Minggu, Maret 01, 2009

Mendorong Santri untuk Hidup Sehat

Anna Zakiyah Hastriana, PPA Lubangsa Selatan Putri

GULUK-GULUK—Lubangsa Selatan Puteri, salah satu komplek PP Annuqayah, kedatangan koordinator Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) PP Annuqayah, Khatibah A.Win, Jumat (27/2/09) malam kemarin, tepatnya pukul 20.00 WIB, dalam rangka Sosialisasi Kesehatan dan Poskestren.
Kedatangan Halah Ot, sapaan akrab Khotibah A. Win, disambut antusias oleh santri Lubangsa Selatan Puteri. Ini terbukti, sore hari keesokannya, santri yang berjumlah 138 orang mengadakan kerja bakti kebersihan. Mereka semangat membersihkan kamar dan halaman seluruh lingkungan pondok. Romlatul Hikmah, Ketua PPA Lubangsa Selatan Puteri, bergerak langsung untuk mengkoordinasi kerja bakti tersebut. ”Saya tidak mau jika stigma kumuh melekat pada pesantren Lubsel Pi. Jadi saya sudah mengerahkan berbagai cara agar para santri di sini sadar betapa pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat untuk keberlangsungan hidup mereka sendiri. Kan sudah jelas agama mengajarkan bahwa bersih adalah sebagian dari iman,” ujar perempuan mungil dengan senyum khasnya.
Bukan dari kalangan santri saja yang bersemangat menyambut kedatangan perempuan bersahaja berkacamata minus ini. Pengasuh pun menyambut dengan suka cita. Sebut saja Nyai Husnul Khatimah, Guru MA 1 Annuqayah Puteri. Beliau bersama pengurus PPA Lubsel Pi menyiapkan menu sehat dan alami, yaitu tahu goreng dan rap-orap (sayuran yang dicampur dengan parutan kelapa berbumbu), masakan Madura yang diracik sederhana.
Bersama rombongan, mantan guru Ekonomi yang memiliki suara merdu ini tiba di PPA Lubsel Pi sekitar pukul 20.00 WIB. Seluruh santri berjejer rapi siap mendengarkan materi sosialisasi.
”Tahukah Anda dengan kesehatan swadaya?” tanyanya sebagai bahan pengantar.
”Kesehatan swadaya adalah kesehatan yang timbul dari kekuatan dan ketahanan tubuh manusia itu sendiri. Orang sakit itu biasa, seperti malam setelah siang. Tapi timbulnya penyakit harus diketahui penyebabnya, baik karena disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat; jenis (baca: pengawet, penyedap, pewarna, pengembang, dan pelembut), porsi, dan jarak waktu yang tidak seimbang, atau lantaran pola pikir yang tidak sehat,” ujarnya bersemangat meski hujan rintik-rintik mulai berjatuhan.
Perempuan yang dikenal sangat disiplin ini juga menjelaskan pentingnya menjaga imone (sejenis prajurit yang menjaga ketahanan tubuh) agar tetap cantik dengan cara pola makan dan pola pikir yang sehat dan seimbang.
Selanjutnya, ia memaparkan pentingnya Poskestren bagi keberlangsungan kesehatan santri. Menurutnya, Poskestren bukan sejenis Rumah Sakit, akan tetapi adalah Rumah Sehat. ”Jika Poskestren disamakan dengan Rumah Sakit, maka itu persepsi yang salah. Karena Poskestren adalah rumah bagi orang sehat dan yang ingin sehat,” tegasnya.
Koordinator Jamu Herba Madura PP Annuqayah ini pun mengharap kepada semua elemen santri untuk terus mendukung kegiatan Poskestren dengan seluruh programnya, di antaranya program jalan sehat, talk show, dan lainnya.
Untuk memperlancar program Poskestren tersebut, setiap bulan seluruh santri diminta kerelaannya untuk membayar Dana Sehat sejumlah Rp. 500,- . Dengan dana tersebut, santri bisa mendapat pelayanan kesehatan dua kali dalam sebulan dan juga konsultasi seputar kesehatan tanpa pungutan biaya apa pun.
Pembimbing PSM Puteri STIK Annuqayah ini berjanji bahwa tidak akan lama lagi Poskestren akan memberikan pelayanan medis dari dokter yang ditugaskan oleh Menteri Kesehatan. Karena selama ini, Poskestren hanya memberikan pelayanan kesehatan secara alami melalui Jamu Herba beserta terapinya.
Acara sosialisasi itu berakhir hangat, sekitar pukul 21.30 WIB, dengan acara makan bersama dengan hidangan sehat yang sudah dipersiapkan sejak sore hari.

1 komentar:

Caberawet mengatakan...

Saya rasa ini bukan ide baru di Annuqayah untuk mensosialisasikan pentingnya kebersihan dan kesehatan baik pada pribadi maupun lingkungan. Terma "Annuqayah" sendiri sudah merupakan signal kepada seluruh elemen yang berdomisili di sekitarnya untuk selalu menjadi kebersihan dan kesehatan. Persoalannya sekarang terkadang kita kan hanya terlena dengan program-program ditingkat seminar, halaqah dll, tidak difollow upi dengan aksi. Nah, aksi inilah yang sudah saatnya lebih kita kedepankan daripada teori. Karena dengan itu pula "cleaning habit" santri pada saatnya nanti akan tercipta.

Satu hal yang masih menjadi bad habit di pesantren-pesantren dimana saja, khususnya di Madura, tapi mohon maaf sebelumnya, terlepas statemen itu kontradiktif dengan idiologi santri itu sendiri atau idiologi modern, yang namanya santri dan pesantren di Madura itu masih suka percaya dengan mitos-mitos yang menurut penulis sudah saatnya dihindari.
Satu contoh, pesantren masih suka menfasilitasi santri mandi atau berwudlu' dalam satu kolam, yang airnya dipake' rame-rame terus berwudlu'nya ke dalam kolam itu lagi.

Di beberapa kota berkembang (pemahaman kebersihannya) di Indonesia sepanjang yang penulis observ sudah banyak yang merubah kebiasaan kurang baik ini dengan membangun tangki air yang selanjutnya dialirkan melalui kran. Mungkin ini juga masukan buat pesantren-pesantren yang masih mempercayai "hal-hal kurang logis" tersebut.