Kamis, Januari 28, 2010

Afrizal Malna Berkunjung ke Annuqayah

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Setelah selesai shalat Isya’ pada Rabu malam (27/01) kemarin, para pegiat sastra di berbagai komplek PP Annuqayah berbondong-bondong pergi ke PP Annuqayah daerah al-Furqaan, Sabajarin, untuk berdiskusi dengan penyair nasional, Afrizal Malna. Meski acara itu sedikit terganggu dengan padamnya lampu, namun itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk bertemu dengan penyair yang berkepala plontos itu.

Baru pada pukul 21.00 WIB, acara bincang santai yang ditempatkan di aula Madaris 3 Annuqayah itu dimulai. Acara dibuka oleh tuan rumah sekaligus teman sejawat Afrizal dalam dunia sastra, yaitu K.M. Faizi, M. Hum. Dalam pengantarnya, ia membacakan sebuah puisi Afrizal Malna yang berjudul Dalam Gereja Munster. Ia juga memaparkan beberapa karya Afrizal, di antaranya: Abad Yang Berlari, Kalung Dari Teman, dan lain sebagainya.

“Dia adalah salah satu ikon sastra di Indonesia. Dan pada malam ini kita bisa berbincang santai dengannya,” ungkap K.M. Faizi.

Setelah itu, Afrizal membagikan seabrek pengalamannya tentang dunia kepenyairan. Tentang bagaimana memilih diksi, metafora, intuisi dan masih banyak yang lainnya. Dalam menangkap sebuah bahasa, ia menggambarkan pada sebuah novel yang berkisah tentang gadis buta yang membaca alam dan menghapalkan bunyi-bunyian lalu di tuang dalam bentuk bahasa.

“Kita tidak punya persoalan tentang itu (membaca alam) karena kita bisa melihat. Si gadis itu mengenal bahasa dengan telinganya. Sedangkan kita mengenal bahasa dengan mata, dengan apa yang kita lihat. Jadi, kita menangkap bahasa bukan hanya dengan mata kita, tapi bagaimana seluruh indera kita difungsikan dalam mengangkap dan mengenal bahasa,” ungkap penyair yang lahir di Jakarta itu.

Ia juga memaparkan tentang bagaimana cara membuat puisi supaya penulis bisa produktif. Menurutnya, segala benda bisa dipuisikan, tergantung bagaimana cara kita memandang benda itu dari sisi lain yang orang tidak pernah atau jarang memandangnya.

“Dalam menciptakan puisi, kita butuh keheranan. Apa pentingnya keheranan? Keheranan perlu untuk membuat puisi dengan meninggalkan fungsinya. Contohnya, ini adalah asbak, siapa yang tidak tahu kalau fungsinya sebagai tempat puntung rokok. Tapi, kalau saya taruh di kepala saya, pasti ada kesan beda kan,” ucapnya. Lalu ia menaruh asbak itu di atas kepala plontosnya.

Acara usai pada sekitar pukul 23.30 WIB. Beberapa santri yang hadir masih sempat foto bareng dengannya. Dengan senang hati Afrizal Malna melayani mereka meski hari sudah larut malam. Sebelum datang ke Annuqayah, siang harinya Afrizal Malna mengisi acara di Sanggar Lentera STKIP Sumenep. Beberapa seniman dari Sumenep juga turut hadir di malam itu.

Selesai acara, Afrizal Malna bermalam di Annuqayah dan esok harinya langsung kembali ke Yogyakarta.

Minggu, Januari 24, 2010

MI 3 Annuqayah Membatik


Muhammad-Affan, PPA Al-Furqaan

Tepatnya mulai hari Kamis tanggal 31 Desember 2009 lalu, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah menambah satu lagi kegiatan ekstra-kurikuler: membatik. Ide membatik muncul dalam obrolan santai ketika anak-anak hadir pada kegiatan Sanggar Pelangi yang dilaksanakan setiap hari Kamis sore. Kemudian ide itu oleh salah satu fasilitator disampaikan kepada Kepala MI 3 Annuqayah, H.M. Mahfud Manaf, A.Md.

Seperti biasa, dengan penuh semangat beliau merespons. “Itu usulan bagus. Silakan dianggar semua kebutuhannya, nanti dananya bisa diambil ke bendahara,” katanya.

Selain itu, beliau juga sering menegaskan tentang pentingnya modal keterampilan teknis bagi anak-anak. “Saya sangat mendukung kegiatan semacam ini. Selain bimsus, MI 3 memang perlu mengembangkan kegiatan yang lebih mengarah ke keterampilan dan kecakapan teknis,” lanjutnya.

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan membatik di antaranya: kain putih, kompor, wajan, canteng (alat tulis kain).

Pada pertemuan pertama, anak-anak dibagi menjadi 4 kelompok. Mereka diberi sepotong kain dan alat tulis/pensil. Selanjutnya, mereka mulai menggambar atau melukis bunga-bunga di atas kain tersebut. Kain yang sudah digambar kemudian diberi malan. Malan adalah salah satu bahan berbentuk padat dan meleleh jika dipanaskan. Cairan malan dioleskan pada kain putih yang sebelumnya sudah digambar oleh anak-anak.

“Di sini anak-anak hanya menggambar dan membubuhi malan di atasnya. Untuk proses pewarnaan kain ini nanti kita bawa ke pengrajin batik. Selain karena kita belum punya bahannya, prosesnya sangat berat jika dilakukan oleh anak-anak. Yang paling penting, mereka tahu cara dan prosesnya,” kata tutor, menjelaskan.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Selasa sore diikuti oleh sebagian besar siswi-siswi MI 3 Annuqayah.

Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.

Senin, Januari 11, 2010

Nirmala Buka Kegiatan Pekan Kepramukaan dan Monitoring

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Jum’at (08/01) kemarin, Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala membuka kegiatan Pekan Kepramukaan dan Monitoring Masa Bakti 2009-2010, bertempat di lapangan MTs 1 Annuqayah. Para peserta upacara menggunakan seragam pramuka lengkap. Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan dari tiga pekan, yaitu Pekan Orientasi di awal tahun, dan Pekan Kepramukaan dan Monitoring di pertengahan tahun, dan di akhir tahun ada Pekan Evaluasi.

Ketiga acara pekan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Dalam pembukaan kemarin, turut hadir pengasuh harian PPA Nirmala, K.H. A. Hamidi Hasan dan semua pengurus, meskipun tidak semuanya dan tidak berseragam pramuka lengkap.

“Kegiatan pekan ini dilaksanakan dalam rangka membantu proses pendidikan adik-adik santri sekalian dan juga agar para santri lebih menguasai pelajaran di sekolah formal karena sebentar lagi akan dilaksanakan ujian untuk semester ganjil,” tutur K. Hamidi dalam sambutannya.

“Manfaatkanlah kegiatan pekan ini dengan baik. Jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan kepada kakak pengurus atau temannya bila ada mata pelajaran yang belum dikuasai,” tambahnya.

Sebelum mengakhiri sambutan, Beliau membuka kegiatan pekan ini dengan pembacaan “Basmalah” dengan harapan agar acara ini punya banyak manfaat dan berjalan lancar.

Di akhir acara, pengasuh menyematkan kartu peserta kepada A. Qusyairi, perwakilan dari regu Bilis Power.

Walaupun kegiatan ini bernama pekan, pelaksanaanya tidaklah seminggu karena kegiatan ini bertujuan agar para santri lebih memfokuskan diri dalam menguasai mata pelajaran sekolah formal. Minimal pelaksanaan kegiatan pekan ini selama ujian di sekolah formal berlangsung. Di akhir kegiatan nanti akan ada kegiatan cross country, semacam penjelajahan.

Setelah selesai upacara, para santri diperintahkan untuk bersiap-siap untuk menunaikan shalat maghrib.

Minggu, Januari 10, 2010

Kosambhi, Komunitas Sastra Baru di Annuqayah

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Di PP Annuqayah, semakin banyak bermunculan komunitas sastra yang fokus pada kegiatan tulis-menulis. Jika PP Annuqayah Latee mempunyai Komunitas Rumah Sastra Bersama (RSB) yang berorientasi pada penulisan puisi dan PP Annuqayah Lubangsa Selatan memiliki Komunitas Cinta Nulis (KCN) yang orientasinya pada cerpen, maka PP Annuqayah Lubangsa sekarang mempunyai Komunitas Sastra Serambi (Kosambhi) yang orientasinya pada kepenulisan puisi dan cerpen.

Komunitas yang digagas oleh Faruqi Munif tersebut masih “seumuran jagung”. Usia komunitas yang ditempatkan di serambi Masjid Jamik Annuqayah itu masih tidak lebih dari sebulan, yakni berdiri pada tanggal 28 Desember 2009.

“Saya membuat komunitas ini karena selama ini yang saya ketahui di Lubangsa tidak pernah mempunyai komunitas sastra yang fokus pada kepenulisan. Semuanya fokus pada teater. Dan alhamdulillah, sudah berjalan selama tiga minggu,” ungkapnya.

Komunitas itu berdiri sendiri tanpa ada yang memayungi atau terikat dengan sebuah komunitas lain. Artinya berdirinya komunitas itu berangkat dari kesadaran diri masing-masing penulis sebagai bentuk cinta mereka pada sastra.

“Kegiatan rutin itu ditempatkan pada malam Jum’at pukul 21.00 WIB. Formatnya berbentuk presentasi dari tulisan anggota. Ya! Semacam pertanggungjawaban dari si penulis terhadap karyanya. Setiap minggunya ada dua orang yang presentasi. Satu cerpen dan satu lagi puisi,” ungkap santri yang karyanya yang pernah dimuat di majalah sastra Horison itu.

Dia juga mengurai makna filosofi dari nama komunitas itu. Menurutnya kosambhi itu adalah nama buah buah yang rasanya kecut dan getah pohonnya sangat pahit sekali. Dengan makna filosofi itu, ia ingin menyampaikan bahwa menjadi seorang penulis itu tidak mudah, butuh kesabaran. Harus berproses dengan sungguh-sungguh.

“Yah, kita harus menelan pahit dan kecutnya kosambhi itu sebelum menjadi penulis besar. Saya mendapat nama itu setelah melakukan istikharah dan berkonsultasi dengan sahabat senior saya dalam dunia sastra, yaitu Gugu’ Mancanegara. Dan ia mengusulkan memberi nama Kosambhi, sesuai dengan tempat kita berkumpul yaitu di serambi Masjid Jamik Annuqayah,” ungkap santri asal Gapura, Sumenep itu.

Jumat, Januari 08, 2010

Sanggar “Sabda” Lantik Anggota Baru

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Kamis (07/01) kemarin, Sanggar Sabda Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala yang berada di bawah naungan pengurus Seksi Takmir Mushalla dan Kesenian mengadakan acara pentas seni dan melantik sejumlah anggota baru yang direkrut beberapa bulan lalu melalui seleksi ketat dan uji mental.

Acara ini bertempat di komplek Bahasa Arab Khusus yang berlokasi di sebelah barat mushalla putrid Nirmala, dengan menggunakan panggung sederhana. Beberapa kelompok sanggar di Annuqayah juga ikut memeriahkan acara ini seperti Sanggar Saksi, Gendewa, Padi, Basmalah, CTL Pamor, Kotemang, serta Sanggar Andalas yang menjadi bintang tamu pelantikan kemarin malam.

Kegiatan ini diisi dengan beberapa acara yakni Pembukaan, Baca Puisi, Sambutan, Pelantikan, dan Penutup, kemudian dilanjutkan dengan penampilan-penampilan.

Misbahul Khair (18), ketua baru Sanggar Sabda, dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini ialah dalam rangka silaturrahmi antar sanggar se-Pondok Pesantren Annuqayah dan juga untuk memperjelas dan mengokohkan para anggota Sanggar Sabda yang baru.

“Saya harap mereka bisa membawa citra sanggar kepada arah yang lebih baik,” tutur Khair, panggilan akrab Misbahul Khair.

“Dalam hitungan sejarah Nirmala, acara ini merupakan yang pertama. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah mengadakan acara seperti ini. Sekarang teman-teman sanggar sudah mulai formal,” tutur Ali Makki, ketua pengurus PP Annuqayah Nirmala.

“Paling tidak dengan kegiatan ini para anggota bisa mendapatkan semangat baru,” tambahnya. “Kami berharap, dengan adanya acara ini ada nilai-nilai yang bisa kita tanamkan dan tumbuh kembangkan dalam bidang seni dan sastra di Pondok Pesantren Annuqayah,” kata Ali.

Pada acara sesi penampilan, Sanggar Andalas menampilkan teater yang berisi pesan-pesan keagamaan, sosial dan budaya. Sanggar Kotemang menampilkan puisi bertajuk “Angka-angka Matematika”, dan Sanggar Sabda sendiri menyuguhkan penampilan Pantomim dan Puisi.

Acara berjalan dengan lancar dan disambut meriah oleh para penonton yang memadati lapangan. Mereka bersorak ceria ketika sedang menyaksikan penampilan yang begitu menggelitik hati dan diam membisu ketika mendengar shalawat yang dilantunkan oleh salah satu anggota Sanggar Andalas. “Kami sangat bangga dengan penampilan teman-teman sanggar di Annuqayah ini, mereka bisa membuat saya menangis terharu dan tertawa,” kata Mizan, santri asal Prancak yang masih duduk di bangku MTs ini.

Kamis, Januari 07, 2010

Pengurus OSIS SMA 3 Annuqayah Gelar Acara Nonton Bareng Film “King”


Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

Guluk-Guluk—Untuk kedua kalinya OSIS SMA 3 Annuqayah menggelar acara nonton bareng, Sabtu (31/12) kemarin. Jika pada (26/03) lalu film yang disajikan adalah film Laskar Pelangi, maka pada kesempatan kali ini OSIS menyajikan film istimewa berjudul King.

Film yang bercerita tentang keinginan keras seorang ayah untuk menjadikan anaknya yang bernama Guntur menjadi seorang pemain bulu tangkis hebat itu diputar di halaman SMA 3 Annuqayah dan dihadiri oleh 300 siswa, 2 guru putra, 5 guru putri Madaris 3 Annuqayah, beberapa Kepala Sekolah di lingkungan Annuqayah, 16 undangan OSIS, dan 5 orang masyarakat sekitar. Bahkan 20 alumni MTs 3 dan SMA 3 Annuqayah juga turut hadir untuk menonton film yang disutradarai oleh Ari Sihasale tersebut.

Sebenarnya acara tersebut akan dilaksanakan pasca ujian akhir smester gasal. Namun karena semangat pengurus OSIS SMA 3 Annuqayah yang begitu menggebu akhirnya acara tersebut digelar dengan persiapan waktu selama 3 hari. Mus’idah, pembina OSIS SMA 3 Annuqayah dalam sambutannya mengatakan bahwa anak-anak OSISnya pada periode kali ini memang mempunyai semangat yang keras. “Bukan SMA 3 Annuqayah kalau tidak mengadakan acara dengan persiapan yang terburu-buru,” tuturnya sambil tersenyum dan menunjukkan 2 jempol tangannya pada panitia yang mengambil posisi di samping panggung. “Selain itu kami ingin selalu menjadi yang pertama,” tambahnya.

Sebelum pemutaran film yang dimulai tepat pukul 21.00 WIB itu, tampak siswa yang tergabung dalam anggota Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah mengobrak-abrik panggung lewat aksi teaternya yang bertema Indonesiaku. Vita, sapaan akrab dari Nur Amaliah Safitri, salah satu guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA 3 Annuqayah yang menjadi pelatih dalam komunitas sanggar tersebut tampak geleng-geleng kepala. “Saya cukup salut dengan akting mereka, sebab hanya sehari mereka berlatih namun tak tampak kekakuan,” katanya.

Tak jauh berbeda dengan Ernawati yang juga pembina sanggar tersebut. Awalnya ia mengaku getir sebab ia takut anak-anaknya tidak tampil maksimal. “Mana mungkin latihan hanya selama 1 hari? Tapi syukurlah ternyata mereka tampil dengan baik,” ungkapnya.

Acara yang dilaksanakan oleh OSIS SMA 3 ini benar-benar meriah. Hal ini tak hanya terbukti dengan penampilan teater anak Sanggar Tikar, namun juga oleh puisi duet berjudul Ayah karya M. Faizi yang dibacakan oleh Siti Nujaimatur Ruqayyah (17), dan Ummul Karimah (17). Ini diakui oleh Ulfatul Lu’luah, siswa kelas XII IPA SMA 3 Annuqayah yang mengatakan terhanyut lewat air mata yang mengalir saat lirik untuk ayah itu dibacakan. “Tanpa terasa air mata saya menetes satu-satu. Saya jadi teringat semangat bapak untuk mencetak saya menjadi sukses yang tak ditampakkan pada saya. Bapak… Saya rindu,” katanya.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Senin, Januari 04, 2010

Buletin “Kejora” Terbit di Awal Tahun 2010

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Setelah kurang lebih 1,5 tahun tidak muncul lagi ke pelataran bumi Annuqayah, pada hari Jum’at (01/01) kemarin, hari pertama tahun 2010, Buletin Kejora yang berada di bawah naungan Penerbitan Perpustakaan Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala kembali terbit dengan wajah-wajah baru.

Para kru bekerja keras untuk bisa menerbitkan Buletin Kejora ini. Sebanyak 300 eksemplar telah disebarkan ke beberapa pondok pesantren di Annuqayah, seperti Latee, Lubangsa Raya dan Karang Jati.

Rupanya mereka sangat semangat sekali untuk menerbitkan buletin yang dirintis oleh beberapa santri kreatif Nirmala yaitu, Bernando Junaidi Sujibto, Faishal Mont, Hodri Ja’far, dan Subaidi beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 2003.

M. Muafiqul Khalid, Pimred Kejora, merasa sangat malu setiap kali ditanya kapan Kejora akan terbit. Ini kemudian yang menjadikan dia bersemangat untuk menerbitkan Kejora kembali.

Khalid berharap dengan terbitnya kejora ini setidaknya bisa menghargai perjuangan para perintis dan dia sendiri ingin menyatakan bahwa sebenarnya kejora di Nirmala sebenarnya masih ada.

“Kami dan teman-teman pustakawan tidak ingin Kejora mati,” tuturnya.

Beje, panggilan akrab Bernando J Sujibto, merasa sangat bangga dengan terbitnya Kejora, meskipun dia sendiri sekarang tidak ada di Nirmala. Sekarang Beje ada di Jogja untuk melanjutkan studinya. Dia juga berharap Buletin Kejora terus eksis di tahun-tahun yang akan datang, tidak cuma terbit di awal tahun saja.

“Mantap, saya sangat senang sekali mendengar kabar ini. Sampaikan salam saya kepada semua kru Kejora,” ujarnya ketika dihubungi lewat telepon selular.

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ahmad Fadali, pengurus seksi perpustakaan dan penerbitan. Dia juga sangat senang dan bangga karena Kejora yang telah lama pudar telah terbit kembali.

“Semoga Buletin Kejora senantiasa sesuai dengan namanya, selalu memancarkan cahaya di kegelapan,“ kata Fadali. “Saya ucapkan selamat dan sukses, semoga terus eksis,” tambahnya.

Sekarang para kru terus bekerja mengumpulkan naskah persiapan untuk bulan yang akan datang.