Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Ahad malam (9/5) kemarin, pustakawan Latee menggelar musyawarah tertutup. Mereka berkumpul di perpustakaan Latee atas undangan dari Abdurrahman, ketua Perpustakaan, yang beberapa bulan terakhir ini tidak begitu aktif di pesantren. Agenda yang tertera dalam undangan tersebut ialah evaluasi dan persiapan pemilihan ketua Perpustakaan Latee.
Sebelum musyawarah dimulai, tidak sedikit pustakawan Latee yang mempersoalkan mengapa pelaksanaan pemilihan ketua Perpustakaan dilakukan lebih awal dari biasanya. Lumrahnya, pemilihan tersebut dimulai pada minggu keempat bulan Juni.
Namun, persoalan tersebut tidak menjadi perbincangan yang berkepanjangan setelah sekitar pukul 21.15 WIB Abdurrahman Muhdi memanggil salam dihiasi senyuman khasnya. Tidak lama kemudian datang beruntun Syaiful Bahri, sekretaris, dan Mahrus Busthami, bendahara. Sedangkan pustakawan lainnya datang lebih awal dari mereka. Termasuk pembina Perpustakaan, Ibnu Hajar.
Tepat pukul 21.25 WIB musyawarah pun dimulai. Sesudah dibuka oleh Syaiful, kemudian musyawarah dipimpin oleh Abdurrahman. Setelah selesai agenda evaluasi, secara spontan Abdurrahman minta maaf kepada segenap pustakawan karena pada detik-detik akhir kepemimpinannya dia kurang aktif di pesantren.
“Saya tidak bermaksud lalai terhadap amanah yang telah diberikan sahabat-sahabat. Melainkan karena kondisi keluarga saya yang masih labil,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Secara mendetail Abdurrahman menceritakan bagaimana sedihnya ketika ibunya meninggal dunia, yang kemudian disusul ayahnya yang stroke gara-gara darah tinggi. Dia juga menuturkan perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa agar bisa kuliah.
“Maka dengan ini saya menyatakan diri untuk mundur sebagai ketua Perpustakaan Latee masa bakti 2009/2010,” ucap santri asal Banyuangi itu secara tegas. Menurut Abdurrahman, pernyataan tersebut bukan dalam rangka lari dari tanggung jawab, tapi demi kebaikan dan masa depan perpustakaan.
Banyak tanggapan yang diberikan pustakawan usai Abdurrahman berbicara. Ada yang secara terang-terangan merasa kecewa karena lebih dari satu bulan dia tidak bekerja. Tapi tidak sedikit pula yang memakluminya.
Setelah musyawarah bergulir sekitar satu jam, para peserta musyawarah sepakat untuk menentukan bakal calon pengganti ketua perpustakaan. Melalui suara terbanyak, tampillah enam nama: Bairullah, M Khalil Zaen, Mahrus Busthami, Syaiful Bahri, Romaiki Hafni, dan Moh. Farhan.
Dari keenam nama tersebut tersaring tiga orang sebagai calon: Romaiki Hafni, M Khalil Zaen, dan Mahrus Busthami. Untuk pemilihan ketua, masih menunggu instruksi dari Koordinator Departemen Publikasi dan Organisasi PPA Latee yaitu Hairul Anam. Menurut Anam, tindak lanjut dari pemilihan ini akan dilangsungkan dalam waktu dekat.
Musyawarah yang berjalan secara menegangkan ini diakhiri dengan pesan dan kesan dari Ibnu Hajar selaku pembina Perpustakaan Latee yang tahun sebelumnya dipercaya sebagai ketua Perpustakaan.
“Bagi saya, Abdurrahman adalah pemimpin yang hebat. Saya maklumi di akhir kepemimpinannya tidak maksimal karena kondisilah yang menuntut itu. Saya berpesan dan berharap kepada Dik Abdurrahman untuk tidak melupakan perpustakaan Latee meski secara struktur sudah lepas,” ujarnya secara sungguh-sungguh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar