Selasa, Januari 31, 2012

Santri Lubangsa Asah Kreativitas Membuat Cincin

Moh. Azhari, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk Jum’at malam (26/1) kemarin, beberapa santri di Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa mengasah kreativitas membuat cincin dari tempurung kelapa. Kreativitas tersebut sudah berjalan hampir satu minggu. Akan tetapi baru beberapa hari ini perkembangan dalam membuat cincin menjadi sangat pesat.

Kreativitas tersebut berawal dari Taufikurrahman, salah seorang santri asal Pasongsongan, yang mempunyai inisiatif untuk membuat cincin dari tempurung kelapa.

“Ketika liburan Idul Adha, saya bincang-bincang dengan teman-teman saya di rumah tentang cincin dari tempurung kelapa. Lalu saya penasaran karena tempurung itu kan bentuknya cekung, masak bisa dibuat cincin? Akhirnya saya mencoba untuk membuatnya di pondok. Pada awalnya hasilnya biasa-biasa saja. Akan tetapi ketika dimodifikasi dengan tambahan krat kartu XL dan bahan serupa, hasilnya bagus juga. Santri yang lain ikut membuatnya juga. Hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri dan jelas bernilai kreatif,” kata Taufikurrahman, pembuat cincin pertama di PPA Lubangsa.

“Dulu saya hanya ingin tahu ilmunya saja. Namun  saya juga tertarik. Mungkin jika dilihat dari barangnya tidak terlalu bagus. Tapi yang saya lihat adalah proses dan perjuangannya,” tambah Wildan Mahfudi, santri Lubangsa yang lain.

Yang menarik, santri yang sedang berkreasi membuat cincin itu mendapat ilmu tambahan dari seorang nenek yang mengunjungi cucunya di pondok. Kamis sore (26/1) lalu, nenek itu melihat salah seorang santri yang sedang membuat cincin dari tempurung kelapa, sehingga nenek itu bercerita.

“Mon lambhe’ cong, bile mare ekagebei, sello’ jereya e begghe ka landhena kapor ma’ le lekkas celleng (kalau dulu, ketika sudah jadi, cincin itu lalu direndam ke dalam air kapur agar lekas hitam), kata nenek itu.

Namun santri memiliki cara lain untuk membuat tempurung kelapa itu menjadi berwarna hitam, yaitu dengan menggoreng cincin tersebut. “Bedanya dengan jika direndam ke air kapur, cincin itu tidak terlalu membesar tapi juga hitam,” papar Wildan.

Sebagian santri berharap agar kreativitas ini mendapat respons positif dari pihak pengurus dan mereka berharap agar pengurus membuat wadah khusus untuk pengembangan kreativitas santri.

Ranking I, Lomba Paling Bergengsi di Class Meeting MA Putri


Husnul Khatimah Arief, PPA Latee II

Guluk-Guluk—Acara Class Meeting MA 1 Annuqayah Putri telah  ditutup, Kamis (26/1) kemarin. Rabu (25/1) yang lalu adalah kali terakhir siswa MA 1 Annuqayah Putri berpartisipasi dalam ajang rangkaian lomba bergengsi itu. Lomba yang berlangsung kala itu hanya satu lomba, yaitu Ranking 1. Lomba inilah yang sejak awal dinanti-nanti oleh siswa, karena Ranking 1 adalah lomba inti dari Class Meeting MA 1 Annuqayah Putri.

Lomba yang bisa dikatakan sama dengan salah satu acara televisi yang ditayangkan setiap Senin-Kamis di Trans TV ini, mengundang penonton yang relatif banyak. Siswa MA 1 tampak agresif menonton lomba yang paling bergengsi itu. Mereka datang untuk mendukung teman-temannya yang tengah berlomba. Bahkan tidak hanya siswa, Ranking 1 juga berhasil mengambil perhatian mahasiswa.

Penamaan lomba Ranking 1 ini memang menyadur dari acara TV di Trans TV tersebut. Peserta dalam lomba ini benar-benar diuji daya kognitifnya dan sejauh mana wawasannya, karena Ranking 1 tidak jauh berbeda dengan ujian yang kerap dihadapi siswa. Di dalamnya, peserta akan ditanyakan beberapa soal yang terkait dengan materi umum, materi agama, wawasan dunia, simbol olah raga, dan musik (tebak judul lagu).

Mekanisme lomba ini sama dengan kurikulum pendidikan di sekolah pada umumnya, peserta akan dihadapkan dengan berbagai tahapan ujian, yakni semester ganjil, semester genap, UAN dan yang terakhir adalah UAS.  Pada tahapan awal, semester 1, pertanyaan yang diberikan oleh panitia cukup mudah dan bisa dijangkau oleh semua peserta. Namun, ketika sampai pada tahap akhir, UAN, pertanyaan yang disuguhkan panitia agak rumit dan butuh waktu lama untuk menemukan jawabannya.

44 peserta delegasi dari 22 kelas duduk berjejer rapi di halaman sekolah dengan beralaskan koran. Sedangkan panitia yang memberikan soal duduk di hadapan mereka, tepatnya di podium. Peserta diberi ikat kepala yang bertuliskan nomor peserta dan kertas lilin sebagai kertas jawaban. Setelah soal dibacakan, peserta akan diberi waktu satu menit untuk menjawab. Setelah jawaban selesai ditulis, ada instruksi dari panitia untuk mengangkat kertas jawaban.

Wajah-wajah peserta tampak tegang mendengar soal yang dibacakan oleh panitia. Ada perasaan kecewa dan bahagia ketika jawaban mereka diketahui benar atau salah. Peserta yang salah menjawab akan dikeluarkan dari arena lomba. Demikian pula seterusnya hingga tersisa satu peserta bertahan yang belakangan akan ditetapkan sebagai peserta Ranking 1. Sistem seperti ini dikenal dengan sistem eliminasi.

Beberapa jam berlalu, tepuk tangan dan sorak sorai dari penonton terdengar  semakin meriah ketika Malikatul Hasanah, siswa XII MA jurusan IPA, ditetapkan sebagai Ranking 1. Tanpa menunggu aba-aba, teman sekelas Malikapanggilan akrab Malikatul hasanahspontan berlari menuju Malika untuk memeluk dan mengucapkan kata “selamat” padanya. Rasa bangga terpancar dari wajah Malika ketika semua pasang mata telah menyaksikan dan mendengar sendiri bahwa ia dinobatkan sebagai Ranking 1.

“Pada awalnya saya tak percaya, tapi teman-teman langsung berlari menuju saya, memeluk dan mengucapkan selamat. Saya sungguh terharu. Terharu sekali. Ini nikmat Allah yang tanpa saya duga sebelumnya. Padahal, tak pernah terbersit di benak saya untuk menjadi pemenang pada lomba yang bergengsi dan memang ditunggu-tunggu ini. Yah, saya yakin inilah kejutan Allah untuk saya,” ujar Malika dengan bangga setelah ditanyakan perasannya usai lomba.

Siapa mengira perempuan yang bertubuh jangkung ini akan menjadi pemenang, sementara rival-rivalnya adalah siswa yang memang dikenal dengan kecerdasannya. Mereka yang berpartisipasi umumnya adalah siswa yang berpengetahuan luas dan kerap mendapat ranking kelas.

“Jujur, sebelum berlomba saya tidak optimis. Lawan-lawan saya memang luar biasa. Mereka sudah biasa mendapatkan ranking kelas. Sedangkan saya tidak pernah sama sekali. Ajaib kan? Sekali lagi, ini memang rencana Allah yang membuat saya bahagia,” lanjutnya sambil sesekali menyeka air mata yang sempat keluar dari kelopak matanya.

Setelah ditanya tentang persiapannya sebelum berlomba, siswa sekaligus santri PPA Latee II ini menjawab bahwa persiapan yang selama ini ia lakukan adalah membaca dan membaca. Membaca apa saja, baik koran atau buku. Satu hal yang membedakan ia dengan peserta yang lain dan ini ditengarai sebagai jembatan yang berhasil menjadikannya lolos sebagai Ranking 1 adalah kegemarannya membaca RPUL (rangkuman pengetahuan umum lengkap). Di dalamnya, memang terdapat banyak pengetahuan tentang dunia, sehingga ia tidak merasa kesulitan menjawab semua soal yang diberikan panitia.

Pantas sekali bila pemenang Ranking 1 ini bangga, karena sepanjang perjalanan Class Meeting MA 1 Annuqayah Putri, menurut penuturan Alvin Maghfirah yang menjabat sebagai ketua panitia dalam acara ini, Ranking 1 adalah lomba yang baru ada. Class Meeting sebelumnya belum pernah menggelar lomba bergengsi semacam ini.   

Senin, Januari 30, 2012

Personalia Pengurus Latee Dirombak

M. Kamil Akhyari, PPA Latee

Guluk-Guluk—Jum'at (27/1) malam kemarin, secara resmi nama-nama pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Latee masa khidmat 2011-2012 yang dirombak diumumkan kepada seluruh santri Latee. Surat keputusan tentang pengangkatan dan perubahan antarwaktu pengurus dibacakan Wakil Kepala Madrasah Diniyah Annuqayah Latee, Faisol Khair, di Mushalla Latee.

Berdasarkan surat keputusan nomor 10/SK.01/P.1/Pgsh/P2AL/I/2012 yang ditandatangani Pengasuh PP Annuqayah Latee, terdapat dua pengurus yang dipindahtugaskan, delapan pengurus baru, dan 10 pengurus yang dibebastugaskan.

Pengurus yang dipindahtugaskan adalah Abd. Hamid Ishaq yang semula anggota Departemen Kebersihan dan Keindahan pindah menjadi koordinator Departemen Kebersihan dan Keindahan, dan Moh. Hasan yang semula anggota Departemen Pekerjaan Umum pindah menjadi koordinator Pekerjaan Umum.

Sedangkan pengurus yang baru diangkat adalah A'la Aqil, menjabat anggota Departemen Pendidikan dan Pengajaran (Madrasah Diniyah), Syaifullah menjabat anggota Departemen Pengajian Al Qur'an dan Kitab, Ahmad Thayyib menjabat anggota Departemen Kebersihan dan Keindahan, Rofiq menjabat anggota Departemen Kebersihan dan Keindahan, Romaiki Hafni menjabat koord Departemen Publikasi dan Organisasi, Muhammad Sahra menjabat anggota Departemen Pekerjaan Umum, Moh. Syafiuddin menjabat anggota Departemen Ketertiban dan Keamanan, dan Ahmad Makki menjabat anggota Departemen Ketertiban dan Keamanan.

Sementara nama-nama pengurus yang dibebastugaskan; tiga anggota Departemen Ketertiban dan Keamanan, yaitu Sama'uddin, Rasyidi Hodri, dan Mahmudi; dua anggota Pengajian Al Qur'an dan Kitab, Ahmad Baihaki dan Ahmad Zaini; anggota Departemen Madrasah Diniyah, Aufal Maram; departemen Kebersihan dan Keindahan, Hamdani (koordinator) dan Tahmid (anggota); Koordinator Departemen Publikasi dan Organisasi, Hairul Anam; dan Koordinator Pekerjaan Umum, Rifqi Alisyahbana.

Pengurus Rayon

Selain pengurus pusat, struktur pengurus rayon juga mengalami perombakan. Berdasarkan surat keputusan nomor 04/SK.1/K.I/Pgrs/P2AL/I/2012 yang ditandatangani K. Ainul Yaqin selaku Ketua I Pengurus PP Annuqayah Latee, ada lima pengurus yang baru diangkat, enam pengurus pindah tugas, dan tujuh pengurus yang dibebastugaskan.

Lima pengurus yang baru diangkat, Abd. Wafi menjabat anggota pengurus rayon Al Bukhari, Saiful Bahri menjabat anggota pengurus rayon Al Farisi, Habibul Umam menjabat  anggota pengurus rayon Al Qurthubi, Abd. Ghafur menjabat anggota pengurus rayon As Syafi'ie, dan Nurul Hidayat menjabat anggota pengurus rayon Al Qurthubi.

Pengurus yang dipindahtugaskan kebanyakan naik jabatan dari anggota menjadi koordinator rayon, kecuali Abd. Gani yang semula anggota rayon Al Farisi pindah ke anggota rayon al Bukhari. Rinciannya, Nurul Rizali yang asalnya anggota rayon Al Bukhari naik jabatan menjadi koordinator rayon Al Bukhari. Demikian juga Homaidi naik jabatan menjadi koordinator Darul Lughah, Farhan QR naik jabatan menjadi koordinator rayon Al Ghazali, Moh. Baisuni naik jabatan menjadi koordinator As Syafi'ie ,dan Moh. Hamdi naik jabatan menjadi koordinator rayon Al Qurthubi.

Dan pengurus yang dibebastugaskan adalah Moh Syafiuddin koordinator rayon Al Bukhari, Ahmad Makki Koordinator rayon Al Ghazali, Ahmad Thayyib koordinator rayon As Syafi'ie, Saifullah anggota pengurus rayon As Syafi'ie, A'la Aqil koordinator rayon Al Qurthubi, Rofiq anggota pengurus rayon Al Qurthubi, dan Romaiki Hafni koordinator rayon Darul Lughah.

Perombakan pengurus tersebut dilakukan karena ada beberapa hal terkait dengan kepengurusan yang memungkinkan untuk melakukan hal itu sebagaimana diatur dalam anggaran dasar bab IV pasal 8, bab V pasal 10 nomor 5 dan anggaran rumah tangga bab III pasal 15 ayat 1.

Adlan Ali, Bendahara PP Annuqayah Latee, menyebutkan, pergantian antarwaktu dilakukan karena ada pengurus yang pindah tugas untuk mengisi kekosongan jabatan, dan disebabkan pengurus berhenti mondok di pertengahan periode.

“Karena ada pengurus rayon yang ditarik ke pusat dan banyak pengurus yang tidak lagi bisa aktif karena berhenti maka kami angkat pengurus baru,” tuturnya saat ditemui di kantor PP Annuqayah Latee.


Kamis, Januari 26, 2012

Ibnu Hajar: Mengajar Bahasa Arab Harus Profesional


Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Bahasa Arab mendapatkan tempat yang istimewa dalam Islam, sebab sumber utama ajarannya berupa Al-Qur’an dan Hadis Nabi menggunakan bahasa Arab. Karena itu, upaya peningkatan mutu pembelajaran bahasa Arab harus terus dilakukan.

Bertitik pijak pada alasan itulah ketua Markaz Bahasa Arab Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Ibnu Hajar, menggelar Pelatihan Mengajar Bahasa Arab selama dua hari, tepatnya pada tanggal 18-9 Januari 2012 atau 24-25 Shafar 1433 kemarin.

Pelatihan ini ditempatkan di salah satu ruangan di Lantai II Sekretariat Bersama Annuqayah. Ada 30 peserta yang mengikuti kegiatan ini; 20 pengurus Markaz Bahasa Arab Annuqayah dan 10 orang delegasi dari lembaga bahara Arab yang ada di pesantren-pesantren daerah di Annuqayah.

“Fasilitator dalam pelatihan ini ialah orang-orang yang memang sudah ahli dalam penguasaan pengajaran bahasa Arab. Mereka sama-sama alumni pengurus Markaz Bahasa Arab Annuqayah, yaitu KH Muhammad Muhsin Amir dan Fathorrachman Utsman,” tutur Ibnu Hajar saat diwawancarai Senin (23/1) pagi di rumahnya, Errabu, Bluto, Sumenep.

Sebenarnya, lanjut mantan Penasihat Perpustakaan Annuqayah Latee itu, pelatihan tersebut hendak mendatangkan 3 fasilitator. Karena berhalangan, seorang fasilitator, yakni K M. Naqib Hasan, tidak bisa menemani peserta belajar materi Pembelajaran Insya’ (mengarang) dan Muthola’ah (membaca).

“Namun begitu, Kiai Naqib (sapaan K M. Naqib Hasan, red.) menyanggupi kepada kami untuk mengajari peserta di lain kesempatan. Dan saya beserta teman-teman pengurus Markaz mengamini kesudian beliau,” tambah Ibnu Hajar dengan wajah serius, tanpa senyuman.

Adapun materi yang disampaikan oleh KH Moh Muhsin Amir dan Fathorrachman Utsman masing-masing ialah Metode Pembelajaran Bahasa Arab serta Model dan Strategi Pembelajaran Efektif.

“Kedua fasilitator tersebut mampu menarik hati semua peserta. Selama pelatihan dan pemaparan materi berlangsung, sulit dijumpai adanya peserta yang kurang serius mendengarkan dan mengikuti pelatihan secara utuh,” tambah mantan pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah itu.

Di samping kendala seorang fasilitator yang berhalangan hadir, ada kendala lain.

“Kendala tersebut berupa informasi dadakan dari Kiai Muhsin (sapaan KH Muhammad Muhsin Amir, red.) bahwa dirinya tidak bisa hadir Rabu pagi sebagaimana jadwal dari panitia. Akhinya, kami pun memindahkan pada sesudah Ashar hingga menjelang Magrib,” beber pemuda yang Desember kemarin didaulat sebagai Juara 1 Lomba Debat Ilmiah Bahasa Arab Internasional di UIN Malik Ibrahim Malang.

Kendala yang bersumber dari fasilitator pertama tersebut berdampak pada kendala lain, yaitu tersendatnya peminjaman LCD proyektor milik Annuqayah karena sore harinya dipakai dalam kegiatan di putri.

“Di surat peminjaman yang kami layangkan ke pengurus pusat Annuqayah, waktunya ialah pagi hari. Karena pagi hari Kiai Muhsin yang menjadi kepala MA 1 Annuqayah Putri ada rapat, jadinya beliau mohon dipindah ke sore harinya. Jadi kami masih harus mencari pinjaman LCD proyektor untuk Rabu sore,” keluh Ibnu Hajar.

Untunglah, Ibnu Hajar dan pengurus Markaz yang lainnya sigap mencari jalan keluar atas kendala yang menimpa pelatihan. Mereka langsung melayangkan surat permohonan peminjaman LCD proyektor ke MA 1 Annuqayah Putri. Dan alhamdulillah disetujui.

Dana yang dikeluarkan dalam pelatihan ini ialah Rp. 350 ribu bersumber dari kas Annuqayah. Kendatipun dananya tidak begitu besar, Ibnu Hajar menyatakan bahwa ilmu yang diperoleh dari pelatihan yang juga diikutinya itu amat besar sekali.

“Sejenak saya melakukan refleksi. Kemudian saya sadar bahwa hasil yang besar tidak harus diraih dengan dana yang besar,” tuturnya sembari mengembangkan senyuman.

Rabu, Januari 25, 2012

Zolinfil, Muhadlarah Puncak Mahasiswa Latee II


Imlaul Hasanah, PPA Latee II

Guluk-Guluk—Senin (23/1) kemarin, Muhadlarah Puncak untuk mahasiswa di PPA Latee II dilaksanakan. Kelompok Zolinfil yang dipelopori oleh kelompok dua tampil menunjukkan performance segar mereka dengan bertemakan lingkungan.

Beragam tetumbuhan yang mereka kumpulkan berhasil menyulap  Mushalla ar Rahmah Latee II  tidak seperti hutan-hutanan. Konsep ruang yang didominasi daun berwarna hijau segar dan sebagian kecil berwarna kuning kering kecokelatan menjadi pilihan cerdas mereka, menggambarkan kelapukan alam dan aroma segar kehidupan.

Tidak sebagaimana mestinya, muhadlarah puncak kali ini dilaksanakan dua hari lebih awal dari jadwal semula. Ada beberapa alasan: pertama, selama pelaksanaan class meeting MA 1 Annuqayah Putri (mayoritas siswa Latee II tercatat sebagai pelajar MA 1 Annuqayah Putri), muhadlarah siswa libur selama dua pekan. Kedua, berkenaan dengan rampungnya pelaksanaan ujian Madrasah Diniyah Latee II semester pertama, maka selama satu minggu kegiatan belajar-mengajar dinonaktifkan. Oleh karena itulah pelaksanaan muhadlarah puncak digelar lebih awal.

Kelompok ini menamakan diri mereka Zolinfil. Menurut penuturan Khalisatun, ketua kelompok Zolinfil, kata ini berasal dari bahasa Biologi, yakni zo yang berarti akar, lin yang berarti batang, dan fil yang berarti daun.

Kami ingin kita semua peduli lingkungan mulai dari hal yang paling mendasar, yakni mulai dari menyayangi akar, batang, dan juga daunnya,”  jelas Khalisatun dalam sambutannya.

Jika kelompok Florecita (muhadlarah sebelumnya) menyuguhkan duet karaoke, maka kelompok ini memilih judul  lagu “agaya  jhe’ ra-sara” sebagai penampilan yang menyelingi pidato dengan juga menampilkan video klip lagu tersebut. Performance mereka yang satu ini mengundang tawa tak berkesudahan. Di samping para personil yang memang berbakat melawak (Kutsiya, Tiniyatun, Muthiatul Khairiyah, Qurrotul farohah, dan Kalisatun), video klip lagu ini memang sangat lucu dan menghibur.

Setelah melalui sesi orasi, tiba giliran mereka untuk menampilkan drama ilmiah yang dalam setiap muhadlarah selalu dinantikan. Drama ilmiah yang diberi judul “Bumi Menangis” dipentaskan cukup apik oleh para personil Zolinfil yang berkisah tentang hutan Babilon dan usaha untuk melestarikan serta melindungi hutan tersebut. “ Mari mencintai bumi,” teriak mereka di akhir kisah.

Pengurus Marla Banat Adakan Sosialisasi Program


Husnul Khatimah Arief, PPA Latee II

GULUK-GULUK—Perjalanan kepengurusan Markazul Lughah al-‘Arabiyah Puteri (Marla Banat) sudah menginjak bulan ketiga. Beberapa program yang dicanangkan oleh pengurus sudah ada yang terealisasi sesuai dengan rencana. Untuk melangkah pada bulan-bulan berikutnya, pengurus Marla Banat memandang perlu untuk mengadakan sosialisasi program pada seluruh anggota Bahasa Arab di Annuqayah guna memperkenalkan program-program yang sudah direncanakan tersebut.

Tidak sebagaimana umumnya sosialisasi program yang mesti dilakukan di awal periode kepengurusan, pengurus Marla Banat pada Senin kemarin (23/1) baru melakukan sosialisasi program setelah dua bulan berlalu masa kepengurusan. Hal ini karena pada dua bulan sebelumnya kegiatan Marla Banat yang perlu direalisasikan hanya satu program yaitu Ta’lim Usbu’iyah yang diisi langsung oleh Syaikh Shalah Wahbah yang merupakan kelahiran Mesir sekaligus alumni al-Azhar Kairo. Kegiatan ini memang sudah terealisasi pada periode sebelumnya.

Pengurus periode kali ini yang dipimpin oleh Hikmatun, santri PPA Lubangsa, hanya melanjutkan program tersebut. Jadi menurutnya, tidak ada masalah bila sosialisasi ini baru dilakukan kemarin. Peserta yang mengikuti Ta’lim Usbu’iyah ini adalah seluruh anggota Markazul Lughah al-‘Arabiyah.

Pengurus Marla Banat membentuk sosialisasi menjadi semacam rapat yang di dalamnya melibatkan seluruh pengurus Marla Banat, Ketua Pengurus dan ketua cabang bahasa Arab di masing-masing daerah di Annuqayah. Pada pertemuan ini hadir tujuh orang ketua cabang Bahasa Arab dan ketua pengurus yang meliputi ketua Raudlatul Lughah al-Arabiyah PPA Latee II, ketua Syu’bah al-Arabiyah PPA Lubangsa Putri, ketua an-Nasyath PPA al-Furqan, ketua an-Nabilah PPA Lubangsa Selatan, ketua pengurus Karang Jati, ketua pengurus Nirmala dan ketua pengurus Lubangsa Tengah.

Pada kesempatan itu, Hikmatun mengenalkan program-program yang dirancang oleh beberapa qism (divisi) yang terdapat di kepengurusan Marla Banat, yakni Qismu at-Ta’lim wa at-Tarbiyah (divisi Pembelajaran dan Pendidikan), Qismu at-Tahrik wa at-Tasyji’ (divisi Penggerak dan Motivasi), dan Qismu al-Ishdar (divisi Penerbitan). Hanya saja, ia menyosialisasikan program yang bersangkut paut dengan cabang bahasa Arab, seperti Kursus Intensif, Ta’lim Usbu’iyah, Halaqah Arabi, Diklat Arabi, Gebyar Arabi, Pentas Seni dan sebagainya.  

Hikmatun menyatakan bahwa selain untuk menyosialisasikan program kerja pengurus, rapat ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan cabang bahasa Arab. Dan yang tak kalah penting adalah melakukan sharing untuk memperbaiki program-program yang ada, karena partisipasi dari semua pihak, termasuk ketua pengurus dan ketua cabang bahasa Arab, sangat menentukan terhadap cerahnya masa depan Markaz.  

“Marla Banat saat ini membawahi cabang bahasa Arab di masing-masing daerah. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan cabang, tentu kami perlu mengadakan  rapat dengan mereka,” katanya setelah ditanya tentang maksud diadakannya rapat ini.

Ia melanjutkan bahwa sebagai bentuk kepedulian pengurus Marla Banat terhadap cabang-cabang bahasa Arab di Annuqayah, pengurus siap menjadi fasilitator bagi mereka yang membutuhkan, karena salah satu keluhan yang disampaikan oleh ketua cabang pada rapat kala itu adalah minimnya fasilitator di salah satu cabang yang kompeten di bidang bahasa Arab.

Di samping itu, pengurus membentuk program Halaqah Arabi yang ditangani Qismu at-Tahrik wa at-Tasyji’ guna meningkatkan kualitas bahasa Arab cabang. Dalam kesempatan ini, seluruh anggota cabang akan saling berkunjung untuk berbagi pengetahuan dan mengenalkan program masing-masing. Sederhananya, kegiatan ini bisa disebut studi banding antar cabang. Pengurus berharap dengan diadakannya Halaqah Arabi, anggota cabang semakin terstimulasi untuk meningkatkan kebahasa Arabannya.

Selasa, Januari 24, 2012

Mahasiswa Putri Tafsir-Hadits Instika Berlibur Sambil Belajar


Qiswatin Hasanah, PPA Latee II

Guluk-Guluk—Mahasiswa putri Tafsir-Hadits semester I Instika mengisi liburan setelah ujian semester dengan berbagai bentuk kegiatan belajar. Kegiatan ini dimulai sejak Sabtu (22/1) lalu dan direncanakan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa libur mahasiswa Instika, yaitu kira-kira di minggu ketiga Februari 2012.

Materi yang dipelajari ada tiga, yaitu baca kitab, Bahasa Inggris, serta jurnalistik. Untuk materi bahasa Inggris fokusnya hanyalah pada tata bahasa saja, karena waktu yang ada cukup terbatas.

Dari setiap materi, ada pembimbing yang menemani. Baca kitab dibimbing oleh Abdul Basith, S.Th.I dan Rafiq Syuja’, S.Th.I, M.Th.I, bahasa Inggris dibimbing oleh salah satu supervisor Aphrodite English Club (AEC), Lailatul Mukarramah, sedangkan untuk jurnalistik dibimbing oleh K. A. Maimun Syamsuddin, S.Ag, M.Ag. Kebetulan dia juga adalah Dekan Fakultas Ushuluddin Instika.

Kegiatan ini berawal dari saran Pak Maimun, sapaan akrab K.A. Maimun Syamsuddin, agar mahasiswa mengisi liburan panjang ini dengan sesuatu yang bermanfaat.

“Berlibur itu bukan berarti berhenti belajar, kita juga bisa belajar di tengah-tengah berlibur karena belajar sama halnya dengan berlibur juga,” tuturnya ketika menyampaikan petuahnya kepada mahasiswa semester I Tafsir-Hadits.

Mahasiswa Tafsir-Hadits semester I sangat antusias dalam mengikuti kegiatan, terbukti dengan keaktifan mereka ketika materi berlangsung. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena saat ini merupakan saat-saat libur  sehingga tidak ada beban tugas dan bisa fokus pada ketiga materi itu.

“Sekarang lebih tenang karena tidak ada tugas, jadi bisa lebih fokus,” ungkap mahasiswa semester I Tafsir-Hadits, Tsuwaibatul Islamiyah, ketika diwawancarai.

Dari kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat membaca kitab kuning dengan baik, paham dasar-dasar bahasa Inggris, dan bisa menghasilkan tulisan yang baik pula.

“Saya sendiri menginginkan teman-teman paham bahasa Inggris meski hanya dasarnya saja, juga bisa menulis,  dan yang paling utama adalah bisa baca kitab kuning karena kita akan selalu bergelut dengan kitabiyah sebagai mahasiswa Tafsir-Hadits,” lanjutnya seraya tertawa.


Festival Lan Fang Siap Meriahkan Temu Penyair BEM Putri Instika

Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

Guluk-GulukPanitia Temu Penyair se-Madura Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Putri Instika menyambut baik kerjasama dari Panitia Festival Lan Fang (FLF) untuk melaksanakan acara mengenang karya-karya mendiang sastrawan Lan Fang yang meninggal pada tanggal 25 Desember 2011 bertempat di Annuqayah.

Acara itu akan menjadi salah satu dari serangkaian acara Temu Penyair se-Madura pada tanggal 21-23 Februari 2012, bertempat di aula As-Syarqawi. Panitia temu penyair hanya menjadi tuan rumah, sedangkan untuk narasumber dan publikasinya ditanggung oleh panitia FLF.

Wina Bojonegoro, salah satu sahabat karib Lan Fang, mengungkapkan bahwa FLF sudah menyediakan format acara untuk mengenang Lan Fang, yaitu diskusi. Diskusi itu mengusung tema “Romantisme Karya-Karya Lan Fang”.

“Kami akan memasukkan ke agenda panitia FLF, karena malam Ahad (21/01) kami akan mengadakan rapat. Apabila dari panitia temu penyair memiliki format acara yang lain, tidak jadi masalah bila format acara dari kami tidak dilaksanakan,” ungkapnya sebagaimana dikutip dari dinding Facebook Fandrik Ahmad, tanggal 21 Januari 2012.

Rosyiftul Ma’rifah, ketua BEM Putri Instika, menuturkan bahwa panitia temu penyair siap melakukan kerjasama. Namun, mengenai format acara, mereka masih ingin mengkonsultasikannya dengan K.M Faizi, penyair sekaligus pengasuh PP Annuqayah daerah Sabajarin, selaku dewan konsultan acara tersebut.

“Nanti sore kami melakukan rapat. Setelah itu kami akan mengkonsultasikannya kepada Kiai Faizi,” ungkapnya ketika diwawancarai pada Sabtu siang kemarin (21/01).

FLF adalah kegiatan sukarela yang digagas oleh kawan-kawan Lan Fang. Tujuannya ialah mengenang karya-karya sastrawan asal Surabaya yang meninggal di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura, karena mengidap penyakit kanker payudara.

Panitia FLF mengagendakan untuk mengadakan acara mengenang Lan Fang di berbagai tempat yang pernah atau sering disinggahi oleh Lan Fang. Karena Lan Fang pernah tiga kali ke PP Annuqayah, maka mereka ingin mengadakan acara di PP Annuqayah.

“Panitia FLF mempersilakan siapa saja yang mau jadi tuan rumah agenda sastra yang mau mendiskusikan atau mengapresiasi karya-karya Lan Fang,” lanjut Wina Bojonegoro.

Melalui Fandrik Ahmad, santri PP Annuqayah yang turut menyemarakkan Parade Cerpen untuk Sanie B Kuncoro yang pernah digagas oleh Lan Fang pada awal Juli tahun lalu, Wina Bojonegoro menawarkan agar PP Annuqayah juga bisa meyelenggarakan FLF.

Sejatinya, Wina Bojonegoro menawarkan tanggal 12 Februari acara FLF dilangsungkan di PP Annuqayah. Namun karena seminggu setelah tanggal itu BEM Putri Instika mengadakan acara temu penyair se-Madura, agar lebih semarak, Fandrik Ahmad mengusulkan untuk menggabungkan acara FLF dengan temu penyair. Dan, usulan itu diterima.  

Antisipasi Penyakit dengan Pengobatan Massal


Husnul Khatimah Arief, PPA Latee II

Guluk-Guluk—Pengurus Departemen Kesehatan dan Kebugaran PPA Latee II mengadakan program pengobatan massal di serambi Mushalla ar-Rahmah Jumat kemarin (20/1). Program ini dilakukan setiap setengah bulan sekali. Pada kesempatan itu, santri mendapatkan jamu instan hasil olahan santri Latee II sendiri lengkap dengan air hangat.

Pada awal bulan, setiap blok di PPA Latee II memang ditugaskan untuk membuat jamu instan dari berbagai bahan, seperti laos, jahe, temulawak, kunyit, wortel dan sebagainya. Lalu pada minggu kedua, hasil olahan tersebut dibagikan pada santri yang berkenan meminumnya.

Pembuatan jamu instan yang diolah santri ini sangat sederhana. Santri mengolah satu bahan yang hanya dicampur dengan gula. Katakanlah temulawak dengan gula, jahe dengan gula, atau kunyit dengan gula. Sebelum pembuatan jamu instan, setiap blok akan menerima 2 kg bahan dari pengurus bidang kesehatan dan kebugaran untuk diolah.

Khasiat dari jamu instan yang diolah itu bermacam-macam, yaitu bisa menurunkan panas, penambah nafsu makan, menyembuhkan penyakit mata, penangkal diare dan mengurangi gatal-gatal.

Melalui pengobatan ini, pengurus menginginkan santri bisa menjaga kebugaran tubuhnya agar terhindar dari berbagai penyakit. Apalagi sekarang adalah musim hujan yang rentan menimbulkan penyakit. Tentu saja hal ini menjadi perhatian khusus seluruh pengurus, khususnya yang menangani bidang kesehatan. Mereka mengkhawatirkan kesehatan santri yang tidak terjaga akan meningkatkan kuantitas santri yang sakit.

Maka untuk mengantisipasi hal itu, pengurus berupaya mencegah potensi datangnya penyakit dengan menyediakan instan untuk kebutuhan santri.

“Saat ini santri memang rentan sakit. Terlebih penyakit diare. Ya mungkin karena saat ini musim hujan. Saya kira, wajar. Makanya, kami berusaha menjaga kesehatan santri dengan cara pengobatan massal ini,” tutur Daimah, Koordinator Kesehatan dan Kebugaran,  seraya memberi sebungkus jamu pada salah seorang santri.

Dalam kesempatan itu, sekitar 30 santri dari 600-an santri yang terdapat di PPA Latee II mendatangi serambi mushalla untuk meminta jamu instan. Sedikitnya santri yang datang disebabkan oleh minimnya jamu instan yang disediakan oleh pengurus Kesehatan dan Kebugaran, yaitu sekitar dua toples. 

Terbatasnya jamu instan yang tersedia, lanjut Daimah, juga tak lepas dari sedikitnya produk instan yang dihasilkan santri, sementara pengobatan massal dilakukan selama dua kali dalam sebulan.