Minggu, Agustus 31, 2008

Kunjungan Menteri Riset dan Teknologi ke Pesantren di Sumenep dan Rembang

Madura, 27 Agustus 2008- Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Kusmayanto Kadiman meresmikan pemasangan jaringan internet tanpa kabel (internet wirless) di Pesantren Annuqayah di Sumenep , Madura, Jawa Timur. Fasilitas ini adalah hasil kerjasama kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Pesantren Annuqayah yang merupakan salah satu Pesantren yang termasuk didalam program Sampoerna Foundation MQIP (Madrasah Quality Improvement Program).

Sebelumnya Bapak Prof. Kusmayanto Kadiman juga telah melakukan kunjungan ke Pesantaren Raudlatuth Tholibin di Rembang, Jawa Tengah (11/07). Kunjungan ini dilakukan untuk meninjau perkembangan dari penggunaan Warung Informasi Teknologi (Warintek) di Pesantren dimana sebanyak empat unit komputer telah diserahkan dan pelatihannya (Open Source System Ubuntu Moslem Edition) telah dilaksanakan dari tanggal 4-6 Mei 2008. Selain itu, Menristek juga melihat bantuan fasilitas penjernihan air dari BPPT dan pelatihan teknologi pengolahan ikan bandeng dari LIPI.

Hasil dari penjernihan air diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air minum santri dan masyarakat sekitar pesantren dan diharapkan bisa menjadi komoditas yang dapat dijual dengan harga terjangkau dan hasilnya dapat digunakan untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di pesantren.

Ini adalah salah satu bagian dari rencana panjang pemerintah Indonesia untuk meningkat dunia teknologi dan informasi di Indonesia. Selain menjaring ahli-ahli di bidang teknologi dan informasi serta memprakasai berbagai proyek, seperti e-government, Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan juga mengadakan pelatihan-pelatihan penggunaan perangkat Informasi Teknologi.

Sampoerna Foundation sangat mendukung program pemerintah Indonesia untuk menerapkan penggunaan teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT=Information and Communication Technologies) dalam dunia pendidikan. Beberapa pelatihan dalam bidang ICT telah dilakukan di pondok-pondok pesantren yang tergabung dalam MQIP antara lain pelatihan Microsoft Access di Pondok Pesantren Annuqayah tanggal 31 Oktober – 5 November 2007, pelatihan pengembangan situs dan perpustakaan digital di Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin pada tanggal 12-13 April 2008, Open Source System and Web Server pada tanggal 10 sampai 12 Agustus 2008 di Pesantren Annuqayah, Sumenep.

”Ini adalah bagian dari kerjasama Sampoerna Foundation dengan Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin melalui Program Madrasah Quality Improvement Program (MQIP). Program ini adalah bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren-pesantren di Indonesia .” ujar Eddy F. Henri , Director of Programs and Alumni Affairs Sampoerna Foundation.

Menurut data Departemen Pendidikan Nasional, 30% siswa Indonesia mengenyam pendidikannya di madrasah dan sebagian besar pelajar tersebut berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah yang tentunya tidak memiliki biaya untuk pendidikan. Banyaknya jumlah siswa yang tidak mampu mendapatkan pendidikan berkualitas inilah yang akhirnya mengakibatkan mudahnya pengaruh grup-grup ekstrim yang kerap menawarkan solusi jangka pendek terhadap permasalah kemiskinan yang dihadapi para pelajar madrasah.

Sejak Februari, 2006 Sampoerna Foundation melalui program MQIP (Madrasah Quality Improvement Program) telah bekerjasama dengan, Pondok Pesantren Annuqayah Madura dan Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, Rembang. Di Pondok Pesantren Annugqayahm Sampoerna Foundation berpartner dengan dua Madrasah Aliyah yaitu Madrasah Aliyah 1 Annnuqayah Putri dan MADRASAH Aliyah 1 Annuqayah Putra. Sementara di Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, Rembang yang menaungi Madrasah Diniyah Ruadlatuth Tholibin Banin, Sampoerna Foundation berpartner juga dengan Madrasah Mu’allimin Mu’allimat dan Madrasah Aliyah Negeri Rembang. Jadi di kedua lokasi tersebut ada lima madrasah yang dibina oleh Sampoerna Foundation melalui program MQIP.

Melalui kerjasama ini, Sampoerna Foundation mengharapkan dapat melaksanakan komitmennya terhadap peningkatan kualitas guru, manajemen sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, sehingga nantinya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas serta memperbaiki citra Islam sebagai pemimpin kebudayaan, plurasime dan perdamaian.


Sumber: http://www.sampoernafoundation.org/content/view/1287/342/lang,id/

Jumat, Agustus 29, 2008

Pesantren Lokomotif Kemajuan

Menristek: Madura Lumbung Santri dan Intelektual

Radar Madura, 28 Agustus 2008

GULUK-GULUK-Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Dr Kusmayanto Kadiman mengimbau pesantren bisa menjadi sumbu bagi perkembangan teknologi di Madura. Sebab, dilihat dari sejarahnya, sejak berdiri pesantren dikenal sebagai lembaga keagamaan yang juga punya semangat memerjuangkan persoalan kemanusiaan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Identitas tersebut harus selalu dikembangkan. Sehingga, upaya menjadi pulau (Madura) yang maju, baik dalam persoalan ilmu pengetahuan, pertumbuhan ekonomi, dan sosial kemasyarakatan, segera terwujud," kata Kusmayanto di hadapan sekitar seribu undangan dalam Sarasehan Teknologi untuk Kemanusiaan di Aula Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, kemarin.
Menurut Menristek, selama ini Madura dikenal sebagai lumbung para santri dan intelektual. Jika dibanding dengan daerah yang lain di Jawa Timur, Madura sebagai pulau yang mempunyai pesantren terbanyak.
Nah, dengan jumlah pesantren yang banyak tersebut, Madura menjadi pulau yang terus menarik simpati banyak kalangan. Apalagi, keberadaan pesantren dari hari ke hari terus mewarnai perkembangan Madura.
Dikatakan, semangat perjuangan pesantren dalam memajukan Madura bisa dilihat dari kiprah kalangan pesantren sendiri. Sehingga, tak berlebihan jika komponen masyarakat luar Madura menilai pesantren menjadi lokomotif bagi kemajuan komunitas Madura.
Kondisi inilah yang memicu kementerian ristek untuk merangkul pesantren dalam mengampanyekan pentingnya memaknai teknologi. Alasannya, majunya teknologi di Madura juga akan menjadi bukti bahwa sumber daya manusia (SDM) Madura patut perhitungkan.
Menristek menjelaskan, pilihan menggandeng pesantren sebagai mitra dalam mengembangkan teknologi di Madura, karena di pesantren ada ilmu dan ulama. Dengan terjunnya ulama, diharapkan bisa menjadikan perkembangan teknologi bermanfaat bagi kemaslahatan umat. "Ulama dan ilmu akan menjadi kekuatan serta pijakan dalam memajukan Pulau Madura ini," tandasnya.
Kusmayanto menepis asumsi yang menganggap pesantren tak peduli kemajuan. Bahkan, dengan tegas dia menganggap pesantren adalah tempat lahirnya para intelektual. Khususnya, intelektual di Madura.
"Tidak benar kalau pesantren itu kuno. Justru dari pesantrenlah bermunculan banyak intelektual-intelektual terkemuka," tegasnya.
Dengan realitas itu, dia mengharapkan komponen pesantren bisa terus berbenah. Menristek mengingatkan, teknologi bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Kini Madura mulai menapaki masa kemajuannya sendiri. Sehingga, lapisan pesantren dan semua masyarakat bisa bersama mengembangkan kemajuan teknologi bagi Madura.
Sarasehan diakhiri dengan pembacaan doa oleh Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah KH Ahmad Basyir AS. Hadir Wakil Bupati Sumenep Moh. Dahlan, sejumlah pejabat pemkab, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan pelajar di lingkungan Pesantren Annuqayah sendiri. (tur/mat)

URL: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=22957

Pesantren Bisa Kembangkan Teknologi

PT Sido Muncul Berikan Bantuan ke Pesantren Annuqayah

Kamis, 28 Agustus 2008 16:18 WIB

SUMENEP, KOMPAS - Pondok pesantren merupakan salah satu pusat tumbuhnya tokoh-tokoh intelektual Islam. Karena itu, pesantren menjadi tempat potensial bagi pengembangan teknologi. Hal itu diungkapkan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, Rabu (27/8), dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Annuqayah, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep.
"Selama ini berkembang mitos bahwa pesantren merupakan sebuah komunitas yang tertinggal dari dunia modern. Saya ingin melawan mitos tersebut," kata Kusmayanto.
Ia mengatakan, mitos tersebut muncul karena sebagian orang justru membuat jembatan antara dua hal, yaitu ulama dan ilmuwan. Padahal, keduanya harus saling mendekatkan diri agar kesejahteraan masyarakat terwujud.
Banyak pesantren telah masuk jejaring teknologi komputer di Indonesia melalui pemanfaatan internet untuk penyebaran teknologi tepat guna. "Lewat internet, mereka tidak hanya saling berbagi berita, tetapi juga berbagi pengalaman mengenai penerapan teknologi," ujarnya.
Hingga tahun 2008 ini, sekitar 99 pesantren di seluruh Indonesia telah memanfaatkan pembelajaran melalui teknologi internet. Menurut dia, penekanan teknologi di pesantren harus menjadi virus positif yang mampu berkembang hingga daerah paling pelosok. Nilai tambah
Bagi Kusmayanto, saat teknologi mampu dikenal secara umum, masyarakat akan mendapatkan nilai tambah ekonomi yang akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Peningkatan nilai tambah melalui teknologi akan dirasakan mulai produsen, pedagang, hingga konsumen.
"Teknologi adalah paduan sempurna dari ilmu, rekayasa, seni, dan ekonomi. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat, semua komponen masyarakat akan merasakan manfaatnya," tuturnya.
Pada waktu bersamaan, PT Sido Muncul memberikan bantuan sebesar Rp 100 juta pada Pondok Pesantren Annuqayah, khususnya untuk pengembangan teknologi tepat guna. Selain itu, sumbangan Rp 50 juta juga diberikan pada enam panti asuhan di tempat yang sama, di antaranya Yayasan Al-Muttaqin, Yayasan Al-Khafil, Yayasan Aqobah Batu Ampar, dan Al-Falah Karang Sokon.
Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, pengembangan teknologi di lingkungan pesantren merupakan salah satu jalan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Berawal dari para santri, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah terpencil akan terangkat. (ABK)

URL: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/28/16183228/pesantren.bisa.kembangkan.teknologi.

Jumat, Agustus 22, 2008

Belajar Menangani Sampah


Guluk-Guluk – Bagaimana perasaan anda saat melihat lingkungan tempat tinggal anda kotor oleh sampah yang berserakan? Sudah barang tentu tidak suka! Persoalan Sampah memang semakin ruwet karena berkenaan dengan banyak orang dan macam perilakunya. Masih banyak orang yang tidak menyadari atau bahkan tidak berusaha peduli terhadap masalah lingkungan ini. Sehingga, disamping masalah penanganan sampah tantangan yang juga harus dihadapi adalah penyadaran terhadap banyak orang tentang bahaya-bahaya dari apatisme terhadap sampah.
Pondok Pesantren, sebagai lembaga yang notabene banyak menyimpan nilai-nilai luhur cinta lingkungan, harus berjuang untuk menyadarkan para santrinya agar kecintaan mereka terhadap lingkungan semakin tinggi. Di samping penyadaran, diperlukan juga pendidikan keterampilan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Pondok Pesantren Annuqayah bekerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI bekerjasama mengadakan Pelatihan Pengolahan Sampah Terpadu yang bertujuan untuk memberikan penyadaran tentang penanganan sampah dan melatih berbagai keterampilan untuk menangani sampah tersebut.
Pelatihan Pengolahan Sampah Terpadu ini diselenggarakan di Auditorium Madaris III Annuqayah pada tanggal 19-20 Agustus 2008. Diikuti oleh 120 peserta yang berasal dari lembaga-lembaga pendidikan dan pesantren di kabupaten Sumenep. Tim Fasilitator adalah dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI dan BPPT, yakni Drs. Suprapto, M.Sc, Ir. Muhammad Yusman, dan Acep Waluyo.
“Kami merekrut peserta dari berbagai pesantren di seluruh kab. Sumenep agar dampak dari pelatihan ini tidak hanya bisa dirasakan oleh Annuqayah saja,” demikian dipaparkan oleh Koordinator Panitia M. Zamiel El-Muttaqien. Menurut Zamiel, pelatihan ini bisa menjadi starting point untuk gerakan penanganan sampah di kab. Sumenep.
Hari pertama peserta diperkenalkan dengan berbagai wawasan tentang persoalan sampah yang terjadi dimana-mana dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Menurut Suprapto dalam pemaparannya, Konsep pengelolaan sampah secara terpadu yang meliputi proses pengurangan volume timbulan sampah & penanganan sampah sedekat mungkin dari sumbernya dengan pendekatan melalui : Aspek teknologi, hukum & peraturan, organisasi & manajemen, ekonomi, lingkungan, peran aktif masyarakat.
Ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk menangani masalah sampah, yakni: Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan Kembali) dan Recycle (Mendaur Ulang).
Pada hari yang kedua, peserta diajak untuk berpraktek memilah sampah antara yang organik dan anorganik. Setelah sampah-sampah dipisahkan, maka diberikan pelatihan pembuatan kompos. Setelah itu, berlatih memanfaatkan kertas bekas menjadi kertas baru dan membuat kertas seni dari pelepah pohon pisang.
“Alhamdulillah, peserta sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Dengan ini kami bisa berharap banyak, ketika mereka telah kembali ke lembaga masing-masing mereka bisa menularkan ilmu yang didapat di sini dan melakukan kerja-kerja penanganan terhadap sampah”, demikian dituturkan oleh Zamiel.