Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Di Indonesia,
pembelajaran Al-Quran masih belum berjalan secara utuh. Termasuk di beberapa
pesantren yang tersebar di negeri ini. Di pesantren, santri-santri sebatas mengaji
dan atau membaca Al-Quran, tanpa mengolahnya dengan seni membaca yang baik dan
indah.
Demikian disampaikan Harun Adiyanto,
ketua Lembaga Pengembangan Tartilul Quran Pondok Pesantren Annuqayah (LPTQ
Annuqayah), Guluk-Guluk, Sumenep saat diwawancarai di kantor berlantai II
Sekretariat Bersama Annuqayah Selasa (3/1) malam.
Dalam pandangan santri yang pernah
didaulat juara pertama dalam lomba Musabaqah Tilawatil Quran antar-mahasiswa
se-Jawa Timur yang digelar Universitas Surabaya (2008) itu, Al-Quran merupakan
satu-satunya kitab suci yang indah dibaca dan didengarkan. Al-Quran itu memang
betul-betul mukjizat tinggi yang dianugerahkan Allah kepada segenap manusia.
“Hanya saja, umat Islam kini mulai
kurang serius mempelajari Al-Quran. Baik itu kandungannya, tak luput pula seni
bacanya yang sudah terbilang luntur,” tambah pemuda yang murah senyum itu.
“Kita harus menyayangkan kenyataan ini,” lanjutnya.
Berangkat dari itu, lanjutnya,
keindahan dalam membaca Al-Quran mesti diperhatikan.
“Ketika seni membaca Al-Quran
dengan indah itu sudah diabaikan, tentu akan terkesan mengurangi kemukjizatan
Al-Quran. Karena salah satu kemukjizatan Al-Quran itu terletak pada
keindahannya tatkala dibaca,” bebernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar