Moh. Azhari, PPA Lubangsa
Guluk-Guluk— Jum’at
malam (26/1)
kemarin, beberapa santri di Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa mengasah kreativitas membuat
cincin dari tempurung kelapa. Kreativitas tersebut sudah berjalan hampir satu minggu. Akan
tetapi baru beberapa hari ini perkembangan dalam membuat cincin menjadi sangat
pesat.
Kreativitas tersebut berawal dari Taufikurrahman, salah
seorang santri asal Pasongsongan,
yang mempunyai
inisiatif untuk membuat cincin dari tempurung kelapa.
“Ketika liburan Idul Adha, saya bincang-bincang
dengan teman-teman saya di rumah tentang cincin dari tempurung kelapa. Lalu
saya penasaran karena tempurung itu kan bentuknya cekung, masak bisa
dibuat cincin? Akhirnya saya mencoba untuk membuatnya di pondok. Pada awalnya
hasilnya biasa-biasa saja. Akan
tetapi ketika dimodifikasi dengan tambahan krat kartu XL dan bahan
serupa, hasilnya
bagus juga. Santri yang
lain ikut membuatnya juga. Hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri dan jelas bernilai kreatif,”
kata Taufikurrahman, pembuat cincin pertama di PPA Lubangsa.
“Dulu
saya hanya ingin tahu ilmunya saja. Namun saya juga
tertarik. Mungkin jika dilihat dari barangnya tidak terlalu bagus. Tapi yang
saya lihat adalah proses dan perjuangannya,” tambah Wildan Mahfudi, santri Lubangsa yang lain.
Yang
menarik, santri yang sedang berkreasi membuat cincin itu mendapat ilmu tambahan
dari seorang nenek yang mengunjungi cucunya di pondok. Kamis sore (26/1) lalu, nenek
itu melihat salah seorang santri yang sedang membuat cincin dari tempurung kelapa, sehingga
nenek itu bercerita.
“Mon lambhe’ cong, bile mare
ekagebei, sello’ jereya e begghe ka landhena kapor ma’ le lekkas celleng (kalau dulu, ketika sudah jadi, cincin
itu lalu direndam
ke dalam air kapur agar lekas hitam),” kata nenek itu.
Namun santri
memiliki cara lain untuk membuat
tempurung kelapa itu
menjadi berwarna hitam,
yaitu dengan menggoreng
cincin tersebut. “Bedanya dengan jika direndam ke air kapur, cincin itu tidak terlalu membesar tapi juga hitam,” papar Wildan.
Sebagian santri berharap agar kreativitas ini
mendapat respons
positif dari pihak pengurus dan mereka berharap agar pengurus
membuat wadah khusus
untuk pengembangan kreativitas santri.
1 komentar:
pesantren lain harusnya punya kreatifitas seperti ini juga, biar ga melulu belajar kitab... sambil promo.. http://arisandi.com
Posting Komentar