Selasa, Oktober 29, 2013

Pidato Wisudawan Berprestasi Instika 2013

As-salâmu ’alaykum warahmatulLâh wabarakâtuh

بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، الحمد لله الذي خلق الأرض والسموات، الحمد لله الذي علم العثرات، فسترها على أهلها وأنزل الرحمات، ثم غفرها لهم ومحا السيئات، فله الحمد ملء خزائن البركات، وله الحمد ما تتابعت بالقلب النبضات، وله الحمد ما تعاقبت الخطوات، وله الحمد عدد حبات الرمال في الفلوات، وعدد ذرات الهواء في الأرض والسموات، وعدد الحركات والسكنات، والصلاة والسلام على المصطفى أهل الفضائل والحسنات، والصحب والآل ومن تبع عدد ما كان من الكائنات. أما بعد،

Yang saya ta’dhimi dewan masyayikh Pondok Pesantren Annuqayah beserta seluruh keluarga besar Bani Syarqawi. Yang saya hormati pengurus Yayasan dan pengurus Pesantren Annuqayah, baik pusat maupun daerah. Yang saya ta’dhimi ketua kopertais IV wilayah Jawa Timur. Yang saya hormati Bapak Bupati Sumenep dan kepala kemenag Kabupaten Sumenep. Yang saya hormati Bapak Rektor dan wakil-wakil Rektor Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Yang saya hormati civitas akademika dan seluruh dosen pengajar Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Dan yang saya hormati pula seluruh undangan yang hadir pada acara di pagi menjelang siang ini.

Pertama saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang bersangkutan karena telah memberikan kesempatan pada saya untuk menyampaikan kesan pesan di tempat dan moment yang sangat penting ini, mewakili teman-teman wisudawan dan wisudawati Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Saya merasa malu berdiri di hadapan kalian mewakili teman-teman wisudawan dan wisudawati. Secara keilmuan jujur masih banyak yang lebih pintar dan berwawasan daripada saya, secara etika dan akhlaq masih banyak yang lebih alim dan tawadhu’ daripada saya dan secara umur saya bukanlah wisudawan termuda atau tertua di ruangan ini. Maka dari itu, saya mohon maaf apabila nanti ada kata-kata yang salah atau kurang berkenan di hati para hadirin sekalian.

Hadirin yang saya hormati.
Saya patut bersyukur pada Allah Yang Maha Kuasa karena pada hari ini, saya dihitung sebagai salah satu dari beberapa wisudawan-wisudawati berprestasi di kampus Instika yang saya cintai. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membentuk diri saya hingga menjadi seperti sekarang ini, utamanya Bapak dan Ibu saya yang tak pernah lupa berdoa dan memberikan motivasi kepada saya dan membanting tulang mencari nafkah demi kelanjutan studi saya di perguruan tinggi. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh guru-guru saya, dari guru alif hingga Bapak-Ibu Dosen di kampus Instika, utamanya para Masyayikh Pondok Pesantren Annuqayah; baik yang masih hidup seperti KH. Ahmad Basyir AS, KH. Abd. Warits Ilyas, KH. Abd. Basith AS, dan KH. Abd. Muqsith Idris, maupun yang telah dipanggil oleh Yang Kuasa seperti KH. Ishomuddin AS, KH. Mahfudz Husaini, KH. A. Tsabit Khazin, dan kyai-kyai lainnya yang tak mungkin saya sebutkan semua. Tak lupa pula saya mengucapkan terimakasih buat almamater tercinta, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan menimba ilmu bersama teman-teman empat tahun lamanya.

Berbicara soal prestasi, alhamdulillah saya dan beberapa teman mahasiswa Instika diberi kepercayaan menjadi duta Instika untuk menggaungkan nama Annuqayah di berbagai belahan Nusantara. Awalnya, bagi saya pribadi itu hanyalah mimpi kosong di siang bolong yang rasanya mustahil bisa saya capai. Namun kenyataan berbicara beda, dalam beberapa tahun terakhir saya dan beberapa teman yang juga diwisuda pada hari ini dengan kehendak Allah mampu mencapainya, meneriakkan nama Annuqayah dan membuktikan bahwa kita juga bisa. Makassar, Mataram, Surabaya, Malang, Jogja, Bandung, Depok, Purwokerto, Jakarta, Lampung, bahkan Padang alhmadulillah sudah tahu bahwa di Madura ada kampus bernama Instika dan pondok pesantren bernama Annuqayah yang telah mampu mencetak mahasiswa-mahasiswa berkualitas setara institusi-institusi pendidikan terkenal lainnya. Beberapa kali duta Instika atau Annuqayah secara umum telah mampu menjuarai lomba taraf nasional, bahkan internasional, menyisihkan ratusan bahkan ribuan peserta lainnya. Alhamdulillah, alhamdulillah!

Bagi banyak orang, pencapaian seperti itu tentu merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Bagaimana tidak? Instika yang apa adanya, dengan biaya kuliah murah meriah, fasilitas seadanya, ruang kuliah sederhana, namun mampu bersaing mensejajarkan namanya di deretan nama kampus-kampus lain yang jauh lebih wah dan terkenal di negeri ini. Nama Instika menjadi nama yang diperhitungkan dalam berbagai momen lomba. Tak jarang saya dan beberapa teman lainnya ditanya oleh teman-teman mahasiswa dari luar sana tatkala nama Instika tidak ada dalam list peserta momen lomba; “Instika nggak ikutan? Kenapa?” “Annuqayah gimana? Ikut nggak di Universitas Indonesia nanti?” “Ayo mas! Saya tunggu Annuqayah di Padang nanti! Jangan sampai nggak ikut lo ya!” dan sapaan-sapaan sejenis baik lewat jejaring sosial maupun telpon seluler. Menurut saya, ini adalah bukti kongkrit bahwa Instika sudah dikenal oleh massa, banyak pihak menunggunya, bahkan ada beberapa kampus swasta yang merasa mendapat kehormatan jika bisa bertarung melawan Instika dalam berlomba. Hal ini juga membuktikan bahwa Instika sudah berada pada jejeran kampus yang layak diperhitungkan sebagai kandidat juara dalam berbagai macam kompetisi.

Di sisi lain, ada juga beberapa teman saya yang walaupun tidak membawa nama Instika ke kancah Nasional, tapi juga berjuang dengan giat belajar sehingga mendapatkan nilai IP yang sangat bagus demi mengejar cita-cita. Saya sangat salut pada teman-teman seperti mereka. Mereka dengat giat penuh semangat belajar sementara saya bermalas-malasan, mereka rajin ke perpustakaan membaca buku sementara saya rajin ke kantin membeli makanan, mereka tak pernah telat mengerjakan tugas dari dosen sementara saya selalu mendapatkan warning karena makalah tak selesai-selesai, kemana-mana mereka membawa buku sedangkan saya membawa komik, mereka asyik berdiskusi tentang materi sementara saya asyik ngerumpi, mereka bangun di tengah malam dan berdoa sementara saya terlelap hanyut dalam mimpi, mereka sering dipuji-puji dosen sementara saya sering dimarahi sehingga tak heran jika nilai IP yang mereka raih jauh melangit di atas IP yang saya peroleh. Saya iri karena mereka memiliki prospek yang lebih cerah dibanding mahasiswa tidak jelas seperti saya. Tapi ya sudahlah, mereka memiliki prestasi akademik sementara saya memiliki prestasi di bidang yang lain. Sebab prestasi memang ada dua, yaitu prestasi akademik dan prestasi non akademik. Kami telah memilih jalan masing-masing untuk mengaktualisasikan diri kami dalam berprestasi dan saya merasa bahagia karena kita semua sama-sama berprestasi dengan cara masing-masing.

Namun, setelah saya renungkan dan saya pikirkan dalam-dalam, saya sadar bahwa segudang prestasi yang pernah kita capai itu bukanlah apa-apa. Seperti apapun bentuk medali yang kita dapatkan, setinggi apapun IPK yang kita peroleh, sebanyak apapun gelar yang kita raih, menurut saya artinya tidaklah seberapa. Prestasi-prestasi seperti itu hanyalah prestasi buatan yang diadakan hanya untuk menghormati kemampuan yang kita punya. Sebatas menghargai saja, tidak lebih. Prestasi yang sesungguhnya adalah saat kita mampu menghadapi tantangan hidup yang serba sulit, mampu mempertahankan keimanan di tengah arus globalisasi yang ditandai dengan maraknya paham-paham sekularisme, liberalisme, sikap konsumerisme, anarkisme yang memecah belah pola pikir kita. Dan yang jauh lebih penting dari itu semua adalah mampu memberikan manfaat bagi agama, bangsa dan tanah air. Itulah bentuk pencapaian yang bisa dikatakan sebagai prestasi yang sesungguhnya. خير الناس أنفعهم للناس, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Berguna dan bermanfaat, tentunya hanya orang-orang berkualitas yang bisa berguna dan bermanfaat. Orang yang tidak punya kemampuan dan tidak punya kelebihan dalam artian tidak punya sesuatu untuk diberikan dan dibagikan tentu tidak akan bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Jadi, semakin banyak kelebihan yang kita punya maka semakin banyak pula manfaat yang dapat kita berikan, dan semakin bagus kualitas kemampuan kita miliki itu maka semakin besar pula manfaat yang dapat kita bagikan. Menjadi sarjana S-1 merupakan langkah awal menuju hal itu. Ilmu yang kita miliki, skill yang kita punya sambil kita manfaatkan sambil juga kita kembangkan.

Stay hungry, stay foolish! Jangan pernah merasa puas, tetaplah merasa bodoh! Tidak ada akhir dalam mencari ilmu, tidak ada akhir untuk selalu berkembang. Push yourself to the limit! Marilah kita kembangkan diri kita hingga sampai pada batas kemampuan maksimal. Jangan pernah merasa puas, sebab nabi Muhammad bersabda: من قال إني عالم فهو جاهل orang yang berkata “saya pintar” adalah orang bodoh. Orang yang puas dengan apa yang telah dicapainya adalah orang gagal. Kita anggap gelar sarjana yang disematkan di belakang nama kita sebagai pecut untuk tetap melaju berkembang ke arah yang lebih baik. Tak ada kata finish dalam upaya menjadi lebih baik hingga ajal tiba. اطلب العلم من المعهد إلى اللحد. Belajar, belajar dan tetap belajar!

Dan yang terakhir, saya mewakili teman-teman wisudawan-wisudawati Instika 2013 mohon maaf kepada seluruh civitas akademika Instika tanpa terkecuali, dan kepada seluruh dosen pengajar dari awal kami masuk kuliah hingga hari ini. Kami sadar selama kami belajar dan menutut ilmu di kampus Instika, sudah tak terhitung berapa kali kami berbuat kesalahan yang membuat kalian kesal, tersinggung bahkan marah. Semoga amal kalian dalam mengayomi dan mendidik kami, baik di kampus maupun di luar kampus mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah Yang Maha Esa. Amin, ya Rabbal ‘alamin.
نسأل الله عز وجل أن يجمعنا في  جنات النعيم، وأن يقينا وإياك سوء الفتن ما ظهر منها وما بطن، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.
Wassalâmu ‘alaykum warahmatulLâh wabarakâtuh

Guluk-Guluk, 27 Oktober 2013 M
                        22 Dzul Hijjah 1434 H

Umarul Faruq
 

Minggu, Oktober 27, 2013

IAA Pamekasan Kembangkan Sayap Kealumnian


Anam Al-Yumna, alumnus PPA Latee, wartawan Kabar Madura

PAMEKASAN—Setelah seminggu sebelumnya dilangsungkan pemilihan Ketua Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Pamekasan, kepengurusan yang dipimpin H. Miftahunna'iem ini menggelar rapat, Jumat (25/10) lalu. Bertempat di area monumen Arek Lancor Pamekasan, rapat tersebut mengagendakan kelengkapan pengurus dan penyusunan program kerja.

“Rapat ini menghasilkan beberapa keputusan penting. Keputusan yang pertama ialah IAA Pamekasan perlu mengadakan pengajian rutim tiap bulan dengan mendatangkan masyayikh Annuqayah,” terang Ketua IAA Pamekasan, H Miftahunna’iem.

Dikatakan oleh pria asal Dusun Maddis, Desa Pamaroh, Kecamatan Kadur, Pamekasan ini, masyayikh Annuqayah yang dimaksud ialah K.H. Ahmad Basyir, AS dan Drs. K.H. A. Warits Ilyas. Mengenai waktu pelaksanaannya, masih akan disampaikan di kemudian hari.

“Kedua, IAA Pamekasan perlu mengembangkan sayap pencarian dan pendataan alumni melalui pemetaan wilayah dan penentuan tokoh publik. Di Pamekasan, terdapat 13 kecamatan. Dari ketigabelas kecamatan tersebut, untuk kepentingan pengembangan dimaksud, disepakati untuk dipetakan menjadi tujuh wilayah,” ujarnya.

Untuk wilayah pertama, tambahnya, meliputi Kecamatan Batumarmar, Waru, dan Pasean. Di daerah ini, tokohnya ialah K.H. M. Shadiq. Imam Sajjad dan Hermanto diamanahi sebagai tim lapangan.

Kedua, wilayah Kecamatan Pademawu, dengan tokohnya adalah K.H. Moh. Waqid Abdullah. Fathor Rachman Utsman dan Ahmad Zairi berperan sebagai tim lapangan.

Ketiga, wilayah Kecamatan Galis dan Larangan. Di daerah ini, K.H. Mudatssir Sahlan didaulat sebagai tokohnya. Adapun tim lapangannya terdapat tiga orang, yaitu H. Miftahunna’iem, Muaddin Musleh, dan K. Abrari Hasyim.

Keempat, wilayah Kecamatan Kadur dengan tokoh Jam'an, M.Pd. Sedangkan tim lapangannya digenggam oleh Suto Abdur Rahman dan Lisab.

Kelima, wilayah Kecamatan Pagentenan dan Palengaan. Di wilayah ini, K.H. Basri Hasan, S.Ag menjadi tokoh, dengan tim lapangan Ahmad Wiyono dan Tabri Syaifullah Munir.

Keenam, wilayah Kecamatan Kota, Tlanakan, dan Proppo, dengan tim lapangan: Umar, Hosnan, dan Taufan Ahmadi. Ketujuh, wilayah Kecamatan Pakong, dengan tim lapangan: Ust Kamaluddin dan Fathor Rozi. Untuk wilayah enam dan tujuh ini, hingga berita ini diturunkan, masih belum ditemukan tokoh alumni Annuqayah.

“Dalam pada itu, kami mohon masukan dan saran-saran untuk mengembangkan keanggotaan IAA Pamekasan dari semua alumni dan para simpatisan IAA Pamekasan,” tambah Sekretaris IAA Pamekasan, Fathor Rachman Utsman.


Minggu, Oktober 20, 2013

IAA Pamekasan Resmi Dibentuk


Hairul Anam, Alumnus PPA Latee, Wartawan Kabar Madura

Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Pamekasan resmi dibentuk, Jumat (19/10) kemarin. Bertempat di kediaman salah seorang alumnus Annuqayah, H Miftahun Na’iem, Maddis, Desa Blumbungan, Kecamatan Kadur, Pamekasan, acara tersebut dihadiri oleh KH Basri Hasan (salah seorang pengasuh Annuqayah), Ketua IAA Pusat KH Ahmad Mawardi Jazuli beserta jajaran pengurus, dan tidak kurang dari 50 perwakilan alumni Annuqayah yang tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan.

Usai shalat Jumat, sekitar pukul 13.00 WIB, dipandu oleh H Mahmudi, proses pembentukan tersebut diawali dengan pemilihan Ketua IAA Cabang Pamekasan. Setelah muncul nama-nama, akhirnya H Miftahun Na’iem mengemban amanah untuk menakhodai IAA Cabang Pamekasan. Lelaki kelahiran Pamekasan ini terpilih secara aklamasi.

KH Ahmad Mawardi Jazuli dalam sambutannya menegaskan, alumni Annuqayah sudah banyak mengabdi di berbagai tempat. Sebut saja di pulau Jawa, Sumatra, Papua, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Bahkan, tersebar hingga ke luar negeri.

“Ini potensi besar. Manakala terus dilakukan komunikasi secara terus-menerus, tentu bisa menjadi kekuatan positif dalam memajukan bangsa dan agama,” terang lelaki yang juga tercatat sebagai anggota DPRD Sumenep ini.

Pihaknya berharap, di Kabupaten Pamekasan, pengurus IAA bisa terbentuk hingga ke tingkat kecamatan. Di Sumenep, terang K Mawardi, itu sudah tercapai.

“Sebagai pengurus IAA Pusat, kami berharap, daerah yang belum terbentuk IAA, bisa segera terbentuk. Di organisasi ini ada bidang usaha. Karenanya, mari berupaya untuk melakukan terobosan-terobosan,” ujarnya.

K Mawardi mencontohkan usaha IAA Kabupaten Sumenep. IAA Sumenep telah mengadakan urunan untuk membeli tanah. Dalam hal ini, menggerakkan usaha properti. Nantinya, hasilnya akan dipersentasekan untuk juga diberikan ke Annuqayah.

"Kita akan berjalan bersama. Apa yang bisa kita inveskan ke alumni di Pamekasan, nanti kita usahakan. Saling memberikan manfaat adalah kuncinya," tekannya.

Usai K Mawardi memberikan sambuatan dan arahan, Koordinator Divisi Usaha, K Kurdi Khan menjelaskan sekilas keberhasilan usaha yang telah dan sedang dilakukan IAA Pusat, dalam hal ini, ialah IAA Kabupaten Sumenep.

“Salah satu usaha yang sudah dikelola adalah usaha properti. Kami sudah mencoba mulai dari prinsip usaha yang kami garap, agar tidak terjebak pada kepentingan pribadi. Prinsip usaha di dalamnya ialah membangun kebersamaan dan silaturrahim. Bukan semata-mata mencari keuntungan belaka, melainkan itu menjadi pintu masuk pada pembangunan silaturrahim antar-sesama alumni. Uang bukanlah segalanya,” beber K Kurdi Khan.

Diungkapkan, dari perjalanan 1,5 bulan, penggarapan properti tersebut mengalami peningkatan yang menggembirakan. Dengan nilai investasi awal Rp. 123.600.000, saat ini, tanah yang dibeli itu, ada yang menawar Rp 150 juta.

“Padahal, baru kita lunasi sekitar sepuluh hari yang lalu. Karena nilai jual tanah di Sumenep terus naik, maka kami pertahankan untuk tidak dijual. Kami target Rp 2 juta per meter, ujung-ujungnya nanti bisa mencapai Rp 200 juta,” gagasnya penuh semangat.

Menurutnya, usaha properti terbilang tidak terlalu rumet; tidak ada penjaga, tidak ada sistem yang terlalu mengikat. “Saham-saham yang bersumber dari setoran pengurus alumni di Sumenep, kami investasikan ke properti. Penghasilannya nanti, kami alokasikan untuk diberikan ke Annuqayah sebesar 25 persen. Bisa berwujud beasiswa bagi santri tak mampu yang berprestasi,” tukasnya.

Usai sambutan dan pengarahan pengurus IAA Pusat, acara dilanjutkan dengan diskusi dan atau tanya jawab. Tabri S Munir, alumnus Annuqayah Latee yang kini menjadi Wartawan Sport Harian Pagi Kabar Madura tampil kali pertama.

“Sebelumnya, kami sangat bangga bila Annuqayah dikenalkan sebagai pesantren yang cinta lingkungan. Dulu Annuqayah dapat Kalpataru. Jadi, mohon properti dipertimbangkan lagi,” usulnya.

Namun demikian, bila properti dipandang penting, pihaknya menyatakan penting adanya master plan yang jelas. “Misalnya tanah tersebut nantinya akan dibangun rumah khusus, mana lahan yang akan dibeli, dan berapa rumah yang akan dibangun,” kata Tabri menggambarkan.

“Annuqayah ini dikenal dekat dengan masyarakat, karena dekat dengan masyarakat kecil, maka usaha properti bisa dijalankan untuk mengikuti perkembangan zaman, tetapi tidak sampai meninggalkan usaha yang bersentuhan dengan masyarakat kecil,” pungkasnya.

Usai Tabri S Munir, Fathorrachman juga tampil berbicara. Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) ini menyatakan tertarik bila IAA Pusat mau membangun usaha properti.

“Dana Rp 126 juta itu terlalu kecil. Jadi, mari kita tidak hanya berwacana. Sekarang kita langsung tentukan siapa saja yang mau berinvestasi. Untuk master plan, ada pengurus IAA Pusat. Kemudian, mohon dibentuk sekarang kepengurusannya,” terang Oong, panggilan akrab Fathorrachman.

Ditambahkan oleh Oong, alumni Annuqayah diharapkan tidak hanya bergerak di wilayah ekonomi, tetapi juga bisa merambah ke yang lebih luas, semisal pemerintahan dan legislatif.

Semua usul alumni ditanggapi secara positif oleh pengurus IAA Pusat. Atas semua itu, pengurus IAA Pusat menenkan betapa usaha yang sudah dan yang akan diadakan nantinya harus terus berpijak pada niatan mempererat jalinan komunikasi dan silaturrahim antar-alumni Annuqayah.

Sementara itu, K Basri Hasan, salah seorang pengasuh Annuqayah, dalam tausiyahnya juga menyatakan bangga atas pembentukan IAA di berbagai daearah. “Kepedulian terhadap Annuqayah harus terus kita bina. Pembentukan organisasi ini, mari kita luruskan niat terlebih dahulu: apa niat kita membentuk IAA Pamekasan?” terang kiai yang kini menjadi pengasuh pondok pesantren di daerah Blumbungan, Larangan, Pamekasan ini.

“Niat ini menjadi inti poin dari langkah kita. Jangan sampai menjadi organisasi yang sektarian. Karena dengan berbagai warna, dimungkinkan hal itu terjadi. Teman-teman tadi menyinggung pengembangan ekonomi. Ini penting,” terang Kiai Basri Hasan.

Lebih dari itu, selanya, IAA harus benar-benar menjadi kontrol, support, dan bisa memagari dari hal-hal yang semestinya tidak terjadi di Annuqayah. “Saya lihat Annuqayah saat ini sedang krisis. Pertama, krisis kepemimpinan,” ungkapnya.

Ketika K Basyir dan K Warits tidak ada, misalnya bepergian, kata Kiai Basri Hasan, penggantinya sepertinya tidak ada. Karenanya, alumni diharapkan bisa memberi masukan.

“Kedua, krisis pemikiran. Munculnya pemikiran liberal. Ketiga, krisis keilmuan. Contohnya saja dalam kemampuan kitabiyah. Ngennes abe', bagaimana kelanjutan pondok pesantren ke depan sesuai cita-cita terdahulu masyayikh pesantren,” ujarnya.

Kiai Basri Hasan juga menghadirkan contoh krisis kepemimpinan saat ini di Annuqayah. Menurutnya, ketua pengurus PP Annuqayah, K Ainul Yaqin, sudah berakhir masa kepemimpinannya, sehingga di-Plt-kan kepada K Moh. Naqib Hasan.

Dalam kesempatan itu, pengurus IAA Cabang Pamekasan dibentuk, setelah sebelumnya dibuat tim formatur. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan pengurus IAA Cabang Pamekasan, dalam waktu dekat ini akan dilangsungkan launching IAA Cabang Pamekasan yang tempatnya belum ditentukan.