Husnul Khatimah Arief, PPA Latee II
Guluk-Guluk—Senin (02/01) yang lalu, sepuluh nominator lomba resensi mahasiswa untuk santri PP Annuqayah Latee
II mempresentasikan karya
resensinya di hadapan dewan juri. Seluruh mahasiswa di kompleks PP Annuqayah Latee II yang
berjumlah sekitar 100 orang tampak memadati lantai II sebelah Utara kampus Instika
putri yang menjadi tempat acara. Mereka
ingin mendukung temannya yang sedang presentasi.
Bahkan, tempat duduk yang
tersedia tidak mencukupi kapasitas mahasiswa Latee II yang terbilang banyak. Mereka
sontak akan bersorak ketika presentator berhasil menjawab pertanyaan kritis
juri. Atau bahkan mereka akan berseru tatkala juri ‘membantai’ karya-karya
presentator dengan kata-kata “pedas”.
Lomba resensi ini diadakan
oleh pengurus Departemen Pendidikan dan Pengembangan Intelektual untuk seluruh
mahasiswa di Latee II. Lomba
ini dimaksudkan untuk mendorong semangat mahasiswa
Latee II agar terus membaca dan menulis. Semua mahasiswa diwajibkan meresensi buku, baik fiksi
ataupun non-fiksi, yang terbit pada tahun 2010 atau 2011. Imla’ul Hasanah dan
Lailatul Mukarramah, pengurus Departemen Pendidikan dan Pengembangan
Intelektual, mengundang Syafiqurrahman dan Moh. Waris, mantan pengurus LPM
Instika, sebagai juri dalam lomba ini.
Pada 22 Desember, semua hasil
resensi mahasiswa dikumpulkan oleh Ila, panggilan Lailatul Mukarramah, untuk
kemudian dinilai oleh juri. Selang beberapa hari, juri memberitahukan 10
nominasi resensi terbaik dari buku fiksi dan non-fiksi yang terdiri dari 5
nominator fiksi dan 5 nominator non-fiksi.
Nominator fiksi adalah Kamilatus Shalihah,
Khalisatun, Faiq Hairani Aisyah, Raudhatul Jannah dan Rabi’atut Thayyibah.
Sedangkan nominator non-fiksi adalah Istiyana, Husnul Khatimah Arief, Shafwatul
Husna, Fathatun Maisurah dan Qiswatin Hasanah.
Pada waktu presentasi,
sebagian nominator terlihat kecewa saat juri menyatakan bahwa tulisannya belum
berhasil mengundang perhatian pembaca. Namun,
sebagian yang lain malah merasa puas dengan semburan kritik konstruktif juri untuk
dijadikan bekal guna perbaikan tulisan-tulisan selanjutnya.
“Untuk menjadi penulis hebat,
kalian harus dikritik secara ‘hebat’ juga,” ungkap Syafiqurrahman seraya
tersenyum. Secara umum, dalam pandangan juri, karya mahasiswa Latee II bisa
dibilang bagus dan perlu untuk ditingkatkan. Agar tulisan yang dibuat semakin
apik dan enak dibaca, lanjutnya, maka diperlukan kontinuitas dan kesabaran
untuk menulis dan berproses.
Imla’ul Hasanah, koordinator Departemen Pendidikan dan Pengembangan Intelektual,
menuturkan bahwa pemenang lomba ini akan diumumkan di buletin Variez Latee II
yang akan terbit beberapa hari lagi.
“Kami memang sengaja tidak
mengumumkan pemenang secara lisan, karena kami ingin membuat surprise pada
mereka. Biar nanti mereka baca sendiri di Variez,” ujarnya seraya tersenyum
bangga.
1 komentar:
Koreksi:
nama juri yang tertulis (moh. warits) itu keliru. Yang betul Abd. Warits, nama saya memang seringkali di tulis keliru oleh teman-teman puteri yang mengundang saya untuk menjadi juri. padahal saya sudah seringkali "sms" ke puteri memberitahukan tulisan nama saya yang banar.
trim
Posting Komentar