Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Sebagaimana dipahami, manusia terdiri dari
jasmani dan rohani. Islam mengajarkan agar keduanya dijaga kesehatannya. Dan
selama ini, pemeliharaan terhadap kesehatan jasmani lebih diutamakan ketimbang
pemeliharaan kesehatan rohani. Kesehatan rohani acapkali terabaikan. Sungguh
patut disayangkan.
Demikian disampaikan K Ach Maimun Syamsuddin
saat diundang menjadi Penceramah dalam acara temu wali siswa keenam dan penutupan SMA Get Telent di halaman SMA
Annuqayah, Ahad (15/1) pagi.
Di depan ratusan wali siswa SMA Annuqayah, kiai
Maimun menjelaskan secara detail tentang penyakit rohani dan upaya apa saja
untuk mengobatinya.
Menurutnya, penyakit rohani atau yang lebih
dikenal dengan penyakit hati, oleh kebanyakan orang kadang tidak disadari dan
malas untuk mengobatinya. Berbeda dengan penyakit jasmani yang sampai rela
berkorban banyak hal untuk menyembuhkannya.
“Penyakit hati tersebut, salah satunya, ialah
sombong dan dengki. Menjaga kesehatan jasmani penting, memelihara kesehatan
rohani juga tak kalah pentingnya,” kata K Maimun dengan santainya.
Mudahnya, tambah K Maimun, sifat dengki ini
dapat didefisinikan dengan “susah melihat orang senang dan atau senang melihat
orang susah”.
“Orang yang hatinya sakit, kerapkali
terjerembab pada dua hal: tidak merasa sakit dan sekalipun merasa, malas
berobat,” paparnya.
Ketika hal tersebut menimpa seseorang,
lanjutnya, maka hatinya bisa menjadi mati. “Dan dampak dari penyakit hati
tersebut tidak hanya berakhir di dunia, tapi juga berlanjut hingga akhirat
kelak yakni dibalut dengan siksa,” kata K Maimun.
Maka, pesannya, penyakit hati itu jangan sampai
dibiarkan, kalau dibiarkan pasti berujung pada matinya hati. Segera berobat
merupakan suatu keharusan.
Menurut dosen Dunia Pemikiran Islam Institut
Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) itu, ‘dokter’ dari penyakit hati berbeda
dengan dokter penyakit jasmani.
“Dokter penyakit hati itu ialah ulama dan
orang-orang shalat. Obatnya ialah nasihat
untuk mendapat pencerahan,” tambahnya agak filosofis.
Lebih dari itu, K Maimun berbagi cara agar hati
tidak ditimpa penyakit. Sekalipun misalnya hati seseorang mati karena tidak ‘diobati’,
ia masih berkesempatan untuk dihidupkan kembali.
“Nabi mengumpamakan hati yang sudah mati itu
dengan tanah yang mati. Untuk menghidupkannya kembali harus dihujani, dipupuk,
dirawat, dan seterusnya. Yakni: perbanyak zikir kepada Allah dan mengaji
Al-Qur’an,” kata K Maimun detail.
Agar manusia mulia di sisi Allah, tambah pria
yang berbaju koko putih itu, kesehatan jasmani dan rohani harus sama-sama
dijaga.
“Seperti burung yang bisa terbang tinggi berkat
kedua sayapnya yang sama-sama sehat. Kalau salah satu sayap tersebut sakit,
maka burung tersebut tidak mungkin mampu terbang tinggi,” katanya, lagi-lagi menggunakan
kata-kata filosofis yang mudah dicerna.
Jelasnya, lanjut K Maimun, kita dapat
mencontohkan pada ibadah shalat. Kalah jasmani kita sakit, maka akan berdampak
buruk terhadap konsentrasi (kekhusu’an) kita. Begitu pula sebaliknya.
“Semoga jasmani dan rohani kita sama-sama
sehat, sehingga kita beraktivitas diiringi ridha dari Allah SWT,” harapnya yang
diamini oleh para hadirin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar