Husnol
Khotimah Arief, PPA Latee II
Guluk-Guluk—Jumat
sampai Sabtu (30-31/12) kemarin, Forum Lingkar Pena (FLP) PP. Annuqayah Latee
II menggelar pelatihan Manajemen pers dan Keredaksian di Madrasah Aliyah Program
Keagamaan. Kegiatan ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan yang ada
dalam program kerja pengurus FLP. Panitia mendatangkan M. Mushthafa, salah
seorang pengasuh PP. Annuqayah daerah Sabajarin yang kompeten di bidang jurnalistik
dan Syafiqurrahman, alumnus Instika yang bergiat di bidang jurnalistik, sebagai
fasilitator.
Pada
awalnya, pelatihan ini hanya akan diisi oleh satu fasilitator, M. Mushthafa,
baik di bidang jurnalistik maupun manajemen keredaksian. Namun ternyata beliau
tidak bersedia hadir pada hari kedua karena dihadapkan dengan kesibukan yang
tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya panitia berinisiatif untuk mencari pengganti
beliau.
“Sayang
sekali Ra Mushthafa tidak bisa mengisi pelatihan ini pada hari kedua. Padahal,
kami sangat mengharap beliau bisa menemani kami sampai acara selesai,” kata Nur
Jamilah Baisuni selaku ketua panitia. Namun panitia berhasil menghubungi Syafiqurrahman
untuk menjadi penyaji kedua dan ia siap dan bersedia.
Hari
pertama, Jumat, diisi oleh Ra Mushthafa, panggilan akrab M. Mushthafa. Materinya
tentang dunia jurnalistik. Tepat pukul 13.30 WIB. acara dimulai.
Pelatihan
ini diikuti oleh 37 orang, 24 orang merupakan anggota FLP dan selebihnya
delegasi tiap blok di Latee II. Menurut Mila, panggilan akrab Nur Jamilah
Baisuni, pada awalnya pelatihan ini dikhususkan untuk anggota FLP, karena ini
sangat terkait dengan efektivitas belajar. Namun, karena FLP ingin membangun
budaya menulis di Latee II, maka dengan berbagai pertimbangan, akhirnya panitia
memutuskan untuk meminta delegasi tiap blok.
Tujuan
diadakannya pelatihan ini adalah untuk memberi bekal pada santri latee II,
khususnya anggota FLP, dalam meniti karier kepenulisannya. “Melihat kemampuan
anggota FLP yang bisa dibilang minim dalam teori kepenulisan, maka saya dan pengurus
lain berinisiatif untuk mengadakan pelatihan ini. Yah, sebagai bekal lah
ketika mereka akan menulis,” ungkap Siti Marhamah, ketua FLP Latee II. Menurutnya,
ini adalah pelatihan pertama yang diadakan oleh pengurus FLP periode 2011-2012.
Semangat
peserta tampak menyala untuk menulis ketika Ra Mushthafa menyampaikan bahasa
provokatif sebelum menyampaikan materi inti. Ia berusaha membangunkan kembali
semangat menulis santri putri yang nyaris hilang, utamanya menulis berita.
Penyampaian yang luas, sistematis, sederhana namun kritis cukup menjadikan
peserta puas.
Hal
ini diakui oleh Helmawati, salah seorang peserta sekaligus anggota FLP. “Saya
gak rugi mengikuti pelatihan ini, mbak. Cukup puas. Penyajiannya sangat detail.
Terlebih, penyaji memberi contoh-contoh konkret pada materi yang disampaikan.
Jadi, gak sekedar teori,” katanya setelah selesai mengikuti penyajian.
Peserta
yang lainnya memberikan komentar senada. “Alhamdulillah, semangat saya kembali
pulih untuk menulis. Provokasi-provasi Ra Mushthafa membuat saya kepengen nulis terus,” aku Raudhatul
Jannah, panitia bagian Bendahara.
Suasana
terlihat hidup ketika penyaji selesai menyampaikan materi dan moderator
langsung memberi kesempatan bertanya pada peserta. Sekitar lima orang lebih
ingin menyampaikan masalahnya pada fasilitator agar mendapatkan jawaban. Namun
sayang, moderator hanya memberi kesempatan pada lima orang untuk bertanya,
karena waktu yang sudah beranjak sore. Pertanyaan mereka beragam, mulai dari
yang sederhana sampai yang kompleks. Ada yang menanyakan tentang cara menjadi
penulis produktif, mengapa ada berita
yang tidak “sehat”, apa bentuk konkret dari citizen
journalism, dan yang paling sederhana apa yang mesti didahulukan di antara
unsur-unsur 5W & 1H dalam berita.
Hari
kedua, Sabtu, Syafiqurrahman datang pada 13.45 WIB. untuk mengisi pelatihan
dengan tema manajemen keredaksian. Peserta terlihat tidak sabar menunggu,
karena berdasarkan jadwal, acara akan dimulai pada 13. 30 WIB. Setelah
menyampaikan sekilas pengantar, Syafiq langsung mengenalkan dunia keredaksian;
apa fungsi keredaksian/media, apa saja tugas-tugas redaksi, bagaimana cara
mengelola media yang baik, bagaimana cara meliput data hasil wawancara, dan
lain sebagainya.
Pemaparannya
memang cukup singkat, tapi peserta tidak kehilangan antusiasme untuk bertanya.
Bahkan, ketika Bapak syafiq akan menutup acara, ternyata masih ada dua peserta
lagi yang berambisi untuk bertanya. Akhirnya, dengan terpaksa beliau mempersilakan.
Dengan penjelasan yang singkat pula, beliau menjawab.
Sebelum
mengakhiri penyajian, ada satu pesan yang beliau sampaikan pada seluruh peserta
“Pelatihan menulis tidak menjanjikan kalian akan menjadi penulis. Sudah sering
pelatihan semacam ini dilakukan sejak dulu. Tetapi kenyataannya tidak semua
peserta bisa menulis. Pada hakikatnya, semua tergantung dari kemauan, motivasi
dan usaha maksimal kita, tentunya,” tegas beliau. Pesan itulah yang kemudian menjadikan
peserta menyadari bahwa jalan untuk menjadi penulis bukan terletak pada seberapa
sering ia mengikuti pelatihan kepenulisan, tetapi seberapa besar ia setia menjalani
proses. Menulis secara kontinyu, itu kuncinya dan membaca, itulah penunjangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar