Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Di Indonesia, nilai agama sering ditukar dengan uang.
Para koruptor pun banyak yang tidak disentuh hukum. Para pemudanya pun tak
sedikit yang merasa kecil hati kalau tidak berpacaran; berpacaran kerapkali
dijadikan bagian dari gengsi sosial. Ini zaman sudah terbalik dan menjauh dari
nilai-nilai keislaman.
Pernyataan tersebut disampaikan dengan penuh
penghayatan oleh pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Latee, Guluk-Guluk,
Sumenep, KH Ahmad Basyir AS, saat sambutan dalam
acara temu wali siswa keenam dan
penutupan SMA Get Telent di halaman SMA Annuqayah, Ahad (15/1) pagi.
Kiai Basyir,
begitu ia disapa, juga menyinggung persoalan para ahli pidato (penceramah). Menurutnya, banyak sekali
saat ini orang yang fasih dan ahli berpidato (berceramah), melebihi banyaknya
manik-manik tasbih.
“Tapi sayangnya, amat sedikit dari mereka yang
berjiwa ulama,” tegasnya.
Kiai Basyir
menyatakan begitu karena secara nyata ia menyaksikan betapa tak sedikit
perilaku dari para ahli pidato
itu berbanding terbalik dengan apa yang dinyatakannya. Pidato acapkali
dijadikan sebagai pelengkap saja dalam acara-acara televisi, misalnya.
Kiai Basyir juga bercerita bahwa tak sedikit
para politisi dan para aktivis partai bersilaturrahmi kepadanya di kala
pemilihan umum (legislatif dan eksekutif) dan atau kegiatan-kegiatan politik
lainnya.
“Saya sering disodori uang, tapi saya tolak
secara tegas. Saya tidak mau dikasih uang berbau politik,” katanya.
Berpangkal dari beberapa persoalan di atas, kiai
Basyir berpesan beberapa hal kepada hadirin.
“Pertama, jaga diri kita dan keluarga
kita dari siksa api neraka. Ini memang perintah langsung dari Allah. Kita harus
menjauhkan diri kita dan keluarga kita dari perbuatan-perbuatan tercela,”
ujarnya serius, dengan nada ditekan.
Kedua, lanjutnya,
pertajam rasa malu.
“Rasa malu itu adalah
sebagian dari iman,” tambahnya, “terutama pemuda yang sudah terjerembab ke
dalam tradisi berpacaran, segeralah sadar betapa nistanya perbuatan itu,
bertolak belakang dengan nilai-nilai keislaman.”
Ketiga, tegasnya
lagi, niatkan setiap langkah kita demi kepentingan akhirat. Niatkan bekerja
tidak hanya demi dunia.
“Kalau hanya niat demi dunia, maka kita hanya
dapat dunia. Akhirat tertinggal jauh di belakang kita,” tandasnya.
Di samping itu, Kiai Basyir juga menyampaikan bahwa wali murid
merupakan salah satu elemen penting yang harus diperhatikan oleh lembaga
pendidikan.
“Eratnya kerjasama antara sekolah dengan wali
murid adalah elemen terpenting dalam dunia pendidikan,” kata Kiai Basyir, mengakhiri sambutannya yang
berlangsung sekitar setengah jam lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar