Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Seakan sudah mentradisi, tiap kali usai pelulusan kelas akhir (SLTA), tidak sedikit santri Latee yang “menghilang” jejaknya. Itulah yang melatarbelakangi mengapa ketua Pengurus Latee, Abu Sairi, S.Pd.I., di mushalla, Kamis malam kemarin (20/5), mempertegas ulang peraturan yang selama ini berlaku di Latee.
“Saya tekankan kembali agar teman-teman santri tidak main-main dengan peraturan pesantren. Peraturan ini bukan saja atas inisiatif pengurus melainkan sudah mendapat rekomendasi dari pengasuh sendiri,” katanya dengan raut wajah serius.
Abu Sairi sangat menyayangkan santri kelas akhir yang seringkali tidak mengindahkan peraturan pesantren. Padahal, mereka harusnya berterima kasih kepada pesantren yang telah sudi mendidiknya.
“Minimal dengan cara tidak melanggar peraturan pesantren yang di Binasaba (Bimbingan dan Pembinaan Santri Baru) sudah disosialisasikan oleh pengurus,” ujarnya lagi.
Di samping itu, Abu menyayangkan bahwa suatu kesalahan besar bila menyamakan pesantren dengan sekolah formal. “Sekolah formal libur, pesantren juga dianggap libur. Itu adalah pandangan yang sangat memilukan. Saya mengharap kepada adik-adik yang akan menginjak kelas tiga agar tidak meniru tingkah laku kakak kelas kalian yang terbilang salah,” tambahnya.
Selebihnya Abu Sairi mengingatkan kepada santri agar belajar lebih serius lagi mengingat ujian semester genap Madrasah Diniyah sudah di ambang pintu. “Saya lihat ketika menjelang ujian formal, adik-adik semangat belajar bahkan hingga larut malam. Oleh karena itu, saya mengharap begitu pula ketika menghadapi ujian Diniyah. Ingat, menyeriusi Madrasah Diniyah adalah aturan tak tertulis yang sering ditekankan oleh pengasuh,” pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar