Paisun, PPA Lubangsa Selatan
Guluk-Guluk—Pondok
Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa Selatan (PPA Lubsel) tahun ini bermaksud
membangun asrama baru. Asrama yang akan dibangun tersebut rencananya berjumlah
10 kamar dengan ukuran masing-masing 3m x 3m.
Pembangunan asrama ini amat penting dalam rangka untuk menyediakan
tempat tinggal yang nyaman dan layak untuk santri. Hal ini karena jumlah santri
semakin banyak sementara asrama pondok yang ada kurang mencukupi.
Untuk diketahui, saat ini,
PPA Lubsel telah memiliki 22 kamar dengan rincian: 3 kamar permanen dengan ukuran 3x4m, 9
kamar semi-permanen berukuran 2x2m dan 10 kamar permanen berlantai dengan
ukuran 4x4 m. Jumlah kamar tersebut tidak sebanding dengan jumlah santri yang
mencapai 231 orang. Bahkan, dalam salah satu kamar semi-permanen, ada yang
didiami hingga 11 orang.
Kesulitan Dana
Muhammad Hilman, S.Pd.I, koordinator pembangunan di PPA Lubsel, menyatakan bahwa
sedianya proses pembangunan asrama baru tersebut akan dilaksanakan pada bulan
ini. Namun, masalah klasik yang selalu menghantui adalah dana.
Menurutnya, estimasi biaya yang dibutuhkan sekitar Rp. 180 juta,
sementara dana yang tersedia saat ini baru Rp. 40 juta. Selisih yang besar
antara dana yang tersedia dengan dana yang dibutuhkan itulah yang menyebabkan
ia ragu untuk memulai proses pembangunan tersebut. Menurutnya, proses
pembangunan asrama kemungkinan besar akan dimulai pada bulan Februari
mendatang.
“Sebenarnya, fondasinya
sudah selesai. Bahannya juga ada sebagian. Kita punya semen 20 sak, kusen lengkap, juga batu bata 7
truk. Tapi, bahan baku utama berupa pasir belum didapatkan,” ujar alumnus
Instika pada tahun 2011 tersebut. Menurutnya, pada musim penghujan, pasir
semakin sulit diperoleh.
“Saya sudah mencoba menghubungi beberapa alumni,
khususnya yang dekat pantai. Tapi tetap masih belum berhasil,” pungkasnya.
Bergantung kepada Alumni
Masih menurut Hilman, untuk menutupi dana
pembangunan yang besar tersebut, ia bergantung kepada sumbangan dari alumni.
Hal ini karena pengasuh PPA Lubsel, K. Moh. Halimi Ishom, S.H.I, sangat
hati-hati terhadap sumber dana pembangunan tersebut. Beliau tidak ingin dana
yang digunakan nantinya berasal dari sumber yang syubhat apalagi haram.
Karenanya, panitia pembangunan tidak dibolehkan sembarangan mengajukan
proposal. Setiap proposal yang hendak diajukan harus terlebih dahulu mendapat
izin dari pengasuh.
Dengan begitu, panitia pembangunan berusaha
memaksimalkan potensi alumni. Setiap 2 bulan, sebagian alumni PPA Lubsel mengadakan pertemuan rutin untuk
turut memikirkan pembangunan pondok. Biasanya setiap pertemuan ada saja alumni
yang memberi bantuan, baik berupa bahan bangunan maupun dalam bentuk dana.
Selain itu, panitia
pembangunan juga mendapat suntikan
dana dari alumni dan orang tua santri yang tergabung dalam Persatuan Santri dan
Simpatisan (Pessan) PPA Lubsel yang rutin melakukan pertemuan selama 2 tahun satu
kali.
“Kami juga mencoba menyebarkan
infaq kepada masyarakat dan santri,
meski jumlahnya tidak signifikan. Infaq bisa berupa jagung atau padi. Untuk
tahun ini, hanya 250 plastik yang akan disebarkan,” tutur santri asal Kaduara
tersebut.
Diakui
bahwa hal tersebut masih belum mencukupi untuk pembangunan. Karenanya, ia
sangat berharap kepada alumni dan simpatisan yang mempunyai kerelaan untuk memberi sumbangan agar proses
pembangunan asrama baru tersebut bisa cepat selesai sehingga dapat segera ditempati
oleh santri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar