Senin, April 30, 2012

Markaz Bahasa Arab Bata-Bata Kunjungi Annuqayah


Umarul Faruq, PPA Latee

Guluk-Guluk—Kamis (26/4), sebanyak 60 orang santri Markaz Tarqiyatil Lughah Al-Arabiyah PP Mambaul Ulum Bata-Bata mengadakan ziyarah wuddiyah (kunjungan persahabatan) ke Markazul Lughah al-Arabiyah PP Annuqayah. Rombongan ini tiba di lingkungan PP Annuqayah sekitar pukul 17.30 WIB. Mereka mengendarai bus bertuliskan “Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata”.

Menjelang maghrib, seluruh rombongan sudah berkumpul di kantor Markazul Lughah al-Arabiyah PP Annuqayah dan bersiap-siap untuk shalat jama’ah maghrib di Mushalla PP Annuqayah daerah Latee. Rencananya setelah shalat jama’ah maghrib akan diisi dengan kata sambutan dan tausiah dari salah satu pengasuh PP Annuqayah, KH Ahmad Basyir AS. Namun karena beliau berhalangan, beliau hanya sempat menyampaikan ahlan wasahlan untuk rombongan dari Bata-Bata ini.

“Setelah ini semua santri Latee wajib hadir ke Masjid Jamik Annuqayah untuk istighatsah,” kata K Basyir seusai shalat jama’ah maghrib. “Dan untuk tamu yang datang dari Bata-Bata, saya mohon maaf karena tidak bisa menyampaikan apa-apa selain ahlan wasahlan di Pondok Pesantren Annuqayah. Soalnya malam ini banyak acara yang tumpang tindih. Sekarang ada istighatsah bersama. Setelah isya’ nanti semua keluarga Annuqayah akan ke Pakamban untuk peringatan 40 hari wafatnya K. Fauzi. Saya juga diundang untuk menghadiri acara Lailatul Qira’ah di barat sana (halaman Masjid Jamik, red). Jadi sekali mohon maaf kalau sambutannya kurang berkenan,” lanjut beliau.

Akhirnya yang menyambut mereka hanya pengurus Markaz saja. Itu pun tidak semua.

“Acara yang tumpang tindih membuat kami kebingungan harus bagaimana,” keluh Ibnu Hajar, Direktur Markaz Annuqayah. “Siangnya Pawai al-Quran, habis maghrib istighatsah, habis isya’ malam puncak Lailatul Qira’ah, ditambah lagi besok siang ada acara penyambutan, dan semua melibatkan santri Annuqayah yang terdiri dari banyak daerah,” tambahnya.

“Untungnya, perizinan menempati Mushalla Latee untuk shalat jama’ah maghrib tidak terlalu ribet,” kata Umarul Faruq, Direktur Darul Lughah Latee.

Namun walaupun penuh kendala, acara ziyarah wuddiyah tetap berjalan lancar. Semua rombongan kembali lagi ke kantor Markaz setelah shalat maghrib untuk acara ramah tamah dan sharing program dengan pengurus Markaz Annuqayah. Acara sharing ini berlangsung tanpa ada partisipasi dari santri Annuqayah, sebab mereka mengikuti acara istighatsah di Masjid Jamik Annuqayah. Baru menjelang isya’, setelah acara istighatsah selesai, mereka datang dan bergabung dalam acara sharing ini.

Setelah isya’ semua santri anggota Markaz Bahasa Arab dari setiap daerah di Annuqayah diundang hadir ke Aula asy-Syarqawi untuk sama-sama menjamu rombongan ziyarah wuddiyah dari Markaz bahasa Arab PP Mambaul Ulum Bata-Bata. Acara dikemas dengan berbagai macam pertunjukan dari kedua belah pihak: Annuqayah dan Mambaul Ulum. Ada pidato, baca puisi, drama, humor, dan nyanyi.

Acara ini dimeriahkan dengan berbagai macam penampilan. Dimulai dari muhadatsah antara santri Annuqayah dan santri Mambaul Ulum, lalu penampilan pidato sang juara Jawa Timur, Ach. Fauzi, kemudian drama komedi bertema “mamlakah” dengan sutradara Ali Makki. Setelah itu musikalisasi puisi gaya timur tengah dari tim Fazabinal Alim yang bernuansa Jalaluddin Rumi, dan penampilan-penampilan terbaik lainnya baik dari santri Annuqayah maupun Mambaul Ulum. Mereka terlihat berusaha semaksimal mungkin menunjukkan kemampuan masing-masing lewat panampilan yang mereka bawakan.

Namun, satu suguhan menarik dari PP Annuqayah yang notabene masih baru di dunia pesantren adalah penampilan boyband Darul Lughah yang bernama Rijal Delfish. Penampilan ini menjadi penampilan pamungkas sebelum acara ditutup. Satu lagu berjudul Ta’allamu al-‘Arabiyyah (belajarlah bahasa Arab) yang dibawakan oleh tiga vokalisnya, Noris Z Tenk, Afa Rifzi, dan Zawaya Alby Halim membuat penonton histeris dan bertepuk tangan riuh. Boyband tak resmi beranggotakan tujuh orang ini tampil dengan performa yang enerjik, menari begitu kompak dan indah. Tidak seorang penonton pun yang mengalihkan pandangan mereka dari penampilan Rijal Delfish walau hanya sesaat.

Ibnu Hajar selaku direktur Markaz mempunyai kesan tersendiri dari acara ini. “Saya sangat bangga selaku direktur Markazul Lughah al-‘Arabiyah Pondok Pesantren Annuqayah periode saat ini, sebab perkembangan bahasa Arab di Annuqayah begitu menakjubkan. Tak heran jika Annuqayah mulai menarik perhatian berbagai pondok pesantren di Madura untuk berkunjung ke Annuqayah,” katanya dengan senyum mengembang.

Acara berakhir dengan pemberian kenang-kenangan dari direktur Markaz Bahasa Arab Annuqayah kepada ketua Markaz Bahasa Arab Mambaul Ulum. Tepat pukul 23.45 WIB, rombongan dari Mambaul Ulum pulang ke Bata-Bata.

Sabtu, April 28, 2012

Hari Bumi, PSG Refleksi di TPA Annuqayah

Indah Susanti, PPA Karang Jati Putri

Guluk-Guluk—Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah kembali melalukan aksi dalam rangka memperingati Hari Bumi tanggal 22 April 2012. Acaranya sekaligus dalam rangka merayakan ulang tahun PSG yang ke-4. Agenda kegiatan di Hari Bumi memang sudah menjadi kegiatan rutin PSG setiap tahun.

Tahun ini, perayaan Hari Bumi diformat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, baik mulai dari persiapan dan aksi yang dilakukan. Biasanya anggota PSG hanya memulung sampah di TPA (tempat pembuangan sampah akhir) Annuqayah. Namun tahun ini anggota PSG langsung terjun lapangan, yaitu bersosialisasi di lembaga pendidikan dan masyarakat Annuqayah. Bentuknya dengan menempelkan poster-poster dan membagikan kartu ucapan bertema Hari Bumi pada setiap orang yang dijumpai.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yaitu dari tanggal 21-22 April 2012. Hari pertama, Sabtu, 21 April 2012, sekitar pukul 15.30 WIB semua anggota PSG berkumpul melakukan pembuatan poster-poter dan kartu ucapan. Seluruh anggota PSG dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan tim masing-masing, yakni tim sampah plastik, pupuk organik, dan konservasi pangan lokal. Kegiatan ini berlangsung di lingkungan SMA 3 Annuqayah.

Hari kedua, tepat Hari Bumi, pada pukul 5.15 WIB, anggota PSG menuju Bukit Lancaran. Tujuannya adalah TPA Annuqayah. Agenda acaranya adalah refleksi Hari Bumi. Tempat acara refleksi ini diusulkan oleh salah satu anggota senior PSG, Aminatuz Zahroh, kelas XI IPS 1. Selain udaranya sejuk, juga bertujuan supaya anggota PSG, terutama anggota PSG yang baru, dapat bersentuhan langsung dengan sampah.

Mereka didampingi Mus’idah Amien, guru pendamping kegiatan lingkungan di SMA 3 Annuqayah, dan juga kepala SMA 3 Annuqayah, K. M Mushthafa, M.A. Anggota PSG yang ke Bukit Lancaran berjumlah 45 orang.

Tiba di Bukit Lancaran sekitar pukul 5.45 WIB. Semua anggota PSG berdiri membentuk lingkaran di atas tumpukan sampah. Setelah anggota PSG berkumpul , acara refleksi pun dimulai. Refleksi dipimpin oleh K. M Mushthafa yang juga merupakan perintis PSG SMA 3 Annuqayah.

Acara dimulai dengan menyanyikan Mars Lingkungan PSG yang digubah oleh K. Muhammad-Affan, salah seorang guru dan perintis kegiatan lingkungan di Madaris 3 Annuqayah. Acara juga ditutup dengan menyanyikan lagu Mars Lingkungan.

Acara refleksi berlangsung sekitar kurang lebih satu jam. K. M Mushthafa menceritakan sejarah Hari Bumi dan para aktivis lingkungan yang sudah berkeliling dunia dengan tujuan supaya anggota PSG mengetahui kenapa tanggal 22 April disebut Hari Bumi dan kenapa kita harus menjaga lingkungan.

Setelah acara refleksi di TPA Lancaran, anggota PSG melakukan aksi penempelan poster-poster di kompleks dan masyarakat sekitar Annuqayah. Namun sebelum aksi penempelan poster dilakukan, anggota PSG bersosialisasi tentang poster dari masing-masing tim di SMA 3 Annuqayah yang melibatkan siswa Madaris 3 Annuqayah (MI 3 Annuqayah, MTs 3 Annuqayah, dan SMA 3 Annuqayah).

Sekitar pukul 10.00 WIB, Mus’idah Amien meminta perwakilan anggota PSG yang sudah senior, yakni yang duduk di kelas XII, dari setiap tim, yaitu Qurratul Aini, Indah Susanti, Nurul Wahyuni, Fitriyah, dan Mamluatus Sa’adah, untuk menempel poster di lembaga pendidikan dan toko-toko di Annuqayah.

“Dek, numpang foto posternya ya? Buat update status di Facebook,” kata seorang bapak setengah baya tersenyum menghampiri Indah Susanti saat menempel poster di depan Toko Yayasan Annuqayah.

“Peringatan Hari Bumi oleh PSG tahun ini berlangsung lebih seru dibanding tahun-tahun sebelumnya,” demikian komentar salah seorang anggota PSG. Kegiatannya masih dalam semangat yang sama, yakni menumbuhkan kecintaan untuk merawat bumi.

Penempelan poster berakhir sekitar pukul 11.00 WIB.

Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.

Jumat, April 27, 2012

Persiapan Sebulan, BEM Rintis FCB IV Nasional


Fandrik HS Putra, Instik Annuqayah

Guluk-GulukTahun ini, Badan Eksekutif  Mahasiswa (BEM) Instika dipastikan akan kembali menggelar acara Festival Cinta Buku (FCB) IV berskala nasional. Acara yang mengusung tema Membangun Peradaban Bersama Buku” itu akan berlangsung selama seminggu, terhitung sejak tanggal 20-26 Mei 2012 di Aula as-Syarqawi.

Acara tersebut akan dimeriahkan dengan beberapa lomba: cerpen dan esai tingkat mahasiswa se-Indonesia, menulis resensi tingkat umum se-Madura, debat tingkat SLTA se-Madura, dan baca puisi tingkat umum se-Madura. Selain itu, ada acara bedah buku, pentas seni, bazar buku murah, bedah film, serta seminar regional bertema “Nasionalisasi Aset Bangsa: Membendung Industrialisasi Migas di Madura” yang akan menjadi pembuka acara.

Buku-buku yang akan dibedah ada empat: Pembaruan Hukum Islam karya Dr. K.H. Maltuf Siroj, M.Ag., Garam, Kekerasan, dan Aduan Sapi, buah pikir Huub De Jonge, kumpulan cerpen Para Nabi dalam Botol Anggur buah tangan Ach. Dhofir Zuhry, dan antologi puisi Labuk Dhellika buah imaji Yan Zafin Aundjand.

FCB yang selalu dilaksanakan dalam empat tahun terakhir ini merupakan yang pertama kali dinamakan FCB Nasional. Tahun pertama FCB hanya diikuti oleh peserta berskala lokal, yakni se-Sumenep, sedangkan tahun kedua dan ketiga diikuti oleh peserta se-Madura.

“Kami merintis FCB Nasional agar Instika juga tambah dikenal di Nusantara. Selain itu, rintisan FCB ini untuk memberikan kesan bahwa Keluarga Besar Mahasiswa (BEM, DPM dan LPM) tidak hanya bisa berpartisipasi di acara luar kampus baik itu berupa undangan kegiatan kemahasiswaan atau berpartisipasi dalam bentuk lomba,” ungkap Ubaidullah Muayyad, ketua panitia.

Ubaid, panggilannya, mengaku bahwa FCB IV Nasional dipersiapkan hanya sebulan. Kali pertama rapat pembentukan panitia dilakukan pada awal bulan April. Kemudian, rampungnya struktur panitia, pembuatan Term of Reference (TOR), dan pengajuan proposal persetujuan kegiatan ke kampus dilakukan pertengahan April.

Karena persiapan yang begitu sempit, ia berani mempamitkan beberapa panitia yang dirasa memiliki peran penting untuk non-aktif dari pesantren sejak tanggal 20 April-27 Mei 2012. Mereka adalah Akmaluddin, ketua Sterring Committee (SC), Ubaidullauh Muayyad (ketua panitia), Taufikurrahman (sekretaris), Muslimu (bendahara), dan Fandrik Ahmad (koord. SC tim lomba). Kesemua orang tersebut adalah santri PPA Lubangsa.

“Tanpa mengeyampingkan peran panitia yang lain, mereka benar-benar sangat dibutuhkan. Dan, alhamdulillah, dengan demikian kami lebih fokus mempersiapkan acara,” paparnya saat di kantor BEM (25/04).

Akmaluddin mengatakan, sampai saat ini (26/04) panitia masih terus melengkapi segala hal teknis, seperti penyaji bedah buku, pengumuman dan undangan partisipasi lomba, para juri lomba, undangan pementasan, proposal dana, dan lain-lain.

Pengumuman dan undangan partisipasi lomba sudah disebar ke beberapa lembaga pendidikan di Madura. Sedangkan di luar Madura, informasi lombanya menggunakan jejaring sosial facebook.

Ia mengungkapkan, dari keempat buku yang akan dibedah, yang masih belum clear adalah buku karya Huub de Jonge.

“Bila si penulis (Huub De Jonge) tidak bisa hadir, kami sudah memiliki solusi pembedah lain yang juga banyak tahu tentang Madura. Bahkan, ia juga telah melahirkan buku tentang Madura,” ungkapnya yang kurang berkenan mengatakan nama penyaji itu karena masih dalam proses komunikasi.

Sedangkan untuk bazar buku, yang akan berpartisipasi dimungkinkan sudah lebih dari sepuluh penerbit atau toko buku.

“Sekarang kami lebih fokus pada pengadaan dana acara. Sebab, dana yang dibutuhkan tidak sedikit, yakni empat puluh juta lebih. Pihak kampus angkat tangan dan hanya akan membantu menyumbangkan dana semampunya,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, wajar dana FCB untuk tahun ini besar mengingat besaran hadiah lomba untuk saat ini diumumkan, tidak seperti FCB tahun-tahun sebelumnya yang besaran hadiahnya disembunyikan. 

“Kami tidak ingin para juara nanti merasa kecewa karena hadiah lomba tidak sesuai yang diharapkan. Selain itu, rintisan FCB Nasional tahun ini untuk mengembalikan citra FCB yang pada tahun sebelumnya sedikit tercoreng karena ketidakjelasan hadiah lomba serta persiapan panitia yang kurang matang,” paparnya.

Sabtu, April 21, 2012

Juara Umum, Buah Manis Perjuangan Panjang


Umarul Faruq, PPA Latee

Ajaib! Itulah kata yang pantas diucapkan melihat prestasi Annuqayah akhir-akhir ini. Belum lewat seperempat  tahun 2012, sudah tak terhitung jumlah piala yang digaet santri Annuqayah, dari yang tingkat regional hingga internasional semua sudah ada.

Namun kali ini berbeda, sebab piala yang diboyong bukanlah piala biasa, melainkan piala Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) untuk juara umum Perlombaan Bahasa Arab di acara Festival Timur Tengah 2012 yang diadakan Universitas Indonesia.  Acara bergengsi bertaraf nasional ini diikuti oleh ratusan santri/siswa dan mahasiswa se-Indonesia dan belangsung sejak 16-18 April 2012. Pada akhirnya, Annuqayah-lah yang berhasil membawa pulang piala juara umum untuk kategori santri/siswa.

Tapi jangan dikira keberhasilan ini diraih dengan jalan mudah. Sebab sejak jauh hari sebelumnya tidak sedikit aral yang merintangi perjuangan santri Annuqayah untuk mengikuti acara tersebut. Sebut saja masalah finansial. Mereka harus merogoh kantong begitu dalam untuk bisa mengikuti acara ini. Selain itu mereka juga harus pontang-panting ke sana kemari mencari relawan yang bersedia meringankan beban biaya transportasi untuk tiba di Jakarta.

Tak hanya itu, persyaratan lomba yang begitu njlimet juga membuat peluh mengucur semakin deras. Pada akhirnya, dari sekian peminat, yang berhasil berangkat hanya 15 orang yang terbagi menjadi dua rombongan. Rombongan pertama utusan Instika berjumlah 7 orang untuk kategori mahasiswa dan rombongan kedua utusan Markazul Lughah dan Darul Lughah berjumlah 8 orang untuk kategori siswa. 3 orang di antara mereka bertindak sebagai official, yaitu Abd. Basid, S.Th.I sebagai official rombongan pertama, saya dan Ibnu Hajar sebagai official rombongan kedua.

"Sebenarnya, pemilahahan rombongan kedua menjadi utusan Markazul Lughan dan Darul Lughah hanya untuk mematuhi peraturan panitia yang membatasi jumlah peserta di setiap cabang lomba," kata Ibnu Hajar yang mengurus masalah adminstrasi, sarana dan prasarana rombongan. Sementara untuk persiapan peserta mengikui lomba yang saya tangani semua sudah beres, walaupun masih ada sedikit kekurangan.

Kemudian, setelah semua persyaratan dipenuhi, dan persiapan untuk mengikuti lomba sudah cukup matang, maka tibalah waktu pemberangkatan. Akan tetapi rintangan baru menghadang lagi. Tepat di hari pemberangkatan, hampir semua peserta utusan Markazul Lughah dan Darul Lughah sakit. Ada yang demam, sakit kepala, mencret, bahkan ada yang kena bisul. Kondisi tubuh tidak lagi mengizinkan untuk bisa bepergian jauh ke Jakarta. Bahkan Moh. Amirullah dan Moh. Ainur Ridha harus berobat ke dokter menjelang waktu berangkat. Sementara yang lain harus minum obat dan istirahat penuh, termasuk official-nya, saya sendiri.

Yang bisa dibilang benar-benar fit dari rombongan ini hanyalah Ibnu Hajar dan Ahmad Munawwir. Hampir saja rombongan kedua ini gagal berangkat, kalau tidak karena kekeraskepalaan mereka untuk tetap berangkat.

Pada akhirnya, kami berangkat walaupun dengan biaya pas-pasan dan kondisi tubuh yang kurang fit. Tapi lagi-lagi hadangan baru merintangi. Setibanya di Surabaya, ternyata tiket kereta jurusan Jakarta sudah tidak tersisa, baik di Gubeng maupun Pasar Turi, begitu juga Wonokromo. Perasaan putus asa mulai menghantui. Ibnu Hajar selaku official masih terus keliling Surabaya dengan harapan masih ada tiket yang tersisa. Syukurlah, berkat bantuan Moh. Ilyas, alumnus PP Annuqayah yang tinggal di Surabaya, akhirnya kami dapat tiket kereta ekonomi, walaupun harus membayar dengan harga yang lebih tinggi.

Yang namanya kereta ekonomi, sudah bisa dipastikan layanannya serba sangat terbatas. Toilet jorok, air kotor, kursi tidak empuk, gerbong pengap, udara panas, di sana-sini banyak pedagang asongan, mau tidur juga tidak nyenyak karena rawan copet dan pencuri. Setelah menempuh perjalanan 18 jam, akhirnya kita tiba di Jakarta dengan mata merah karena ngantuk.

Tapi alhamdulillah, acara Festival Timur Tengah selama tiga hari empat malam bisa kami ikuti dengan maksimal. Lomba demi lomba berlalu begitu menegangkan, terutama lomba debat bahasa Arab. Tidak hanya anggota tim, official juga ikut dibuat pusing mencarikan referensi dan argumentasi agar tim debat bisa lolos ke babak berikutnya. Banyak waktu tidur yang tersita untuk pesiapan lomba. Sementara untuk lomba yang lain, kontingen utusan Markazul Lughah dan Darul Lughah hanya mengikuti cabang lomba pidato bahasa Arab. Hal itu karena santri Annuqayah yang rencananya akan diikutkan di cabang lomba baca cerita dan baca puisi berhalangan karena harus mengikuti Ujian Nasional.

Bertepatan dengan Rabu malam, 18 April 2012, pukul 18.30 WIB, acara Festival Timur Tengah 2012 diparipurnai dengan closing ceremony dan pengumuman para juara lomba. Tiga gelar juara diraih oleh kontingen Annuqayah, yaitu juara kedua lomba debat bahasa Arab kategori siswa/santri atas nama Fakhrur Razi, A. Munawwir, dan Musyfiqur Rahman. Juara pertama dan ketiga lomba pidato bahasa Arab kategori siswa/santri diraih Moh. Amirullah dan Ah. Ainul Yaqin Amrullah.

Lalu tibalah waktunya pengumuman juara umum acara Festival Timur Tengah 2012. Semua mata melihat ke pembawa acara. Suasana ruangan yang awalnya riuh menjadi senyap. Lampu ruangan diredupkan untuk menambah nuansa dramatis. Pembawa acara sengaja berhenti sejenak sehingga membuat jantung berdegup kencang. Dengan diringi alunan instrumen yang mengaduk dada, nama "Markazul Lughah Annuqayah" disebut sang pembawa acara sebagai juara umum kategori siswa/santri. Sementara untuk kategori mahasiswa, juara umum diraih oleh UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Acara penutupan pun selesai. Tiba-tiba saja banyak yang minta foto bersama. Dengan senyum lebar, kilatan-kilatan lampu blits menerpa wajah kami. Namun suasana itu tidak berlangsung lama, karena panitia harus segera bersih-bersih. Setelah itu kami pulang ke asrama dengan senyum mengembang sepanjang perjalanan. Ucapan selamat datang dari sana-sini.

Malam itu kami tidur dengan nyenyak. Keesokan harinya, Kamis, 19 April, semua kontingen boleh pulang ke daerah asal masing-masing. Tapi tiket yang kami pesan jadwalnya masih hari Jumat (20/4). Jadi kami pulang ke Annuqayah keesokan harinya.

“Ayo siapa yang mau membawa pialanya?” tanya saya ketika tiba di Stasiun Senen untuk pulang. Tidak ada seorang pun dari kami yang berebut mau repot-repot membawa piala setinggi satu setengah meter tersebut ke dalam kereta. Siapa suruh juara umum?!

Jumat, April 20, 2012

Ikstida Laksanakan Bahtsul Masail


Nur Faizah, PPA Lubangsa Putri

Guluk-Guluk—Banyak persoalan di masyarakat yang selama ini belum dituntaskan dengan sempurna oleh hukum Islam. Terkait dengan itu, salah satu langkah konkret yang telah dilakukan oleh para santri yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Santri timur daya (Ikstida) Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri adalah dengan melaksanakan bahtsul masail, yaitu membahas masalah-masalah hukum Islam yang dihadapi masyarakat terutama santri untuk dipecahkan bersama.

Kegiatan bahtsul masail ini dilaksanakan pada hari Rabu 11 April 2012 dan bertempat di aula Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri. Kegiatan yang dimulai pukul 13.45 WIB ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya dilaksanakan oleh Ikstida. Pada kegiatan bahtsul masail yang pertama, Ikstida menghadirkan Chairul Anam yang saat ini menjabat sebagai wakil Katib PC NU Sumenep periode 2010-2015 sebagai pembahas (bahits). Demikian juga pada bahtsul masail yang kedua ini.

Pada bahtsul masail yang pertama, kegiatan diformat dalam bentuk yang sederhana. Anggota Ikstida hanya mengumpulkan beberapa pertanyaan tentang hukum Islam dan meminta Ustadz Her, sapaan akrab Chairul Anam, untuk memberikan jawaban dan kejelasan hukum kepada anggota Ikstida.

Namun atas saran Chairul Anam sendiri, format bahtsul masail yang kedua ini sedikit berbeda. Bahtsul masail kali ini dikemas dalam bentuk diskusi kelompok yang dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok yang terdiri dari empat orang ini mendiskusikan satu permasalahan yang berbeda.

Dengan berbekal beberapa kitab klasik sebagai rujukan, tentu hasil diskusi menjadi berbeda bahkan berselisih pendapat. Jika hal ini telah terjadi, maka Chairul Anam meluruskan perselisihan pendapat tersebut.

Format seperti ini tentu jauh lebih efektif daripada sekadar mendengarkan penjelasan yang diberikan dan menerima jawaban secara instan dari bahits. Kali ini anggota Ikstida mencari jawaban sendiri atas persoalan yang ingin diketahui penyelesaian hukumnya. Hal ini tentu dapat melatih kepekaan dan daya nalar peserta bahtsul masail yang sebagian besar masih terdiri dari siswa Madrasah Aliyah itu.

“Bahtsul Masail seperti inilah yang saya inginkan. Peserta bahtsul masail melatih diri untuk berpikir dengan sungguh-sungguh dalam memecahkan satu masalah. Bahtsul masail yang sering dilakukan oleh NU juga seperti ini, bukan menjawab pertanyaan yang diajukan, tapi didiskusikan bersama. Ini namanya hasil kreasi kita bersama,ungkap Ustad yang rutin mengisi tanya jawab hukum Islam tiap bulan Ramadhan di RRI Sumenep ini dengan senyum khasnya.

Kegiatan yang memakan waktu 3 jam 20 menit ini dihadiri oleh 61 anggota Ikstida. 20 anggota sebagai peserta aktif yang terbagi dalam 5 kelompok dan sisanya sebagai peserta pasif yang memperhatikan pembahasan masalah yang diangkat pada kegiatan ini. Namun di akhir acara, peserta pasif ini juga diperbolehkan mempertanyakan hal-hal yang mengganjal terkait dengan masalah yang telah dibahas. Sayyidatun Azizah, ketua panitia, tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya ketika Chairul Anam menyarankan agar kegiatan ini dijadikan sebagai kegiatan rutin di Ikstida. Dia juga bersedia untuk menjadi bahits tetap.

Chairul Anam juga menambahkan agar bahtsul masail selanjutnya membahas satu masalah saja agar kajiannya lebih mantap dan mendalam. Hal ini senada dengan apa yang diinginkan oleh Nurul Alfiyah Kurniawati, ketua umum Ikstida.

Sebenarnya saya ingin masalah yang dibahas tidak lebih dari dua. Namanya belajar, pastinya dimulai dari yang sedikit dan mudah terlebih dahulu, tapi hasilnya memuaskan,tutur dara yang masih duduk di kelas XI Madrasah Aliyah ini dengan senyum merekah. Tepat pukul 17.05 WIB acara ini ditutup oleh Layyinah yang sejak awal memandu jalannya acara.