Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa
Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (Ikstida) merupakan satu dari sekian banyak organisasi daerah yang ada di PPA Lubangsa. Anggotanya terdiri dari santri yang berasal dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Sumenep, yaitu Gapura, Batang-Batang, Dungkek, dan Batuputih.
Jum’at kemarin (5/6) organisasi ini mengadakan acara harlah yang ke XXV, Acara tersebut juga sebagai tasyakuran salah seorang anggota Ikstida yang sudah berhenti dan ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Ia termasuk anggota yang berasal dari desa Bicabbi, Dungkek, Sumenep.
Acara tersebut bisa dibilang cukup meriah. Pasalnya, sebelum dimulainya acara, anggota Ikstida Putra mengocok perut para tamu yang hadir dengan unjuk kebolehan menari ala koboi. Tak kalah menariknya, anggota Ikstida Putri juga unjuk kebolehan dengan menampilkan Nasyid Islami yang didendangkan oleh Siti Masyitah.
Setelah pra acara selesai, kini giliran acara inti. Dalam sambutannya, Muslimu El-Sah, Ketua Panitia acara tersebut, mengatakan, “Tujuan utama dilaksanakannya acara harlah kali ini adalah untuk mempererat tali silaturrahmi antara santri dan masyarakat, karena pada akhir-akhir ini santri yang dikenal memiliki citra baik di masyarakat mulai kehilangan jati dirinya.”
Lain halnya dengan pesan yang disampaikan oleh Drs. K.H. M. Syafi’i Anshori, mewakili Drs. K.H. A. Warits Ilyas, pengasuh PPA Lubangsa, yang kebetulan berhalangan hadir pada acara tersebut. Beliau mengatakan, “Akhir-akhir ini santri mulai kehilangan jati dirinya. Masyarakat harus mengerti akan keadaan tersebut. Jika dikemudian hari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, masyarakat diharapkan bisa dimaklumi, karena bagaimanapun juga mereka masih berproses.”
Beliau juga berharap dengan terealisasinya acara tersebut, santri dapat memetik hikmah mendalam yang nantinya bisa membuat santri introspeksi diri sebelum melakukan sesuatu.
Kamis, Juni 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar