Jumat, April 30, 2010

Santri Lubangsa Dilarang Mengakses Internet

Fandrik Hs Putra dan Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Beberapa waktu yang lalu, sempat berkembang isu bahwa santri PPA Lubangsa dilarang menggunakan jejaringan sosial Facebook di internet. Ternyata, justru santri dilarang menggunakan akses internet.

Setelah shalat Isya’ berjamaah di Masjid Jamik Annuqayah Selasa (27/04) kemarin, Mohammad Ali Wafa, Ketua Pengurus PP Annuqayah Lubangsa, mengumumkan bahwa seluruh santri Lubangsa, baik pengurus pesantren, guru atau staf di lembaga pendidikan formal, untuk sementara dilarang menggunakan layanan internet.

Larangan tersebut sebagai antisipasi atas penyalahgunaan internet seperti membuka situs porno dan atau membuka situs jejaringan sosial seperti Facebook, Friendster, dan lainnya, yang akhir-akhir ini semakin marak.

“Sehabis shalat Maghrib, pengasuh memanggil saya dan koordinator keamanan (Zainal Abidin) untuk membahas masalah internet tersebut. Pengasuh melarang karena mereka (santri) sulit dipantau oleh kami (pengurus). Hal itu di luar perkiraan kami,“ ungkapnya ketika ditemui di depan kantor Lubangsa.

Ia menambahkan, pengurus sudah mengajukan beberapa penawaran kepada pengasuh agar santri tetap bisa mengakses internet. Namun keputusannya tetap dilarang.

“Kami telah mengajukan berapa pilihan seperti semua situs jejaring sosial akan diblokir dan mengadakan kerja sama dengan petugas warnet. Namun pengasuh tetap melarang. Karena ya itu tadi: sulit untuk dipantau,” tambah ketua pengurus asal Ledokombo, Jember, itu.

Ada beberapa langkah dari pengurus Lubangsa yang mungkin akan diambil agar santri tetap bisa mengakses internet. Di antaranya, sowan ke K Hanif, Ketua Pengurus PP Annuqayah, dan sowan kembali ke pengasuh Lubangsa untuk memberi keringanan dalam menggunakan internet, menyediakan internet khusus untuk santri Lubangsa yang rencananya akan ditempatkan di warpostel, dan bekerja sama dengan K Muhammad Ali Fikri untuk membuka warnet di Lubangsa.

“Kalau membuka usaha warnet, mungkin 10 juta tidak cukup. Mau dapat dari mana uang sebanyak itu. Semua itu hanya usulan, sedangkan keputusannya tetap di tangan pengasuh,” ungkapnya lagi.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

internet di annuqayah sebaiknya memang ditata ulang, mungkin lebih diarahkan ke aspek edukatif dan pengetahuan. yang sifatnya hiburan mestinya dibicarakan ulang. fesbuk, twitter atau pertemanan sosial lainnya memang telah mengubah wajah komunikasi di dunia maya dan itu bisa tidak sejalan dengan nilai2 yang selama ini dipertahankan oleh annuqayah