Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa
GULUK-GULUK—Pelatihan kepenulisan yang digagas oleh Ahmad Khotib kembali dimulai pada hari Selasa (13/04) sore kemarin. Pelatihan yang diformat dalam bentuk karantina itu ditempatkan di kantor Ikatan Pemuda Pelajar Nahdlatul Ulama (IPPNU), sebelah barat pemandian Dheleman Sabajarin, dan direncanakan akan selesai dalam waktu seminggu, yakni berakhir pada hari Senin (19/04).
Untuk pelatihan kepenulisan tahun ini, jumlah peserta bertambah 3 orang. Jika pada tahun sebelumnya hanya 7 peserta yang diambil dari kalangan santri dan berstatus mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman (STIK) Annuqayah, untuk kali ini peserta berjumlah 10 orang. Mereka terdiri dari kalangan santri, kalong, siswa dan mahasiswa.
“Sekarang saya tidak hanya fokus pada pengkaderan dari dalam saja (mahasiswa STIKA, red) sebab semuanya juga ingin belajar menulis. Jadi, saya hanya ingin mengurusi orang yang benar-benar bisa dan punya keinginan kuat untuk mendalami dunia kepenulisan,” ungkap Ahmad Khotib, mantan ketua Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STIK Annuqayah 2008.
Selama dua hari, kegiatan tersebut akan diisi dengan materi tentang tata cara penulisan yang benar seperti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), teknik presentasi, teknik membuat judul, cara penulisan catatan kaki dan daftar pustaka. Dan yang akan mengisi semua materi itu adalah Ahmad Khotib sendiri. Sedangkan hari berikutnya adalah masuk pada sesi latihan.
“Untuk materi pertama seperti yang telah saya lakukan dulu. Yaitu menerangkan bagaimana berpikir logis dan sistematis. Dan materi pedomannya tetap memakai buku Langkah-Langkah Berpikir Logis, karangan Sunardji,” tuturnya.
Dalam pelaksanaan pelatihan tersebut, alumni STIKA yang pernah menyabet prestasi dua kali dalam bidang LKTI tingkat nasional itu tidak sendirian. Tercatat ada 7 orang yang akan mendampinginya. Tujuh orang itu merupakan alumni pelatihan yang sama tahun lalu.
Menurutnya, pelatihan kali ini jadwalnya akan lebih padat dari tahun sebelumnya, sehingga membutuhkan tenaga ekstra.
“Ya! Jika tahun lalu dua minggu, sekarang dipangkas menjadi seminggu. Karena sekarang saya tidak mempunyai waktu yang cukup banyak, tidak seperti ketika masih menjadi santri (Lubangsa Selatan). Maka dari itu, saya mengajak mereka (alumni pelatihan jilid I) turut serta mendampingi. Hitung-hitung juga sebagai balas budi pada saya yang telah mengajarkan mereka,” tambah alumni STIKA tahun 2009 itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar