Senin, Maret 23, 2009

Jelang UN, Hafidz Mengejar Ujian Susulan

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Setelah dua bulan pulang dan dirawat di rumahnya di Rambi Puji, Jember, lantaran penyakit radang tenggorokan yang dideritanya, Muhammad Hafidz (15), santri PP Annuqayah Lubangsa yang juga tercatat sebagai siswa kelas III-E MTs 1 Annuqayah harus cepat-cepat mengejar ketertinggalannya dalam mengikuti ujian susulan semester satu.
Ia tidak mengikuti seluruh mata ujian semester satu disebabkan pas setelah hari pertama dimulainya ujian semester satu, yakni pada tanggal 5 Januari 2009, ia terpaksa harus pulang ke rumahnya di Jember. Jadi ia harus segera mengejar seluruh ketertinggalannya mengingat ujian akhir sekolah (UAS) dan Ujian Nasional (UN) semakin dekat.
Setelah kembali ke pondok pada 10 Maret 2009 yang lalu, dua hari berikutnya ia mendatangi Kepala MTs 1 Annuqayah, Mafrudah, S.Ag., di kediamannya di Desa Payudan Nangger. Ia menuturkan sebab musabab mengapa ia sampai selama itu di rumah. Ia juga bertanya apakah masih ada harapan untuk mengikuti ujian susulan semester satu. Beliau tak lantas menjawab. Ia meminta Hafidz untuk menunggu keputusan dua hari berikutnya.
Setelah hari yang dinanti itu tiba, Mafrudah memberi rekomendasi untuk mengikuti ujian susulan dengan memberikan selembar surat keterangan dan 17 amplop kosong untuk nilai setiap mata pelajaran yang akan diujikan oleh guru pengampu masing-masing. “Melihat keputusannya yang memberi izin untuk ujian susulan saja, saya sangat bahagia sekali. Kali ini saya harus berjuang untuk ujian susulan dari masing-masing guru,” ungkap santri yang baru sembuh dari penyakit radang tenggorokan itu.
Sejak kecil ia sudah menanggung beban penyakit itu. Dan kali ini penyakit yang dideritanya mengantarkan ke rumah sakit dr. Soebandi, Jember. Keputusan itu harus dilakukan mengingat rumah sakit yang ada di Sumenep tidak mampu membersihkan penyakit yang melekat di tenggorokannya itu.
“Katanya di sana tidak ada alat untuk membersihkan nanah yang ada di tenggorokan saya. Jadi saya memilih untuk berobat di rumah saja. Lagi pula lebih dekat dengan orang tua,” tuturnya.
Menurut pengakuannya, setelah dirawat selama sebulan, ia sudah mendapat izin dokter untuk kembali ke pondok. Akan tetapi, gara-gara ia makan bakso terlalu pedas, penyakit yang bisa menghilangkan suaranya itu kambuh lagi. Terpaksa ia harus dilarikan ke rumah sakit itu lagi untuk yang kedua kalinya.
Selanjutnya, Hafidz menyelesaikan ujian susulannya pada guru masing-masing, dan berharap agar mendapat nilai yang memuaskan.

Tidak ada komentar: