Sabtu, Maret 07, 2009

Euforia Liburan, Antara Pulang dan Tidak

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Waktu berputar tanpa peduli pada kita yang tertatih mengikutinya. Hari demi hari telah kita lewati dengan penuh kegiatan, sekolah, kerja, dan yang lain. Tanpa terasa waktu liburan Maulid Nabi saw telah di depan mata. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar santri Annuqayah secara umum itu tinggal menghitung jam saja.
Banyak santri yang telah merencanakan bermacam-macam kegiatan di rumahnya dalam liburan yang lamanya lima hari itu, dan bahkan tidak sedikit yang tidak sabar menyongsong datangnya hari liburan. Mereka pun gelisah, tidak sabar.
Salah satunya adalah Moh. Affan, siswa kelas IX MTs 1 Annuqayah. Ia mengungkapkan bahwa ia sangat tidak sabar menanti liburan karena dia sudah berencana mau jalan-jalan dan berkunjung ke rumah teman-temannya. “Saya tidak sabar menanti datangnya hari liburan. Soalnya, ketika hari libur saya mau jalan-jalan dan berkunjung ke rumah teman-teman dan juga saya bisa santai-santai di rumah tanpa harus sekolah dan mengikuti kegiatan pesantren yang membuat kepala pusing,” tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathor Rosi, santri yang baru mondok di Annuqayah selama satu tahun setengah ini mengungkapkan bahwa dia keburu menanti datangnya liburan karena dia merasa rindu sekali pada temen-temen di rumahnya karena dia sudah lama tidak bertemu dengan mereka. “Saya sudah tidak sabar menunggu liburan karena saya ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan teman-teman saya. Sudah lama saya tidak bertemu dengan mereka” ungkap santri yang masih duduk di kelas VII MTs ini.
Namun tidak sedikit pula santri yang merasa masih kerasaan di pondok dan tidak terburu untuk pulang ke rumah mereka. Mereka tersebut rata-rata para santri yang punya sudut pandang yang berbeda melihat kehidupan di pondok dan juga santri luar Madura yang tidak punya biaya untuk pulang ke rumah mereka.
Homaidi termasuk dari mereka. Santri yang sudah duduk di kelas akhir MA 1 Annuqayah asal Sentol Daya Pragaan Sumenep ini mengungkapkan bahwa dia tidak pulang bukan karena dia tidak rindu kepada orang tuanya, tapi dia merasa tinggal di pondok lebih banyak manfaatnya ketimbang ada di rumah. “Saya tidak pulang bukan saya tidak rindu kepada orang tua, tapi saya merasa ada di pondok lebih banyak manfaatnya ketimbang di rumah. Di sini saya bisa berjamaah dengan kiai dan mungkin lebih terkendali dari melakukan pekerjaan yang tidak bermanfaat,” kata Homaidi.
Begitu juga Sofiyullah, santri asal Bondowoso. Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya ia ingin sekali pulang tapi orang tuanya melarang karena soal biaya. “Sejujurnya saya ingin sekali pulang tapi saya tidak bisa. Orang tua saya melarang saya pulang karena takut biayanya tidak cukup. Maklumlah rumah saya kan di Bondowoso. Ongkos ke sana cukup mahal, apalagi liburan kali ini cukup singkat, cuma lima hari,” kata santri yang sudah duduk di kelas akhir MTs ini.

2 komentar:

M. Faizi mengatakan...

Beri spasi antarparagraf, biar gak bosen bacanya..

Anonim mengatakan...

Mole di... cokoco mon tak mole, sofi keya nyamana bei nga'na bebini', tin jek lajjei nak kanak DL. soro jek lem-alem gellu