Sabtu, Februari 28, 2009

OMIM Diniyah Latee Gelar Bahtsul Masail

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Organisasi Murid Intra Madrasah (OMIM) Madrasah Diniyah Annuqayah Latee Jum’at (27/2) kemarin menggelar Bahtsul Masail untuk siswa kelas 3 sampai kelas 6 Ibtida’i. Acara yang cukup sederhana ini dimulai pada pukul 08.30 WIB dan berakhir pada pukul 10.30 WIB.
Acara tersebut dihadiri oleh Ust Hasbullah dari Lubangsa Selatan sebagai Musahhih dan Ust Abd. Basit Mansur dari Latee sebagai Mubahis, dan membahas tentang pengertian sebenarnya dan hukum Inshat pada khotbah Shalat Jum’at.
“Tujuan kami mengadakan acara ini untuk mengkader santri dalam membaca kitab turats. Karena dalam beberapa kesempatan yang lalu ketika Latee mendapatkan surat permohonan Bahtsul Masail dan Lomba Baca Kitab Turats, yang diutus orang-orangnya tidak berubah dan paling banyak dua orang,” kata Kepala Madrasah Diniyah Athwi Bustami.
Acara ini pun ditanggapi serius oleh para santri. Salah satu yang berkomentar adalah Homaidi, siswa kelas V A Ibditda’i. Dia mengatakan bahwa dengan adanya acara ini dia bisa tahu secara lebih mendalam tentang hukum. “Acara ini memberikan tambahan ilmu bagi saya, terutama dalam hukum syariah, dengan acara ini pula teman-teman bisa belajar dan membongkar kitab untuk mencari referensi kerena tanpa adanya referensi dalam acara itu mereka tidak diperbolehkan berbicara,” tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh Romaiki Hefni, siswa yang juga duduk di kelas VA Ibtida’i. Dia menyatakan sangat senang sekali dengan adanya acara ini. “Saya senang sekali Diniyah bisa mengadakan acara ini karena selain menambah pengetahuan hukum Islam, dari acara ini dapat diketahui siapa yang pintar dan senang baca kitab turats,” ungkapnya.

Jumat, Februari 27, 2009

OSIS SMA Annuqayah Menggelar Lomba Antarkelas

Supriyadi, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—OSIS SMA Annuqayah menggelar lomba antarkelas, yang populer dengan istilah Class Meeting. Lomba ini yang dilaksanakan sejak tanggal 22-26 Februari 2009. Bapak Moju, S.Pd.I, mewakili Kepala Sekolah ketika pembukaan acara acara di hari Sabtu pagi 22 Februari 2009 jam 07:05 WIB, mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan langkah evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa atau ketercapaian sekolah. Maka dari itu beliau menghimbau agar kegiatan tersebut mendapat perhatian penuh dari siswa.
Kegiatan yang dilaksanakan 6 hari itu diisi dengan 10 lomba yang bersifat edukatif dan 5 lomba yang bersifat rekreatif. Di antaranya adalah lomba pidato bahasa Arab dan Inggris, debat bahasa Indonesia dan Inggris, olimpiade matematika, bola voli, dan lain-lain. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan OSIS yang menurut program kerja semestinya dilaksanakan setelah ujian semester pertama. “Namun berhubung pengurus OSIS banyak yang sibuk, maka pelaksanaan kegiatan tersebut baru terlaksana,” ujar Taufiq, ketua OSIS SMA Annuqayah.
“Acara tersebut menghabiskan dana sebesar Rp. 2.500.000.,- dan dikemas semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian para anggota OSIS dalam mengikuti lomba yang akan dilaksanakan. Di setiap pelaksanaannya, lomba kategori edukatif dan rekreatif diselang-seling. Demikian juga, ada hadiah yang menarik bagi para pemenang lomba,” demikian penjelasan Helmi Faruq (XI IPA) yang menjabat sebagai ketua panitia dalam acara tersebut.
Paedi (kelas XI IPA), bendahara acara tersebut, menjelaskan bahwa dana yang dianggarkan dalam acara tersebut diperoleh dari Sekolah dan iuran siswa, yakni Rp. 3.000,- per siswa. Kontribusi dari siswa tersebut adalah untuk biaya snack dan nasi ketika malam puncak. Sedangkan untuk biaya lainnya didapat dari Sekolah.

Kamis, Februari 26, 2009

Suka Duka Panitia Olimpiade MA 1 Annuqayah Putra

Djamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Olimpiade maia yang dimulai pada tanggal 20 Februari 2009 yang lalu kini telah terlaksana hampir satu minggu. Pelaksanaan Olimpiade ini telah banyak menyisakan kisah bagi para panitia dan peserta yang mengikuti berbagai lomba di ajang olimpiade ini. Ada yang merasa bahagia dengan terlaksananya olimpiade ini. Ada juga yang merasa sedih dan kecewa atas Olimpiade ini, karena kegagalan mereka dalam mengikuti lomba.
Abd. Hafids, siswa Kelas I D, merasa kecewa dengan pelaksanaan Olimpiade karena dirinya merasa tidak akan bisa menjadi juara dalam lomba pidato bahasa Arab, oleh sebab itu dia merasa sangat kecewa terutama pada dirinya sendiri yang tidak maksimal dalam mengikuti lomba pidato itu.
Lain lagi dengan para panitia Olimpiade yang menjadi pelaksana kegiatan ini. Mereka mengalami berbagai hal yang kadang menyenangkan dan kadang menyedihkan. Pasalnya mereka harus bekerja pontang panting untuk mensukseskan acara ini dan mereka harus puas dengan apa yang mereka hasilkan ketika para peserta banyak yang tidak hadir. Hal semacam ini membuat mereka kecewa, karena minat siswa yang kurang untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh panitia.
Setiap hari, saat Maghrib datang, para panitia harus mengangkut sound system dari ruangan OSIS dan itu semua menguras tenaga dan memeras peluh mereka, karena jumlah perangkat sound system itu tidak sedikit, sehingga mereka harus mengorbankan jadwal belajar/mengaji mereka di pondok, seperti yang dikatakan Wadud, ketua panitia kegiatan ini. “Kami harus mengorbankan pengajian al-Qur’an di pondok, karena kami menginginkan kegiatan ini berjalan dengan lancar,” ungkap Wadud.
Para panitia berharap kepada seluruh siswa MA 1 Annuqayah agar mereka bisa aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini, karena kegiatan ini bertujuan untuk mencari siswa-siswa yang berbakat dan cerdas. Akan tetapi, kalau siswanya tidak mempunyai minat untuk mensukseskan acara ini, maka tujuan utama kegiatan ini tidak akan tercapai secara maksimal.
Yang paling menyenangkan bagi para panitia adalah ketika para siswa aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini dan mereka memaksimalkan diri untuk mengikuti acara ini. Seperti halnya pada Lomba Drama dan Lomba Membaca Berita. Para siswa sangat antusias mengikuti lomba ini. Melihat kondisi demikian, para panitia Olimpiade merasa senang dan lelah mereka seolah terhapuskan.
Yang paling menyedihkan lagi pada mereka adalah ketika hujan turun. Kegiatan lomba tak dapat terselenggara sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, dan harus mengubah jadwal secara keseluruhan, sehingga bagi mereka hujan menjadi kendala untuk mensukseskan lomba yang sudah terencana.
Setelah lomba pada malam hari selesai, mereka melakukan evaluasi kegiatan yang sudah terlaksana selama satu hari. Mereka mencoba membaca apa kelemahan kegiatan yang sudah terlaksana selama satu hari itu, dan itu menjadi rujukan dalam rangka perbaikan di hari berikutnya.
Setelah evaluasi selesai, setiap panitia diberi satu bungkus Mie Sedap sebagai pengganti lelah kerja mereka selama satu hari dan setelah itu para panitia pulang ke pondoknya masing-masing.

Selasa, Februari 24, 2009

Lubsel Putri Akhiri Ujian Diniyah

Qurratul Aini, PPA Lubangsa Selatan Putri

GULUK-GULUK—Tahun ini, untuk pertama kalinya PPA Lubangsa Selatan Putri mengadakan ujian Madrasah Diniyah, tepatnya di penghujung bulan Februari selama 3 hari. Senin (23/02) kemarin adalah hari terakhir. Madrasah Diniyah Lubangsa Selatan Putri yang didirikan pada 2 Dzul Qa’dah 1430 H./1 November 2008 M. ini tergolong cukup baik melihat pelaksanaan ujian yang tertib dan rapi. Hal itu tak terlepas dari peranan pengurus Madrasah Diniyah yang dengan penuh semangat mengurus semuanya. Pengurus Madrasah Diniyah Lubsel Putri berjumlah enam orang, tapi tiga di antaranya sekaligus masih berstatus sebagai siswa Diniyah.
Dari 6 kelas; I’dad, I dan II A dan B, dan III Awwaliyah, pelaksanaan ujiannya terbagi secara 3 tahap; pagi, siang, dan malam. Hal itu disebabkan sebagian siswa kelas tersebut adalah juga siswa MA 1 Annuqayah Putri yang bersekolah sore dan mengikuti Bimbingan Khusus di siang dan sore hari.
”Kami tidak ingin memberatkan siswa MA dengan adanya ujian ini,” tutur Kepala Madrasah Diniyah, Anna Zakiyah Hastriana. Dia juga menambahkan bahwa tujuan ujian ini adalah sebagai upaya peningkatan kualitas belajar santri dan tuntutan bersaing antarsiswa secara sportif dan kompetitif.
Tempat pelaksanaan ujian ini adalah Mushalla Lubsel Putri untuk pagi dan malam, dan meminjam 3 ruang di MA Putri untuk siang.
Ketika Nairatul Ahkamiyah, salah satu siswa II B Awwaliyah, ditanya mengenai materi ujian, dia menjelaskan kalau materi yang diujikan cukup sulit, khususnya materi Fiqih yang tidak sesuai dengan pokok pembahasannya. ”Wong materinya Fiqih tapi kok ditanya materi Nahwu. Jadi pusing mikirnya,” katanya.
Beda halnya dengan Ulfatun Hasanah, siswa kelas III Awwaliyah. Dia mengatakan, ”Biasa-biasa saja, yang penting belajar.” Memang, jika melihat keseharian santri Lubsel putri di masa-masa ujian, mereka rupanya lebih aktif belajar, dan tak jarang mereka bergadang.

Senin, Februari 23, 2009

Warnet Baru Dekat Komplek PP Annuqayah


Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Geliat bisnis warung internet (warnet) semakin terasa di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah. Terbukti Mamad, putra pertama Arsyad yang tinggal di lingkungan PP Annuqayah, sejak Ahad (22/2) kemarin membuka bisnis warnet. Dia menyulap sebagian kamar rumahnya menjadi ruangan yang digunakan untuk bisnis tersebut. Fasilitas yang diberikan relatif cukup baik, meliputi ruangan yang cukup nyaman, harga murah, dan dilengkapi pula dengan pendingin ruangan. Walaupun hanya sebatas kipas angin, tapi itu dirasa cukup untuk membuat para pengunjung lebih betah berlama-lama internetan. Komputernya semua baru, dan ruang tunggu lebih nyaman.
Menurut Arsyad, orang tua Mamad, dibukanya warnet ini selain memang berorientasi bisnis juga agar anaknya tidak selalu keluar rumah untuk berbisnis, karena katanya Mamad memang sering suka keluar rumah untuk berbisnis. ”Warnet ini membawa dua keuntungan sekaligus, yaitu bisnis dan sekaligus untuk mengontrol kegiatan anak saya,” tambahnya.
Warnet yang beralamat di Jl. Raya Guluk-Guluk, tepatnya di simpang tiga sebelah timur Toko Laris ini dibuka mulai pagi kemarin. Sebelumnya, Mamad telah menyebarkan pamflet. Beberapa saat setelah dibuka, pengunjung langsung membludak, bahkan sempat ada antrian panjang.
Mamad mengatakan bahwa sebenarnya warnetnya ini baru akan dibuka secara pada tanggal 4 Maret mendatang.
Bisnis warnet yang lebih kurang menghabiskan dana sekitar 17,5 juta rupiah ini saat ini masih dalam masa promosi, sehingga harga yang dipatok buat pengunjung cukup murah, yakni Rp. 2.500,- per jam. Jumlah komputer yang disediakan adalah enam buah.
“Sejak pagi sampai Asar awal ini, pengunjung yang menggunakan warnet ini tercatat sebanyak sebelas orang, baik itu dari kalangan santri maupun anak remaja yang datang dari luar Annuqayah. Rata-rata mereka mahasiswa, MA/sederajat, dan ada juga anak SMP kelas tiga. Ada dua orang santri yang online sejak pagi sekitar pukul 09.15 WIB sampai sekarang masih belum selesai (offline),” tutur Zainurrahman kemarin sore, yang kebetulan menjaga warnet karena Mamad sedang keluar.
Nanang Hadi Syaifullah (18) menuturkan, “Saya memilih untuk ngenet di sini, pertama karena ingin mencoba fasilitasnya yang semua serba baru. Kemudian yang kedua jelas karena harga per jamnya lebih murah dari warnet Annuqayah,” kata remaja yang saat ini duduk di kelas XII MA 1 Annuqayah Putra ini.
Pernyataan yang sama juga dilontarkan oleh Muhdar (19) santri PP Anuqayah daerah Nirmala yang sekarang juga duduk di kelas XII MA II Annuqayah. Dia lebih memilih warnet yang baru dibuka itu karena ingin coba-coba dan harganya memang lebih murah. Satu kesulitan yang ia temui ketika dia online kemarin siang adalah: browser yang biasa dia gunakan (Mozilla Firefox) tidak ditemukan di sana karena kebetulan di sana menggunakan browser Opera. Ketika ditanya dari mana dia belajar internet, Muhdar menjawab, “Sebenarnya tak ada waktu khusus untuk belajar internet. Saya sendiri pertama kali ikut teman yang ngenet. Satu kali saja melihat teman yang lagi ngenet, bagi orang yang mempunyai dasar-dasar ilmu komputer seperti saya insya Allah langsung bisa.”

Dua Hari, Hujan Deras di Annuqayah

Khatim Maulina, PPA Lubangsa Putri

GULUK-GULUK—Jum’at 20 Februari 2009, hujan turun dengan derasnya sejak pukul 14.00 WIB. Entah kenapa hujan pada hari itu begitu deras dan lebat. Malangnya, di hari yang sama, Lubangsa Putri sedang mengadakan ujian Diniyah semester pertama. Berhubung Lubangsa Putri tidak memiliki ruang kelas khusus untuk diniyah, tetapi menggunakan ruang kelas MA 1 Annuqayah Putri, di saat hujan turun itu para santri terpaksa harus keluar dari kamar dan komplek pondok menuju kelasnya masing-masing.
Ketika itu suasana tampak riuh dan heboh dengan suara para santri. Belum lagi hujan yang makin lebat berbaur dangan riuhnya suara para santri. Banyak santri mengeluh ketika itu, sehingga timbul berbagai macam gerutu dari beberapa santri.
“Aduh… mak sengko’ tak perna,” kata seorang santri. Yang lainnya seperti berdoa dengan nada pasrah, “Moga aja libur! Enak kan gak ribet dan basah kuyup.” Ada juga yang bilang, “Ca...pek deh !! Kalau harus begini terus!!”
Walaupun banyak keluhan, para santri bersikeras berangkat ke kelas demi terlaksananya ujian meski baju mereka basah kuyup. Di antara mereka ada yang menggunakan payung dan jas hujan. Tapi ada juga yang begitu santai tidak menggunakan apa-apa sebagai pelindung mereka dari hujan.
Sesampainya di kelas masing-masing, banyak santri yang merasa kurang nyaman dan kesulitan mengisi jawaban dikarenakan baju basah dan ruangan yang ditempati agak basah. Bahkan pakaian beberapa santri ada yang basah mulai dari kerudung sampai rok mereka.
Meski hujan deras masih turun, para santri tetap mengerjakan ujian sampai selesai. Alhamdulillah sekitar jam 17.00 WIB hujan agak reda.

Keesokan harinya, Sabtu 21 Februari 2009, hujan kembali turun dengan lebatnya. Sementara itu, MA 1 Annuqayah Putri tetap melangsungkan pelajaran seperti biasa. Meski jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, hujan tak kunjung reda.
Suasana kelas di bagian atas, yaitu kelas XII IPS 3, XII IPS 4, dan IPS 5, riuh. Entah mengapa dengan turunnya hujan yang lebat itu, para siswi merasa senang tak terkira. Hal itu bisa dilihat dari apa yang mereka lakukan ketika itu, seperti mandi hujan, teriak-teriak di sela-sela lebatnya hujan, dan masih ada yang sempat kejar-kejaran bersama teman-teman. Padahal keadaan lantai pada waktu itu agak tergenang air dan pastinya terasa licin.
Lain lagi halnya di kelas XII IPS 4 yang ketika itu mestinya jadwal pelajaran Matematika. Bayangkan saja, ketika hujan lebat dan suasana dingin siswi masih sempat belajar Matematika. Bu Azizah, guru Matematika kelas XII, kewalahan menjelaskan materi matriks dikarenakan suara hujan lebat dan petir yang saling menyambar. Ketika hujan makin reda, Bu Azizah segera mengakhiri pelajarannya.
Saat menuruni tangga, beberapa siswi terkejut melihat halaman MA 1 Annuqayah Putri yang penuh air. Trotoar yang biasa digunakan pedagang kaki lima tak kelihatan—dengan kata lain: tenggelam. Benar-benar tak disangka, suasana MA 1 Annuqayah Putri bisa dikatakan memprihatinkan akibat tergenang air. Untung saja masih ada jalan yang tidak begitu tergenang air.

Minggu, Februari 22, 2009

Olimpiade MA 1 Annuqayah Putra Resmi Dibuka oleh Kepala Madrasah

Djamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Jum’at 20 Februari 2009 OSIS MA 1 Annuqayah melaksanakan pembukaan Olimpiade yang diberi nama “Olimpiade Maia”. Pembukaan ini dihadiri oleh Kepala MA 1 Annuqayah yaitu, K. Muhammad Ali Fikri S.Ag. dan Wakil Kepala Bidang Kesiswaan yaitu Khalili KN.
Pembukaan ini melibatkan para siswa utusan dari masing-masing kelas yang jumlahnya sekitar dua puluh lima orang. Olimpiade itu sendiri akan dilaksanakan mulai tanggal 20 Februari sampai 26 Maret. Dalam Olimpiade tersebut, digelar berbagai macam lomba yang bersifat kompetitif, seperti pidato (bahasa Indonesia, Madura, Arab, dan Inggris), shalawat, kaligrafi, drama, cerdas cermat, LKTI, bulu tangkis, tenis meja, dan sebagainya.
Dalam prakata panitia, Ketua Pelaksana Olimpiade ini mengatakan bahwa dirinya sangat optimis dengan kegiatan ini. “Untuk itu, saya berharap partisipasi dan dukunan segala pihak, terutama dari siswa dan pimpinan Madrasah,” papar Abd. Wadud, ketua panitia kegiatan ini.
Sementara itu, Munir Atlan, Ketua OSIS MA 1 Annuqayah dalam sambutannya menegaskan bahwa tanpa partisipasi seluruh pihak terutama siswa dan pimpinan Madrasah, acara tersebut tidak akan dapat terlaksana dengan baik.
Dalam sambutannya, Kepala MA 1 Annuqayah, K. Muhammad Ali Fikri S.Ag., mengatakan sangat berterima kasih kepada seluruh panitia pelaksana yang telah menyumbangkan semangatnya untuk kesuksesan acara ini. Beliau berharap agar kegiatan ini dapat menjadi ajang untuk mencari bibit unggul yang ada di MA 1 Annuqayah, sehingga dengan cara itu dapat diketahui siapa saja yang punya bakat dan potensi di MA 1 Annuqayah dan nantinya akan diikutsertakan dalam berbagai lomba di tingkat yang lebih kompetitif.
Setelah sambutan, Kepala MA 1 Annuqayah langsung membuka acara Olimpiade ini secara resmi dengan pembacaan surat Al-‘Ashr. Pembacaan surat ini dibacakan sebanyak tiga kali dan diikuti oleh seluruh peserta yang hadir.
Setelah acara selesai para peserta disuguhi snack dan minuman. Farid, salah seorang siswa, mengatakan sangat tertarik dengan kegiatan Olimpiade ini karena dengan adanya olimpiade ini siswa dapat bersaing dan menunjukkan kebolehannya masing-masing.

Sabtu, Februari 21, 2009

Nirmala Adakan Seminar tentang Tahfidhul Qur’an

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Sejak berdirinya LTQN (Lembaga Tahfidhul Qur’an Nirmala) asuhan K.H. A. Muhajir Bahrudin, Jum’at (20/2) kemarin untuk pertama kalinya lembaga tersebut mengadakan seminar tentang ketahfidhan. K.H. Asnawi, S.E, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Prenduan Pragaan hadir sebagai penyaji.
Acara yang dihadiri oleh lebih kurang 78 santri dan santriwati juga beberapa delegasi dari beberapa komplek di Pondok Pesantren Annuqayah berlangsung dengan meriah. Suasana itu tampak ketika acara sampai pada sesi dialog, karena hampir seluruh peserta mengacungkan tangan agar ditunjuk oleh moderator sebagai penanya. Akan tetapi bagaimanapun sang pemimpin jalannya acara tetap hanya memilih tiga orang penanya dari putra dan putri dalam termin yang terdiri dari dua sesi.
“Huh,… kok dia terus sih yang ditunjuk, padahal saya kan juga ingin bertanya,” gerutu salah seorang santri yang tidak dapat jatah untuk bertanya.
“Seminar ini kami adakan karena kami melihat minat santri akhir-akhir ini di dalam menghafal al-Qur’an menurun dan kurang bersemangat. Jadi, dengan terselenggaranya acara ini, kami berharap tumbuh kembali ghirah dan semangat para santri di dalam menghafalkan al-Qur’an,” kata A. Rokib, panitia kegiatan ini, di dalam sambutannya.
Kiai Muhajir dalam kesempatan kemarin mengatakan, “Walaupun tak semua santri bisa menjadi hafidhul Qur’an (penghafal al-Qur’an) yang sukses, tapi setidaknya para santri berusaha untuk menjadi seorang hafidh karena menghafal al-Qur’an adalah hidayah dari Allah yang itu tidak datang pada semua makhlukNya. Saya juga tidak menyesalkan bila mana ada santri yang saya bina tidak sukses semua karena itu dari dulu memang biasa. Jadi tidak mesti sukses semuanya. Ibarat ayam mengerami sepuluh telur yang tidak menetas semua,” katanya.
Metode POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling, dan Evaluating) juga digunakan oleh penyaji dulu ketika beliau akan dan sedang menghafalkan al-Qur’an karena menurut beliau metode tersebut adalah metode standar yang digunakan oleh semua lembaga tahfidhul Qur’an. Satu hal penting yang tak dilupakan oleh beliau sebagai pesan terakhir kepada para peserta seminar, “Bagi para hafidhul Qur’an, jangan dekat-dekat dengan maksiat, karena itu bisa menghilangkan hafalan adik-adik sekalian,” tuturnya dengan halus.

Jumat, Februari 20, 2009

FKIB Gelar Bedah Buku Karya Aslan Abidin

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK–Forum Kajian Ilmiah dan Budaya (FKIB) Pondok Pesantren Annuqayah Kamis (19/2) kemarin melaksanakan bedah buku kumpulan puisi yang berjudul Bahaya Laten di Malam Pengantin karya Aslan Abidin, penyair asal Sulawesi yang kini tinggal di Makasar. Buku yang dibedah tersebut terbit pada penghujung 2008 kemarin.
“Acara ini sengaja kami laksanakan dengan sederhana dan fasilitas yang kurang memadai. Karena acara ini kami rencanakan secara dadakan yaitu Rabu (18/2) kemarin,” kata Suandi, ketua FKIB.
Acara yang dimoderatori langsung oleh ketua FKIB, Suandi, ini dihadiri langsung oleh sang penulis, Aslan Abidin, R. Timur Budi Raja (penyair Madura), Fauzi (penyair asal Sumenep), Mashuri (Komite Dewan Kesenian Jawa Timur) dan bertempat di Aula MI 1 Annuqayah. Acara yang dimulai pada pukul 14.30 WIB dan berakhir sekitar dua jam kemudian ini berlangsung penuh tawa karena Fauzi yang dikenal dengan penyair yang humoris memberikan guyonan ala santri pada seluruh peserta sehingga berlangsung sangat menarik.
“Saya katakan rugi pada seluruh teman yang tidak hadir pada acara ini, karena acara ini dihadiri langsung oleh penyair terkemuka di Indonesia yang jarang sekali bisa berkunjung ke Annuqayah,” tutur M. Faizi, salah satu pengasuh muda Annuqayah yang juga hadir pada acara bedah buku tersebut.
Mengenai kumpulan puisi ini secara umum, Masyhuri mengatakan bahwa puisi-puisi dalam kumpulan ini mengangkat tema-tema yang dianggap tabu dan jarang diekspos oleh para penyair yang lain sehingga hal itu menjadi kelebihan dari buku ini.
Acara yang sangat sederhana ini tidak terlalu banyak dihadiri oleh santri disebabkan acara ini diselenggarakan secara mendadak dan pengumumannya pun dari waktu pelaksanaan sangat dekat, hanya berjarak hitungan jam saja.

Sekilas Poskestren Annuqayah

Khatim Maulina, PPA Lubangsa Putri

Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Annuqayah didirikan atas dasar bantuan dari Provinsi Jawa Timur, ketika Ny Khatibah A. Win, selaku penanggung jawab Poskestren Annuqayah, diundang menghadiri pertemuan di Malang. Setiap pondok pesantren di Jawa Timur mendapat bantuan yang diamanatkan untuk mendirikan sebuah fasilitas fisik.
Poskestren yang telah didirikan tersebut dimanfaatkan sebagai fasilitas kesehatan yang umumnya digunakan oleh santri putri Annuqayah. Walaupun program yang direncanakan lebih matang di Poskestren masih dalam tahap penyusunan, kegiatan yang berjalan di sana cukup memberikan dampak yang besar terhadap warga sekitar. Hal itu diungkapkan oleh menurut mbak Titin, selaku ketua pengurus Poskestren Annuqayah. “Kami di sini tidaklah seratus persen menyembuhkan setiap pasien yang berkunjung. Akan tetapi kami hanya memotivasi para santri agar sadar terhadap kesehatan mereka. Berhubung lingkungan pondok yang masih kurang menjamin kesehatan santri,” terangnya.
Selain itu kebanyakan santri salah paham dalam mengartikan adanya Poskestren. Pernah suatu ketika ada pasien yang sakit parah malah dibawa ke sana. Padahal pihak Poskestren hanya membantu dan melayani pasien sekadar terapi biasa dan konsultasi.
Mengenai jadwal piket jaga Poskestren, hal itu dilakukan secara bergiliran oleh pengurus berbagai komplek di Annuqayah sebanyak dua orang. Ada yang berasal dari Latee, Lubangsa, Sabajarin, dan berbagai komplek yang ada di Annuqayah. Poskestren juga malayani rawat inap yang dikhususkan untuk pasien tertentu.
“Poskestren di sini juga melayani rawat inap. Itu bertujuan agar pasien bisa beristirahat cukup. Jika dibiarkan di pondok, tentu saja kurang nyaman karena suasana pondok yang ramai dan riuh. Walau hanya beberapa jam, pasien akan lebih mendingan dari sebelumnya,” tutur Titin.
Poskestren Annuqayah, yang berlokasi di seberang barat laut PPA Lubangsa Selatan, dibuka setiap hari meski tidak 24 jam. Petugas bergantian menjaga Poskestren. Tetapi jika terdapat pasien yang harus rawat inap, maka pengurus Poskestren bermusyawarah terlebih dahulu dengan pengurus pesantren daerah. Mengenai tarif pasien, terapi dan konsultasi sebesar Rp. 1000, sedangkan terapi beserta jamunya sebesar Rp. 1500.
Tarif tersebut terlalu murah bagi pasien. Walau kenyataannya dana yang dimiliki Poskestren masih belum mencukupi. Jenis obat yang diberikan bukanlah obat kimia, tapi obat-obatan tradisional seperti jamu dan kapsul yang berasal dari tumbuhan herba.
“Kami sengaja tidak menggunakan obat-obatan kimia, karena obat-obatan yang berasal dari tumbuhan herbal lebih cepat efeknya daripada obat-obatan kimia,” tutur Titin.
Dengan adanya Poskestren Annuqayah, santri bisa lebih mudah berkonsultasi tentang keluhan-keluhan kesehatan. Selain itu, santri juga bisa lebih sadar dalam menjaga kesehatan. Sesuai dengan kata bijak: mencegah lebih baik daripada mengobati.

Kamis, Februari 19, 2009

Teater Saksi Gelar Workshop Keaktoran, Penulisan Naskah, dan Dialog Budaya

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK–Khazanah kebudayaan khususnya dunia teater di Annuqayah rupanya masih belum luntur. Salah satu bukti hal tersebut ialah diadakannya Workshop Keaktoran, Penulisan Naskah, dan Dialog Budaya Se-Madura oleh Teater Saksi Pondok Pesantren Annuqayah. Acara ini dilaksanakan dalam waktu tiga hari di Aula As-Syarqawi Pondok Pesantren Annuqayah, mulai hari Rabu (11/2) hingga Jum'at (13/2) yang lalu.
Dalam acara yang dihadiri kurang lebih dua ratus peserta dari luar maupun dari dalam Annuqayah ini, hadir H.D. Zawawi Imron (budayawan Madura), Turmudzi Jaka (Ketua Dewan Kesenian Sumenep), dan beberapa ketua sanggar dan penyair dari beberapa daerah di Indonesia seperti Bandung dan Yogyakarta.
“Acara ini kami laksanakan dengan tujuan membangun potensi seni dan budaya yang utuh serta mempererat hubungan emosional antarkomunitas seni,” tutur R. Andi Bachtiar selaku ketua panitia acara ini. “Dengan terlaksananya acara ini, saya pribadi merasa bangga karena acara ini merupakan acara yang cukup besar, tapi ada yang kurang yaitu acara ini tidak mempunyai dana yang cukup sehingga sebagian dana didapatkan dari hasil pinjaman,” lanjutnya.
Selain itu, acara ini tidak hanya diisi dengan dialog dan workshop tapi juga pentas seni dari sanggar terkemuka yang didatangkan dari beberapa daerah seperti Bandung dan Yogyakarta yang dilaksanakan pada malam harinya, sehingga banyak santri yang hadir mengikuti acara tersebut.
“Saya senang dengan acara ini. Sebab selain mendapatkan ilmu dan pengalaman, dari acara ini saya juga bisa mendapatkan teman baru dan sertifikat tentunya,” kata Memed, salah satu peserta.

Rabu, Februari 18, 2009

PPA Nirmala Bedah Buku Karya Kiai Afif Hasan


Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala Senin (16/09) kemarin mengadakan acara bedah buku karya Dr. K.H. M. Afif Hasan, M. Pd.. Buku karya pengasuh PPA Nirmala tersebut berjudul Kapita Selekta Yurisprudensi Islam, mengkaji tentang pernak-pernik ibadah dan tradisi dan juga membahas tentang ibadah-ibadah amaliah sehari-hari.
"Salah satu tujuan yang sangat fundamental dan signifikan diselenggarakannya bedah buku ini adalah kami ingin membuka paradigma santri tentang bagaimana seharusnya sebuah buku dikonsumsi," ungkap Subaidi, ketua panitia dalam kata sambutannya.
Acara yang dimoderatori oleh Subaidi Muchtar, alumni PPA Nirmala dan Kepala SMA Annuqayah, ini dihadiri langsung oleh penulisnya sendiri yaitu Dr. K.H. M. Afifi Hasan, M. Pd. dan hadir pula K. Zainurrahman, S. Ag, pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri Prenduan, sebagai pembedah. Acara berlangsung dengan tertib dan meriah karena rupanya para peserta baik putra maupun putri sangat antusias sekali mengikuti jalannya acara. Apalagi ditambah dengan guyon dan humor segar dari K. Zainurrahman yang sering mengundang gelak tawa para peserta diskusi. Jumlah peserta yang hadir lebih kurang 70 peserta baik putra dan putri yang terdiri dari semua pengurus PPA Nirmala Putra, sebagian pengurus Nirmala Putri, dan semua siswa kelas akhir tingkat MA/SMA/MAT, serta dua delegasi dari beberapa lembaga di PP Annuqayah.
Kiai Afif, doktor pemikiran hukum islam lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya, menyampaikan beberapa poin penting terkait dengan buku yang ditulis oleh beliau. "Buku ini harus dibaca seluruhnya, mulai dari awal sampai akhir, jangan sepotong-sepotong, karena kalau Anda hanya membaca separuh saja, bisa saja Anda menuduh saya sebagai pengikut Muhammadiyah. Jika Anda membaca separuhnya lagi, Anda juga bisa saja menuduh saya sebagai pengikut Nahdlatul Ulama (NU), dan kalau Anda membaca seluruhnya maka barangkali Anda akan menuduh saya sebagai pengikut mazhab Imam Syafi'ie, dan baru bila Anda membaca semua buku saya Anda akan menuduh saya sebagai pengikut Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama(NU) sekaligus pengikut mazhab imam yang empat (Syafi'ie, Maliki, Hanbali, dan Hanafi). Kedua, buku ini saya tulis dalam bentuk diskusi, artinya belum final, jadi buku ini perlu didiskusikan kembali,” ungkapnya.
Ada dua buah buku yang ditulis oleh beliau yaitu Madzhab Pelangi dengan tebal 122 halaman, diterbitkan oleh Maktabah Publishing (Cetakan I September 2008), sedangkan buku yang kedua berjudul Kapita Selekta Yurisprudensi Islam. Buku yang kedua ini lebih tebal dari buku yang pertama, yakni 208 halaman, penerbit Maktabah Publishing (cetakan I Oktober 2008). Rencananya, kedua buku tersebut akan dibedah dalam satu kesempatan sekaligus tetapi karena waktu yang tidak memungkinkan maka diputuskan untuk membedah buku yang kedua.
Tepat pukul 14.30 WIB acara bedah buku ini dimulai. Dalam kesempatan tersebut, sempat dibahas beberapa isi buku yaitu mengenai tahlilan, transfer pahala dan masalah rokok. Sebenarnya pembedah tidak ingin mengkaji masalah rokok karena kebetulan pembedahnya sendiri merokok tetapi terpaksa dibahas karena pada sesi pertanyaan peserta putri bertanya masalah rokok. Hingga acara berakhir pada pukul 16.32 WIB, tidak ditemukan titik terang tentang masalah yang didiskusikan karena dalil yang dikeluarkan antara pembedah dan nara sumber sama-sama kuat. Dengan nada guyon Kiai Zainurrahman mengatakan, “Karena dalil sama-sama kuat maka moderatornya saja yang dihukum,” tuturnya sambil tertawa.
Mengenai buku ini secara umum, Kiai Zainurrahman memberikan komentar berikut. "Buku ini kalau dipandang secara zahir kayaknya banyak menuai kontroversi, padahal hakikatnya tidak, hanya mungkin kita berbeda di dalam memahami sebuah dalil sehingga menghasilkan pandangan yang berbeda pula, jadi tergantung dari sudut mana seseorang itu memandang," jelas Kiai Zainurrahman. “Jujur saya akui sebagai orang NU saya merasa tergugah untuk mengasah kemampuan saya lewat buku ini, Saya menyarankan agar buku ini dikaji lebih mendalam,” tambahnya.

Senin, Februari 16, 2009

Penyerahan Raport dan Penganugerahan Siswa Teladan Madrasah Diniyah Latee Putra

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK–Ahad malam (15/2) kemarin Madrasah Diniyah Annuqayah Latee mengadakan acara penyerahan raport dan penganugerahan siswa teladan semester pertama. Acara yang dihadiri oleh sekitar 700 santri itu dimulai pada pukul 20.15 WIB dan berakhir pada 22.30 WIB.
Selain penyerahan raport dan penganugerahan siswa teladan, acara itu juga dimeriahkan dengan ceramah agama yang diisi oleh K.H. Muhajir Bahruddin, dengan tujuan agar pada semester selanjutnya para siswa mempunyai semangat untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama. Hal ini disampaikan langsung oleh Moh. Athwi Bustomi selaku Kepala Madrasah Diniyah pada sambutannya. “Tujuan kami mengadakan acara ini adalah agar setelah acara ini selesai siswa Madrasah Diniyah bisa mengevaluasi diri sehingga pada semester berikutnya para siswa mempunyai semangat untuk belajar dan memperdalam ilmu agama,” ungkapnya.
Begitu juga menurut K.H. Muhajir Bahruddin dalam ceramahnya. “Nilai yang adik-adik dapatkan pada malam ini baik itu merah atau tidak, bagus atau jelek, jangan dianggap sebagai alat menyombongkan diri atau mencaci yang lain. Akan tetapi, dengan nilai yang adik-adik dapat, adik-adik bisa bersyukur dan memperbaiki diri di semester selanjutnya,” kata Kiai Muhajir.
Dalam sambutannya mewakili pengasuh Latee, K.H. Abd Wadud Munir mengatakan bahwa pesantren sebagai penjara suci merupakan tempat untuk belajar ilmu agama yang merupakan dasar ketika para santri sampai ke masyarakat. “Pesantren sebagai penjara suci dan Madrasah Diniyah adalah tempat untuk mencari ilmu agama yang nantinya akan dipakai ketika hidup di masyarakat agar para santri tidak sama dengan para pejabat dan pegawai yang kebanyakan dari mereka ketika bermasyarakat tidak mempunyai dasar ilmu agama yang cukup mumpuni,” jelas Kiai Wadud.
Siswa teladan pada semester pertama untuk tingkat Isti’dadi dianugerahkan kepada siswa yang bernama Anwar Rizal (16) dari kelas Isti’dadi C, dengan nilai rata-rata 9,1, sedangkan untuk tingkat Ibtida’i dianugerahkan kepada Iskandar Yasin (17) dari kelas 2A dengan nilai rata-rata 9,3.

Sabtu, Februari 14, 2009

PSG SMA 3 Annuqayah Sosialisasi di Hadapan 75 Warga Muslimat NU Guluk-Guluk


Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Bila dari kemarin komunitas Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah tak ada kabar, jangan lantas menganggap bahwa mereka sudah bubar. Di saat mereka tengah menjadwal kalender kerja, PSG diundang Muslimat NU Guluk-Guluk untuk memberi sosialisasi. Jum’at (13/2) siang hingga sore kemarin, tiga anggota PSG hadir di acara Muslimat NU Guluk-Guluk bertempat di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Al-Amir.
Pada saat acara mulai berlangsung, yaitu sekitar pukul 14.00 WIB, ruangan yang cukup luas itu terasa ramai tapi damai saat acara dibuka dengan pembacaan Surat Yasin bersama. Usai pembacaan Surat Yasin, ruangan terasa semarak, tepatnya saat ketiga anggota PSG mulai presentasi tentang sampah plastik.
Ibu-ibu yang hadir yang berjumlah 75 itu antusias menyimak dan ketika demo berlangsung, mereka tak henti bertanya. “Bahkan saat acara selesai pun mereka tidak langsung pulang,” kata Mus’idah Amin, salah seorang panitia acara tersebut.
Selain itu, Mus’idah mengatakan bahwa para ibu anggota Muslimat itu sepakat akan mendirikan komunitas yang berbau cinta alam seperti komunitas PSG. Berita ini menjadi suatu kehormatan bagi anggota PSG yang hadir kemarin. “Kami merasa direspons baik sehingga kami merasa berhasil mengajak masyarakat untuk belajar peduli lingkungan,” kata Nujaimah, salah satu anggota PSG yang hadir, sambil tersenyum simpul.
Materi yang disampaikan oleh ketiga anggota PSG kemarin adalah seputar bahaya sampah anorganik (plastik), penanganannya, teknik pembuatan tas dari sampah plastik, ajakan untuk cinta lingkungan, dan sekelumit tentang komunitas PSG.
Dalam kesempatan tersebut, anggota PSG sepertinya memang lebih memfokuskan materi terhadap sampah rumah tangga. Sebab kata mereka, ibu rumah tangga sehari-hari banyak bersentuhan dengan sampah anorganik. Para anggota Muslimat juga diingatkan agar mengurangi penambahan sampah plastik baru. “Contoh sederhananya, misalkan pergi ke pasar untuk berbelanja, bawa tas saja, dan tak usah menambah sampah plastik baru,” kata Zulhatus Sayyidah, salah seorang anggota PSG yang hadir.
Saat presentasi, Nyai Ithriyah, salah satu pengasuh PPA Al-Amir, meminta kepada ketiga fasilitator dari PSG untuk mendemokan hasil karya mereka. Sedang alat dan bahan mentahnya yang berupa jarum, sampah plastik, dan benang telah disediakan di sana. “Perlu diingat bahwa memproduksi tas adalah nomor kesekian bagi anggota PSG. Sedangkan tujuan utamanya adalah menyelamatkan alam dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan,” tambah Nujaimah melengkapi penjelasan Zulhatus Sayyidah.
Berita ini dikutip dari www.madaris3annuqayah.blogspot.com

Lubangsa Perbaiki Tempat Jemuran

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Pengurus PPA Lubangsa melakukan perbaikan tempat jemuran pada hari Jum’at (13/2) kemarin. Tempat jemuran yang sudah sejak lama tak terawat itu diganti dengan yang lebih baru dan bahan yang lebih kuat pula. Tempat jemuran yang sebelumnya memakai bahan dari kayu, kini semuanya menggunakan bahan dari besi.
Pekerjaan yang dimulai dari pagi sekitar pukul tujuh tersebut dilakukan dengan dimulai dari kawasan blok F yang di sana terdapat dua tempat jemuran. Di blok F itu pula tempat jemurannya rusak paling parah. Kemudian dilanjutkan di kawasan blok A, tepatnya di samping kantor Biro Pengembangan Bahasa Asing (BPBA) PPA Lubangsa.
Santri yang mengerjakan perbaikan jemuran ini berjumlah tujuh orang, terdiri dari 4 orang ketua blok dan 3 orang dari pengurus PSP (Pengurus Sarana dan Prasarana) PPA Lubangsa. Sebenarnya ada enam blok di Lubangsa, namun yang turut membantu pekerjaan ini hanya empat orang saja.
Biaya untuk perbaikan tempat jemuran tersebut diperoleh dari iuran para santri Lubangsa yang ditarik bulan yang lalu, yakni sebesar Rp 3.500,- per santri, dan dikoordinasi langsung oleh ketua blok masing-masing. “Ini adalah hasil iuran yang bulan lalu dan baru dikerjakan sekarang,” ungkap Kholili, ketua blok B, sekaligus koordinator ketua blok di sela-sela pekerjaannya.
Sementara itu, ada santri yang berpendapat bahwa perbaikan jemuran itu terbilang lambat, melihat kerusakan tempat jemuran yang ada di blok F sudah sangat parah, bahkan sampai roboh. “Seharusnya perbaikan itu dikerjakan sejak dulu. Mengapa baru digarap sekarang?” ungkap Mohammad Ramdan ketika menyaksikan jalannya perbaikan. “Namun, meski terlambat, tentu lebih baik daripada tidak sama sekali,” lanjutnya.

Kamis, Februari 12, 2009

Masyarakat Ragukan Obat Tradisional, OSIS SMA 3 Annuqayah Adakan Seminar Kesehatan


Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—OSIS SMA 3 Annuqayah Divisi Kesehatan Rabu (11/2) kemarin mengadakan acara seminar yang bertajuk “Mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional”. Acara seminar kali ini lebih bernuansa akrab dengan hadirnya masyarakat sekitar Annuqayah. Acara ini merupakan ajakan untuk kembali akrab dengan alam bagi mereka yang menganggap obat tradisional tak lagi mujarab.
Ada 37 peserta yang hadir pada acara tersebut. Sebelumnya peserta yang diperkirakan hadir sebanyak 50, namun sebagian undangan dari unsur masyarakat yang hadir mengatakan bahwa masyarakat yang tidak hadir pada saat yang sama memiliki acara lain, yakni ziarah kubur ke Sunan Ampel Surabaya.
Siti Mailah sebagai ketua panitia sedikit cemas karena masyarakat banyak yang tidak hadir. “Namun begitu, separuh ruangan aula penuh dengan siswa SMA 3 Annuqayah dan undangan dari sekolah lain,” ungkapnya.
Pendapat berbeda disampaikan Nyi Oot, sapaan akrab Ny. Khatibah A Warits, nara sumber dalam acara tersebut, yang menyatakan bahwa sedikitnya peserta akan lebih baik karena acara bisa lebih efektif. “Dari pada banyak peserta dan terlalu banyak pertanyaan, nanti hanya akan menambah waktu saja,” guraunya sambil tersenyum membuka pengantar dalam sesi dialog membantu mengurangi rasa cemas panitia.
Acara berlangsung cukup heboh dan meriah, sebab selain metode dan penyampaian Nyi Oot sangat menarik, peserta baik masyarakat maupun siswa antusias dan aktif bertanya.
Acara tersebut diselenggarakan agar dapat mendorong semangat orang-orang yang hampir melupakan alam untuk kembali pada tradisi meramu jamu sendiri seperti zaman dahulu. Sedangkan isu merosotnya semarak masyarakat dan siswa untuk ke Poskestren (Pos kesehatan Pesantren) Annuqayah menjadikan OSIS SMA 3 Annuqayah divisi kebersihan dan kesehatan untuk mengadakan acara semacam ini. “Mungkin orang-orang akan lebih memilih jamu tradisional apabila mereka tahu bahwa jamu tradisional jauh lebih baik daripada obat-obat medis,” kata Nyi Oot seraya mengepalkan tangan dengan mata berbinar-binar.
Usai acara, seluruh peserta dan panitia melangsungkan makan bersama, dengan menu soto yang dimasak sendiri oleh panitia. Sedangkan airnya tidak memakai air kemasan. Setelah ditanya, panitia bagian konsumsi memaparkan alasannya, “Agar tidak menambah jumlah sampah dan agar kita lebih benar-benar kembali ke alam.”
Berita ini dikutip dari www.madaris3annuqayah.blogspot.com

Rabu, Februari 11, 2009

OSIS MA 1 Annuqayah Putra Gelar Bedah Film

Djamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Senin (malam selasa) (9/2) kemarin, OSIS MA 1 Annuqayah Putra melaksanakan acara bedah film yang berjudul Life is Beautiful yang dilaksanakan di Aula MA 1 Annuqayah Putra. Film ini dibedah oleh salah satu guru MA yaitu Bahrur Rozi, M.Hum.
Bedah film ini dimulai pada pukul 19.30 WIB dan berakhir 23.30 WIB. Setelah bersama-sama menyaksikan film ini, acara dilanjutkan dengan diskusi tentang isi dan kandungan film tersebut. Salah satu peserta bedah film, Fauzi, mengatakan bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari film tersebut. Salah satunya adalah sikap sabar dari Guido yang berperan sebagai ayah yang tidak pernah membuat anaknya sedikit pun merasa kecewa dengan keadaan yang mereka alami. Peserta bedah film ini terdiri dari tujuh puluh peserta. Empat puluh delapan peserta adalah utusan masing-masing kelas dan selebihnya adalah peserta umum yang juga siswa MA 1 Annuqayah Putra.
Banyak peserta yang merasa terharu menyaksikan film tersebut, karena kesabaran yang dimiliki keluarga Guido dengan istriya dalam menghadapi cobaan dan usaha mereka untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada anaknya.
Bedah film ini dilaksanakan untuk memberikan hiburan dan sekaligus pendidikan kepada siswa MA 1 Annuqayah Putra, setelah mereka menyelesaikan studi di semester ganjil. “Bedah film ini dilaksanakan untuk memberikan hiburan kepada siswa MA 1 setelah ruwet menghadapi ujian semester ganjil. Bedah film ini diharapkan menjadi media untuk mengasah kemampuan intelektual siswa,” papar Mihrob, ketua panitia kegiatan ini.
Seluruh peserta merasa puas dengan pemutaran film ini, karena sudah sekian lama mereka tidak nonton film dan film yang dibedah cukup menarik.
Setelah pemutaran film selesai, para panitia bedah film melakukan evaluasi kegiatan ini. Munir Atlan, ketua OSIS MA 1 Putra, mengatakan kelemahan bedah film ini adalah terlalu banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan tersebut. Jadi dia berharap pada bedah film selanjutnya diharapkan peserta dipersedikit agar kegiatan ini bisa maksimal dan lebih sukses.

Sabtu, Februari 07, 2009

Markazul Lughah PP Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Kunjungi Darul Lughah PPA Latee


Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Kamis sore (5/2) kemarin menjadi sangat berbeda dari sore-sore biasa bagi warga Darul Lughah PP Annuqayah Latee. Sore itu, Darul Lughah dikunjungi oleh anggota Markazul Lughah Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan.
Sekitar pukul 17.00 WIB santri Banyuanyar yang berjumlah 120 orang tersebut tiba di Annuqayah. Kunjungan tersebut disambut langsung oleh pengasuh PP Annuqayah Latee, KH Ahmad Basyir AS. Dalam sambutannya setelah jam’ah shalat Maghrib, beliau menyampaikan terima kasih dan merasa bangga dengan Darul Lughah.
Kunjungan tersebut diisi dengan pengenalan masing-masing lembaga dan dilanjutkan dengan sharing antar pengurus yang diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari Darul Lughah dan foto bersama.
“Saya senang sekali bisa berkunjung ke Darul Lughah soalnya selain bisa silaturrahim kami bisa mendapatkan tambahan ilmu,” kata Baisuni Salim, Direktur Markazul Lughah Darul Ulum Pamekasan.
Senada dengan Baisuni, Khalis Muslim, salah satu santri Darul Ulum, mengatakan senang bisa berkunjung ke Darul Lughah sebab para santri Darul Lughah mempunyai akhlak yang baik. “Saya senang sekali bisa berkunjung ke Darul Lughah sebab santri-santrinya mempunyai akhlak yang baik dan bahasa Arabnya bagus meskipun mereka masih kecil-kecil,” tuturnya.
Hal berbeda disampaikan oleh Faishal Khair, Direktur Darul Lughah Latee. “Saya merasa heran kok bisa santri Banyuanyar mau berkunjung ke Darul Lughah padahal kemampuan kami bisa dikatakan masih di bawah mereka,” ungkap Faishal Khair. “Saya juga agak menyesalkan dengan penyambutan kami yang kurang matang, karena memang acara ini agak mendadak,” lanjutnya.
Kunjungan ini pun berakhir pada pukul 20.30 WIB. Santri-santri Darul Lughah merasa berbangga dengan kunjungan itu, karena kemampuan mereka berbahasa Arab bisa menyamai kemampuan para santri Darul Ulum meskipun mereka rata-rata masih siswa tingkat Tsanawiyah.

Jumat, Februari 06, 2009

Tim Sepak Bola Nirmala Tekuk Tim Sepak Bola Lubangsa Selatan 4-2

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Hari Kamis kemarin (05/09) PSBN (Persatuan Sepak Bola Nirmala) menerima surat dari Perselas (Persatuan Sepak Bola Lubangsa Selatan) yang isinya tiada lain adalah ingin mengajak pertandingan persahabatan dengan PSB Nirmala yang rencananya akan bertempat di lapangan Kemisan, Guluk-Guluk.
Jum’at pagi tadi (06/09), setelah selesai menjalankan kegiatannya, yakni senam dan operasi cinta lingkungan, lebih dari separuh santri Nirmala berbondong-bondong menuju lapangan Kemisan. Rupanya para pemain Tim Perselas telah memadati lapangan. Tak lama kemudian laga pun dimulai.
Dalam laga tadi pagi yang dimulai pukul 07:25 WIB itu, tim Perselas menempati bagian timur lapangan sedangkan tim PSBN menempati lapangan bagian sebelah barat. Pertandingan persahabatan yang dipimpin oleh Khalis Montella, wasit asal Pordapor, ini tampak meriah dan asyik. Suporter kedua tim pun saling memberikan dukungan kepada para pemain dengan teriakan-teriakan. Sebagian mereka ada yang geram karena bola yang dibawa oleh pemain yang dijagokannya berhasil direbut oleh lawannya.
Miftahul Ma’arif membuat puluhan suporter PSB Nirmala bersorak ketika pertandingan baru berjalan 12 menit. Dia mencetak gol lewat umpan pemain belakang, Rahman. Gol berikutnya dicetak oleh Muafiqul Khalid satu menit kemudian. Dua gol tersebut telah membuat pertandingan semakin meriah.
Hingga turun minum, Perselas tertinggal 2 gol dari PSB Nirmala. Di babak kedua, Perselas mengganti para pemain yang tampak sudah kurang bersemangat, dengan harapan agar bisa mengungguli PSBN. Namun begitu, 12 menit setelah pluit babak kedua ditiup, PSB Nirmala lagi-lagi mencetak gol ke gawang Perselas lewat tendangan Munaji Zain. Tak hanya itu, pada menit ke-75 gol keempat berhasil dicetak oleh Edi Susianto ke gawang Perselas.
Pemain Perselas tampak lesu dan kurang bersemangat setelah timnya kebobolan 4 gol tanpa balas. Namun tak dinyana setelah berkali-kali gagal melewati pertahanan PSBN, akhirnya penyerang Perselas, Arifin, berhasil mencetak gol. Tak lama kemudian pemain Perselas lainnya mencetak gol lagi. Kedua gol tersebut cukup untuk memberi support kepada para pemain Tim Perselas.
Harapan untuk menang bagi tim Perselas tampak suram ketika wasit Khalis Montella memberi isyarat bahwa pertandingan akan berakhir 5 menit kemudian. Segala usaha yang dilakukan pemain Perselas ternyata tak mampu menambah gol. Tak lama kemudian peluit Wasit berbunyi tanda pertandingan usai. Di akhir pertandingan, wasit memanggil para pemain berkumpul di tengah lapangan seperti saat akan memulai pertandingan untuk berjabat tangan agar barangkali ulah dan tingkah laku yang tidak sportif selama pertandingan bisa dimaafkan.
Mas’udi, pengurus seksi Olahraga dan Kesehatan PPA Lubsel mengatakan bahwa tujuan diadakannya pertandingan persahabatan ini agar terjalin silaturrahim dan juga untuk menguji kemampuan para pemain Perselas, terutama bila bertanding di lapangan yang luas dan lebar. “Kemenangan bukan tujuan utama kami, sebab bagi kami menang dan kalah itu biasa. Kami berharap dari pertandingan persahabatan ini terjadi tukar menukar pengalaman di antara para pemain agar strategi permainan bisa berkembang,” tuturnya usai pertandingan.

Kamis, Februari 05, 2009

Monitoring dan Evaluasi MQIP Sampoerna Foundation


M Mushthafa, Sekretariat PPA

GULUK-GULUK—Setelah hampir genap dua tahun kerja sama Pondok Pesantren Annuqayah dengan Sampoerna Foundation (SF) Jakarta dalam program Madrasah Quality Improvement Program (Program Peningkatan Mutu Madrasah) yang disingkat MQIP, Selasa hingga Rabu (3-4/2) kemarin SF melakukan monitoring dan evaluasi (monev). Program ini dilakukan terutama untuk melihat kebutuhan program dan pendekatan yang perlu dilakukan dalam konteks program MQIP 2009 sehingga program yang dirancang dapat menghasilkan hasil yang lebih optimal.
Monev dilakukan oleh dua staf baru MQIP yang bertugas, yakni Roy Rindorindo, Program Manager, dan Imam Malik, Program Officer untuk Annuqayah. Bagi Roy, ini adalah kunjungan pertamanya ke Annuqayah. Sedangkan Imam Malik sebelumnya telah sempat berkunjung ke Annuqayah akhir Oktober lalu.
Agenda monev dimulai pada Selasa pagi, dengan jadwal ke Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putra. Di MA 1 Putra, tim SF berdiskusi intensif dengan para pimpinan, guru, dan siswa, serta sempat melihat-lihat lingkungan madrasah. Siang harinya, agenda dilanjutkan dengan presentasi program MQIP 2009 yang berlangsung hingga malam. Rabu pagi jadwal monev ke MA 1 Annuqayah Putri untuk berbincang dengan pimpinan, guru, dan siswa.
Ketua Yayasan Annuqayah, H.A. Panji Taufiq, berpendapat bahwa monev kali ini diharapkan dapat meningkatkan kesepahaman kedua belah pihak untuk mendukung keberhasilan program. "Saat kerja sama ini ditandatangani, ada komitmen agar ini dapat menjadi model kerja sama antara SF dan pesantren. Dengan monev ini, semoga upaya pencarian model itu bisa menemukan jalan yang lebih baik," ujarnya di sela-sela acara ini.
Tim SF, termasuk juga Tony Driyantono (konsultan) yang tidak terlibat langsung dengan monev, meninggalkan Annuqayah pada Rabu siang kemarin sekitar pukul 14.00 WIB.

Rabu, Februari 04, 2009

Siswa SMA Annuqayah Raih Juara Harapan II Pidato Bahasa Inggris se-Madura

Supriyadi, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Pada tanggal 24 Januari 2009 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syeikhona Kholil Bangkalan menggelar lomba pidato dua bahasa (Inggris dan Arab) se-madura. Surat permohonan delegasi yang sampai pada tanggal 1 Januari 2009 ke SMA Annuqayah mendapat respons positif dari Subaidi Mukhtar, S.Pd., kepala SMA, yaitu dengan mendelegasikan dua orang siswa untuk mengikuti lomba tersebut. Kedua siswa tersebut adalah Helmi Faruq (kelas XI IPA) dan Suthan Zainul Haque (kelas X B).
Keduanya berangkat dengan didampingi seorang guru pembimbing bahasa Inggris, Bapak Luthfi. Manurut beliau, lomba yang berlevel se-Madura tersebut diikuti oleh sekitar 200 orang peserta. Luthfi merasa senang karena salah satu anak asuhnya, yakni Helmi Faruq, berhasil memperoleh juara harapan II, dan merupakan satu-satunya delegasi Annuqayah yang mendapat juara.
Namun begitu, ada catatan kekecewaan dari utusan SMA Annuqayah terhadap tim juri. Pasalnya mereka tidak tepat waktu dalam memberhentikan pidato para peserta, sehingga yang dialami Helmi Faruq, pidatonya tidak sampai pada bagian closing (pidatonya tidak sempurna).
Helmi Faruq ketika ditemui di kelasnya mengungkapkan, dari pengalamannya selama ikut lomba di luar, baru saat itu dia mengalami juri yang kurang beres. “Saya sangat kecewa karena saya mengira waktu saya masih tinggal 3 menit lagi. Ternyata saya baru tampil 7 menit, bel sudah dibunyikan tanda waktu sudah habis,” ungkapnya. Persiapan yang dilakukan kurang lebih satu minggu dirasa menjadi kurang maksimal.
Namun, tentu saja, dia termotivasi dan berkomitmen untuk berusaha tampil lebih baik jika ada kesempatan lomba yang lain.

Selasa, Februari 03, 2009

Pertama Kali dalam Sejarah, OSIS MA Tahfidh Adakan Class Meeting

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Tahun ini MA Tahfidh Annuqayah memberikan sesuatu yang berbeda. Selain beberapa prestasi, juga kegiatan yang tidak pernah direalisasikan pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya adalah Class Meeting, program yang tak pernah direalisasikan di tahun-tahun sebelumnya. Program yang dibuka Senin pagi (2/2) ini pun menjadi catatan penting karena pada masa-masa sebelumnya, terutama ketika masih bernama MAK, MA Tahfidh tidak merealisasikan Class Meeting.
"Saya sendiri dan teman-teman OSIS MA Tahfidh ingin membuat suasana baru dengan adanya Class Meeting," tutur Ketua OSIS MA Tahfidh, A. Ruslianto.
Senada dengan Rusliyanto, Waka Kurikulum MA Tahfidh, K. Alawi Thaha, mengungkapkan bahwa beliau sangat bangga dengan OSIS periode sekarang. "Saya bangga dengan anak-anak OSIS karena bisa melaksanakan acara ini meskipun sebenarnya acara Class Meeting ini tidak harus dilaksanakan di pertengahan tahun," ungkap beliau.
Class Meeting ini dikemas dengan lomba yang bersifat akademik maupun sportif, seperti debat, baca kitab kuning, dan bulu tangkis.
Namun, penyambutan berbeda muncul oleh siswa-siswa kelas XII. Mereka merasa Class Meeting ini mengganggu konsentrasi mereka untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional dan tes masuk perguruan tinggi. "Kami bukannnya tidak setuju dengan Class Meeting ini, tapi kami merasa konsentrasi kami untuk menghadapi UN dan tes masuk perguruan tinggi terganggu. Ditambah lagi Class Meeting ini sepertinya bukan murni program OSIS, tetapi lebih karena didorong oleh keinginan salah seorang pengajar di MA Tahfidh," kata Ahmad Muklas, ketua kelas XII MA Tahfidh.

Senin, Februari 02, 2009

BPBA Meluncurkan Buku Kumpulan Kosa Kata Bahasa Inggris

M. Faiz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Sabtu (31/1) kemarin Biro Pengembangan Bahasa Asing (BPBA) Bahasa Inggris PPA Lubangsa mengadakan acara peluncuran buku panduan bahasa Inggris. Kegiatan ini diselenggarakan oleh BPBA PPA Lubangsa dan ditempatkan di teras Masjid Jamik Annuqayah.
Kegiatan ini dihadiri oleh pengurus harian PPA Lubangsa, pengurus seksi P2P, anggota BPBA, dan tamu undangan lain, yang semuanya berjumlah kurang lebih 40 orang. Tujuan pelaksanaan acara ini adalah untuk melaunching buku kosa kata yang disusun oleh pengurus BPBA Bahasa Inggris. “Buku ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bahasa Inggris bagi anggota BPBA itu sendiri, atau untuk semua pelajar pada umumnya,” ungkap Herman Wahyudi, pengurus BPBA Departemen Publikasi.
Maufiqurrahman selaku ketua BPBA dalam sambutannya mengharap kepada para anggota untuk aktif dalam setiap kegiatan dan juga menghafal kosa kata, karena kesuksesan dalam belajar bahasa salah satunya dicapai dengan menghafal dan berkomunikasi atau latihan berbicara dengan orang lain.
Pada kegiatan tersebut ada acara penyerahan buku kosa kata oleh pengurus BPBA kepada ketua pengurus PPA Lubangsa, Lukman Mahbubi. Lukman memberi respons positif atas terbitnya buku tersebut.

Minggu, Februari 01, 2009

Kelas Amis Telur, Siswa Belajar di Teras

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Suasana proses belajar mengajar di Madrasah Diniyah Latee pada Sabtu (31/1) malam sedikit berbeda. Pasalnya, tidak biasanya siswa-siswa kelas 1A Ibtidai terpaksa mengikuti pelajaran I’lal as-Sharfi di luar kelas. Hal ini disebabkan ruang kelas paling utara di MI Annuqayah yang biasa mereka tempati berbau amis telur dan menyebabkan para siswa kurang kerasan dan tidak konsentrasi mengikuti pelajaran.
Hal ini pun ditanggapi langsung oleh Samsuri Drajat, guru materi I’lal as-Sharfi yang sekaligus menjadi wakil kepala Madrasah Diniyah Latee. “Malam ini kami belajar di luar kelas karena kelas yang biasa ditempati kelas 1A ini berbau amis karena tadi siang di MI diadakan pemberian raport yang dilangsungkan dengan makan bersama yang mungkin salah satu menu utamanya adalah telur,” tutur Syamsuri. “Hal ini membuat saya selaku guru materi I’lal as-Sharfi yang masuk malam ini terpaksa tidak bisa melanjutkan pelajaran karena suasana terlalu bising dan suara saya tidak kedengaran pada seluruh siswa, meskipun pada dasarnya saya sudah siap untuk melanjutkan materi,” lanjutnya.
Namun pendapat berbeda diungkapkan oleh Sullam Hidayat, salah satu siswa kelas 1A. Dia mengatakan sangat gembira karena bisa mengikuti proses belajar mengajar di luar ruangan yang tidak sumpek. “Saya senang sekali bisa belajar di luar kelas karena saya bisa merasakan angin yang sepoi-sepoi sehingga saya tidak merasa sumpek. Meskipun pelajaran yang seharusnya dilanjutkan harus ditunda,” ungkapnya.
Sementara itu, ada pula yang menyampaikan semacam saran terkait kejadian ini. “Mungkin dengan adanya kejadian ini pengurus Diniyah bisa mengambil hikmah sehingga setiap malam sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan mereka bisa mengecek apakah kelas yang akan dipakai tidak kotor dan bau,” kata salah seorang santri.