelamatkan alam”, kata Amina siswa MTs 3 yang ikut memulung saat itu. Dia tetap tersenyum dan tak menghiraukan perkataan teman-temannya yang menganggap pekerjaan itu hanyalah membuang-buang waktu saja. “Itu urusanku,” jawabnya menimpali.
Akhirnya setelah berlangsung sekitar satu jam, aksi memulung ini diakhiri. Sesudah mengambil gambar untuk dokumentasi, para pemulung itu kembali menapaki jalanan untuk kembali ke sekolah.
Tapi bukan berarti kegiatan telah usai. Mereka hanya meluangkan waktu sebentar untuk beristirahat. Masih ada dua tahap yang harus dijalani. Sampah yang telah dikumpulkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Jadi mereka semua berduyun-duyun membawa tumpukan sampah itu ke parit untuk dicuci. Kurang lebih satu jam waktu yang diperlukan dalam bergotong-royong mencuci sampah-sampah tersebut. Hingga akhirnya mereka sadar bahwa perut mereka telah memanggil-manggil sedari tadi untuk dikasihani. Tenaga sudah mulai terkuras.
Tak terasa waktu makan telah tiba. Mereka berkumpul di halaman, berteduh di bawah naungan pohon asam, membentuk lingkaran untuk makan bersama. Akhirnya tenaga mereka sudah pulih. Siap menuntaskan kegiatan di hari itu, yaitu menjemur sampah-sampah yang telah dicuci dengan cara disusun rapi menggunakan jarum dan benang untuk memudahkan penjemuran.
Demikianlah. Sampah-sampah plastik yang telah dibersihkan itu digantungkan di pohon-pohon dan sebagainya di lingkungan sekolah. Beberapa orang tua santri yang sedang mengunjungi putrinya di pondok tampak melihat sampah-sampah tersebut.
Keesokan paginya, sampah-sampah yang telah bersih dan kering itu kemudian dirapikan dan diletakkan dalam kardus. Sampah-sampah plastik itu akan dijinakkan, agar tak cepat melukai bumi. Sampah-sampah itu akan disulap menjadi kriya kerajinan yang bernilai guna.
Tulisan ini dikutip dari http://www.madaris3annuqayah.blogspot.com/
1 komentar:
"Tuhan tidak menciptakan sampah" (Ratna Indraswari Ibrahim. semoga makin kreatif....
Posting Komentar