Selasa, April 27, 2010

Annuqayah Berpartisipasi dalam Konferensi Lingkungan Internasional

Fandrik Hs Putra dan Sumarwi, Sekretariat PP Annuqayah

Dalam beberapa tahun terakhir ini, bumi kita diguncang oleh berbagai bencana yang mengerikan, mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga tanah longsor. Deretan bencana itu seperti episode yang tak putus-putus. Melihat rentetan bencana itu, ada yang bertanya mengapa alam ini demikian rapuh.

Masalah kerusakan lingkungan menjadi topik utama yang dibahas dalam Konferensi Internasional I Masyarakat Muslim untuk Perubahan Iklim di IPB International Convention Center (IICC) Bogor, Jumat (9/4) beberapa pekan yang lalu. Diharapkan konferensi yang diikuti 14 negara tersebut dapat melahirkan pemikiran tentang penanggulangan kerusakan lingkungan dari kalangan negara Islam.

Konferensi Internasional untuk perubahan iklim tersebut bukan hanya dihadiri oleh negara asing, melainkan juga dihadiri oleh ratusan ulama dari berbagai pondok pesantren di Indonesia. Salah satunya yang mendapat kehormatan untuk mengikuti konferensi tersebut adalah Pondok Pesantren Annuqayah yang diwakili oleh Pandji Taufiq, Ketua Yayasan Annuqayah.

“Kalau delegasi dari Indonesia saya kurang tahu. Yang pasti delegasi dari Jawa Timur hanya ada dua yaitu Pondok Pesantren Annuqayah dan Pondok Pesantren Al-Falah, Jember,” ungkap Panji Taufiq.

Ada tiga agenda penting akan dibahas dalam konferensi tersebut. Pertama, masalah perubahan iklim dan aksi yang bisa dilakukan oleh umat Islam sedunia. Kedua, pembentukan Asosiasi Masyarakat Muslim untuk Aksi Perubahan Iklim (Muslim Association for Climate Change Action/MACCA), yang diharapkan akan menjadi organisasi payung yang akan memandu kegiatan dan mengimplementasikan rencana aksi tujuh tahun tersebut pada berbagai negara dan masyarakat muslim di dunia.

“Pada umumnya yang banyak mengeksploitasi kekayaan alam, seperti penebangan hutan, penggalian barang-barang tambang (nikel, batu bara, dan minyak bumi) adalah negara-negara besar dan maju seperti Amerika. Sebetulnya bukan hanya tanggung jawab mereka saja, negara yang dieksploitasi juga harus ikut memikirkan perubahan iklim ini dan memikirkan terhadap efeknya nanti,” tambah Ketua Yayasan Annuqayah itu.

Sedangkan agenda ketiga adalah dideklarasikannya empat kota di negara muslim sebagai Kota Hijau (green city). “Konferensi itu mencanangkan kota Bogor sebagian kota madya hijau pertama (first green city) di Indonesia,” jelas Panji.

Menurutnya, problem utama kerusakan alam dan lingkungan ini adalah akibat dari keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam tanpa batas serta lemahnya sumber daya manusia (SDM) sehingga efek dari eksploitasi yang berlebihan tersebut tidak bisa dibaca.

“Seharusnya ada keseimbangan. Jika dicontohkan pada perindustrian, misalkan penebangan hutan, jika menebang maka harus menanam. Tapi jika dikaitkan dengan pesantren, peran dan usaha pesantren berupa menanamkan pada masyarakat bahwa menjaga lingkungan adalah ajaran agama yang harus dilaksanakan,” lanjutnya.

Ketika ditanya tentang respons PP Annuqayah terhadap isu lingkungan, Ketua Yayasan Annuqayah itu menjawab bahwa Annuqayah sendiri sangat peduli dengan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan hingga saat ini. Terbukti pada tahun 1981 Annuqayah mendapat penghargaan Kalpataru dari pemerintah karena usaha dan kegigihannya menanamkan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Pak Pandji juga berharap undangan konferensi tersebut bisa menjadi rintisan para masyayikh, sesepuh, dan para generasi muda Annuqayah agar bisa memelihara lingkungan dengan baik karena dengan diundangnya PP Annuqayah pada acara tersebut berarti PP Annuqayah juga diperhitungkan.

2 komentar:

M. Faizi mengatakan...

Iya, tapi Kalpatarui tu sudah tahun 1981, sudah lama sekali. Banyak perubahan telah terjadi di sekitar Annuqayah. Kaju Ojan di Sumber Daleman, sumbernya para santri Annuqayah, terlanjut ditebang tanpa sepengetahun kita terlebih dahulu. Sangat sedih. MAri..MAri...
Semoga Annuqayah mempertahankan "visi hijau" ini dan menyebarkannya buat yang lain.

M. Habiburrahman mengatakan...

Benar, benar! Bila hanya terus mengingat-ingat yang telah lalu tanpa mau bertindak untuk meraih prestasi baru rasanya kita perlu mengenang nasihat Prof. Dumbledore "tidak baik terobsesi pada mimpi-mimpi dan lupa untuk hidup."

Lagi pula aneh, lokasi yang dulunya menjadi 'lahan penghijauan' sehingga piagam itu diraih Annuqayah kini malah menjadi tempat penampungan sampah.