Sumarwi, PPA Nirmala
GULUK-GULUK—Jum’at (7/5) kemarin, dua anak santri pengabdian, yaitu Ach. Roqib dan M. Qisman Habaib, hadir ke Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala untuk berbagi pengalaman selama berada di tempat pengabdian dengan para calon ustadz yang sedang mendapat pembekalan selama seminggu. Acara dimulai sekitar pukul 13.47 WIB dan dimoderatori oleh Mahsun, salah seorang pengurus takmir dan kesenian Nirmala.
Mereka berdua memang sengaja diundang untuk mengisi acara tersebut. Acara bagi-bagi pengalaman ini cukup signifikan adanya karena mereka (baca: calon ustadz) bisa mempunyai sedikit gambaran umum mengenai kondisi masyarakat.
M. Qisman Habaib yang diberi kesempatan pertama bercerita banyak tentang kondisi siswa dan siswi, masyarakat, budaya, dan kegiatannya sehari-hari di tempat pengabdiannya, yaitu di lembaga al-Ittihadiyah, Pasongsongan.
Berbekal kemampuan dan keberanian dia berangkat ke tempat pengabdian. Menurutnya kunci kesuksesan seorang santri dalam pengabdian adalah kesopanan. “Adab, budi pekerti, dan tatakrama sangat penting ketika berada di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Qisman juga berpesan agar jangan sampai berbuat hal yang tidak baik kepada guru karena hukum karma masih berlaku. “Jangan sampai berbuat hal yang tidak baik kepada guru-guru kita, siapa pun dia,” pesannya dengan memohon.
Selain itu dia juga bercerita bagaimana cara begaul dengan masyarakat, mengajar yang baik, dan mendidik siswa.
Ach. Roqib juga tak kalah saing dengan cerita-cerita yang disampaikannya. Roqib lebih menekankan tentang bagaimana dia memengaruhi masyarakat sekitar. Roqib mendorong agar para calon ustadz lebih terbuka dan komunikatif di dalam bergaul dengan masyarakat sekitar. Dia menyarankan agar para calon ustadzah berbicara dengan masyarakat tentang persoalan yang ada di sekitar mereka, seperti tentang tanaman, ternak, dan lain sebagainya.
Selain itu misalnya pula di dalam masalah suguhan.
“Apa yang mereka suguhkan sebisa mungkin untuk dimakan, karena kalau tidak dimakan tuan rumah akan sangat kecewa sekali. Kalau teman-teman sekalian memang tidak mau minum kopi, bilang saja denga jujur,” katanya.
“Dan ingat juga jangan pernah menyia-nyiakan kepercayaan masyarakat itu karena kepercayaan itu mahal harganya,” tambahnya.
Sedangkan kegiatan Roqib sehari-hari ialah mengajar. Selain itu dia juga aktif mengisi acara muslimatan setiap 2 minggu.
“Yang penting adalah keberanian kita. Bismilah, insya Allah sukses,” kata santri yang sedang mengabdi di Sanah Lok Lan Pelan, Pasongsongan ini.
Jum’at malam dilangsungkan acara penutupan. Acara ditutup oleh Dr. KH M. Afif Hasan, M.Pd. Menurut K Afif, program pengabdian ini merupakan proses pendewasaan. Kalau dibandingkan sama dengan mengenyam pendidikan selama 5 tahun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar