Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Bahasa Arab
mendapatkan tempat yang istimewa dalam Islam, sebab sumber utama ajarannya berupa Al-Qur’an dan
Hadis Nabi menggunakan bahasa Arab. Karena itu, upaya peningkatan mutu pembelajaran bahasa
Arab harus terus dilakukan.
Bertitik pijak pada alasan
itulah ketua Markaz Bahasa Arab Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Ibnu Hajar,
menggelar Pelatihan Mengajar Bahasa Arab selama dua hari, tepatnya pada tanggal
18-9 Januari 2012 atau 24-25 Shafar 1433 kemarin.
Pelatihan ini ditempatkan di salah satu ruangan di Lantai II Sekretariat Bersama Annuqayah. Ada 30 peserta yang mengikuti kegiatan
ini; 20 pengurus Markaz Bahasa Arab Annuqayah dan 10
orang delegasi dari lembaga bahara Arab yang ada di pesantren-pesantren daerah
di Annuqayah.
“Fasilitator dalam pelatihan ini ialah
orang-orang yang memang sudah ahli dalam penguasaan pengajaran bahasa Arab.
Mereka sama-sama alumni pengurus Markaz Bahasa Arab Annuqayah, yaitu KH Muhammad Muhsin Amir dan Fathorrachman Utsman,” tutur
Ibnu Hajar saat diwawancarai Senin (23/1) pagi di rumahnya, Errabu, Bluto,
Sumenep.
Sebenarnya, lanjut mantan Penasihat Perpustakaan Annuqayah Latee itu, pelatihan
tersebut hendak mendatangkan 3 fasilitator. Karena berhalangan, seorang
fasilitator, yakni K M. Naqib
Hasan, tidak bisa menemani peserta belajar materi
Pembelajaran Insya’ (mengarang) dan Muthola’ah (membaca).
“Namun begitu, Kiai Naqib
(sapaan K M. Naqib Hasan, red.) menyanggupi kepada kami untuk mengajari
peserta di lain kesempatan. Dan saya
beserta teman-teman pengurus Markaz mengamini kesudian beliau,” tambah Ibnu
Hajar dengan wajah serius, tanpa senyuman.
Adapun materi yang disampaikan oleh KH Moh
Muhsin Amir dan Fathorrachman Utsman masing-masing ialah Metode Pembelajaran
Bahasa Arab serta Model dan
Strategi Pembelajaran Efektif.
“Kedua fasilitator tersebut mampu menarik hati
semua peserta. Selama pelatihan dan pemaparan materi berlangsung, sulit
dijumpai adanya peserta yang kurang serius mendengarkan dan mengikuti pelatihan
secara utuh,” tambah mantan pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman
Annuqayah itu.
Di samping kendala seorang fasilitator yang
berhalangan hadir, ada kendala lain.
“Kendala tersebut berupa informasi dadakan dari
Kiai Muhsin (sapaan KH Muhammad Muhsin Amir, red.) bahwa dirinya tidak
bisa hadir Rabu pagi sebagaimana jadwal dari panitia. Akhinya, kami pun
memindahkan pada sesudah Ashar hingga menjelang Magrib,”
beber pemuda yang Desember kemarin didaulat sebagai Juara 1 Lomba Debat Ilmiah Bahasa Arab Internasional di UIN
Malik Ibrahim Malang.
Kendala yang bersumber dari fasilitator pertama
tersebut berdampak pada kendala lain, yaitu tersendatnya peminjaman LCD proyektor milik Annuqayah karena sore harinya
dipakai dalam kegiatan di putri.
“Di surat peminjaman yang kami layangkan ke
pengurus pusat Annuqayah, waktunya ialah
pagi hari. Karena pagi hari Kiai
Muhsin yang menjadi kepala MA 1 Annuqayah Putri ada rapat, jadinya beliau mohon
dipindah ke sore harinya. Jadi kami masih harus mencari pinjaman LCD proyektor
untuk Rabu sore,” keluh Ibnu Hajar.
Untunglah, Ibnu Hajar dan pengurus Markaz yang
lainnya sigap mencari jalan keluar atas kendala yang menimpa pelatihan. Mereka
langsung melayangkan surat permohonan peminjaman LCD proyektor ke MA 1 Annuqayah Putri. Dan alhamdulillah disetujui.
Dana yang dikeluarkan dalam pelatihan ini ialah
Rp. 350 ribu bersumber dari kas Annuqayah. Kendatipun dananya tidak begitu
besar, Ibnu Hajar menyatakan bahwa ilmu yang diperoleh dari pelatihan yang juga
diikutinya itu amat besar sekali.
“Sejenak saya
melakukan refleksi. Kemudian saya sadar bahwa hasil
yang besar tidak harus diraih dengan dana yang besar,”
tuturnya sembari mengembangkan senyuman.
2 komentar:
Salam
Subhanallah! Mantap!
Mas Ibnu Hajar, Markaz, PPA:
Selamat dan sukses, semoga bermanfaat, barakah dan menghasilkan kader-kader terbaik pengembang bahasa Arab... amin
Semoga kegiatan serupa dan kegiatan2 terkait dapat lebih diintensifikasi...
Mudah2an Allah mewujudkan niat baik kita selalu... amin
Wassalam
Memang betul, bahwa guru harus profesional. jika tidak mau jadi apa santirnya. profosional tidak hanya menguasai ilmu yang diampuh, tapi mampu menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan. Tentu pendapat santri ketika belajar harus di tampung oleh guru, bukan malah mematikan kreatifitas seorang santri.
mantap: kunjungi kami juga di alamat http://www.ikaa-jogja.blogspot.com
Follow kami dan kami sudah mem follow blog ini.
Posting Komentar