Sabtu, November 29, 2008

Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah dan Perbankan Syariah di Annuqayah


Sunandar & Subaidi, Sekretariat PP Annuqayah

Guluk-Guluk—Kamis hingga Jumat (27-28/11) kemarin, bertempat di Aula Besar As-Syarqawi, di Bukit Lancaran, Pondok Pesantren Annuqayah melakukan sosialisasi “Keaslian Mata Uang Rupiah dan Sistem Perbankan Syari’ah” bagi guru, santri, dan lembaga-lembaga di sekitar kabupaten Sumenep. Acara ini diadakan bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta. Dihadiri kurang lebih 75 orang pada hari pertama dan 250 orang pada hari kedua.
Format kegiatan hari pertama adalah Training of Trainers dengan tema Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah dan Perbankan Syariah kepada kepala-kepala madrasah/sekolah, guru dan pengurus yang berasal dari intern Annuqayah serta utusan beberapa lembaga/pesantren di kabupaten Sumenep. Acara ini dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00. Trainer dan narasumbernya antara lain Bapak Wibowo, Agus, Bambang, dan Erick, yang bergantian menyampaikan materinya. Dalam materi yang disampaikan, disinggung tentang perlunya kerja sama untuk memberantas peredaran uang palsu. Uang palsu merugikan masyarakat dan negara, karena mengganggu sistem keuangan dan ekonomi nasional. Para trainer juga melatih peserta untuk mengenali uang palsu. “Secara sederhana, uang palsu bisa diketahui dengan 3D, yakni Dilihat, Diraba dan Diterawang,” demikian disampaikan nara sumber yang kemudian dipraktikkan menggunakan alat-alat berupa loupe (sinar pembesar) dan ultraviolet.
Selain itu, nara sumber juga menyosialisasikan tentang sistem perbankan Syari’ah sebagai solusi untuk tabungan yang sesuai dengan syari’at Islam.
Hari kedua, sosialisasi diberikan kepada para siswa, mahasiswa dan pengurus pesantren daerah di lingkungan PP Annuqayah. Hampir sama dengan hari sebelumnya, para trainer dan narasumber menjelaskan secara teori dan praktik mengenai cara-cara mengenali uang palsu dan sistem perbankan Syari’ah, namun yang berbeda adalah durasi waktunya yang relatif lebih cepat. Jika hari pertama acara berlangsung hingga 7 jam (dari jam 08.00-14.00), namun pada hari kedua hanya sekitar 3 jam (dari 08.00-10.30).
Ditemui di sela-sela acara, bapak R.M.T. Wibowo, Deputi Kepala Bagian Pelaksanaan Uang Bank Indonesia Jakarta, mengatakan, bahwa acara ini bertujuan menyosialisasikan perbankan syariah dan keaslian uang palsu. Berbicara perbankan syariah, menurut beliau, pesantren sebagai lokomotif isu-isu agama mestinya berperan aktif dalam memasyarakatkan sistem perekonomian syariah. Hal itu untuk mengimbangi rongrongan sistem perekonomian kapitalis. Hal senada juga disampaikan oleh Drs. Jazim As'ari, Program Manager untuk Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat PBNU. Beliau menambahkan bahwa masyarakat pesantren harus menjadi agen dalam hal ini. Makanya PBNU dan BI menggandeng pesantren untuk sampai pada tujuan luhur tersebut.
Saat ditanya mengapa PP Annuqayah dipilih sebagai mitra dalam kegiatan ini, Jazim mengatakan karena Annuqayah merupakan pondok pesantren tertua yang ada di Kabupaten Sumenep, dan memiliki santri dan alumni yang sangat banyak. Di samping itu, masyayikh Annuqayah memiliki pengaruh yang sangat kuat di masyarakat Madura, Sumenep pada khususnya.

Tidak ada komentar: