Jumat, Januari 02, 2009

2008: Prestasi MA Tahfidh Annuqayah Menurun

Ahmad Al Matin, PPA Latee

Dunia ini berputar, terkadang di bawah dan terkadang di atas. Kata-kata ini mungkin pas untuk MA Tahfidh (MAT) Annuqayah yang belakangan ini kurang produktif menghasilkan prestasi.
MA Tahfidh Annuqayah sejak tahun 2005 dikenal sangat produktif menghasilkan prestasi baik itu tingkat lokal ataupun nasional, lebih-lebih dalam hal karya tulis baik sastra maupun ilmiah. Namun dalam satu tahun terakhir MAT bisa dibilang nyaris mandul. Ini terbukti dengan hanya tiga prestasi yang diraih MAT dalam satu tahun terakhir yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai 15 kali mendapat juara dalam satu tahun.
Menurut beberapa siswa yang sempat diwawancarai tim Pusat Data Annuqayah, merosotnya prestasi MAT di antaranya cukup terkait dengan pergantian jajaran pimpinan MAT dan apresiasi mereka yang sangat minim bahkan terbilang tidak ada terhadap kreativitas siswa.
“Kalau masalah prestasi MAT yang menurun, jangan ditanya lagi penyebabnya. Soalnya penyebabnya sangat banyak. Salah satunya adalah ketika siswa mau mengikuti lomba, MAT tidak mau mengeluarkan uang walau hanya seratus rupiah. Namun apabila dalam lomba itu siswa mendapatkan juara, pialanya mau diambil,” papar Ahmad Readi salah satu siswa kelas XII MA Tahfidh.
Hal senada dituturkan oleh Moh. Hauqil. Siswa yang baru saja mendapatkan Juara I Lomba Karya Tulis se-Indonesia ini mengatakan bahwa salah satu yang menyebabkan siswa MAT malas mengikuti lomba adalah kurangnya tanggapan serius dari pihak pengelola madrasah, dan juga undang-undang Madrasah yang mulai mengikat siswa untuk bebas berkarya, seperti harus masuk kelas meskipun guru materinya belum hadir, dan jika tak masuk kelas dalam jumlah tertentu siswa tidak boleh mengikuti ujian. Peraturan itu menurut siswa terlalu mengikat dan membuat siswa kurang semangat memberikan konstribusi prestasi. “Memang sih madrasah itu perlu adanya undang-undang. Tapi kalau sampai menghilangkan semangat siswa untuk berkarya, itu bisa dibilang keterlaluan,” kata Hauqil.
Hal ini juga didukung oleh K. Hasan Basrawi, salah satu guru MAT. “Saya sudah bilang sama orang kantor agar kalau mau membuat undang-undang Madrasah jangan terlalu ketat, soalnya bisa mengurangi prestasi MAT. Coba kita lihat sebelum diketatkannya undang-undang MAT, banyak kan siswa MAT yang berprestasi,” tandasnya.
Selain itu, menurut Umarul Faruq, Ketua OSIS MAT tahun pelajaran 2007-2008, salah satu penyebab merosotnya prestasi MAT adalah kurang ketatnya tes seleksi masuk MAT sehingga siswa MAT banyak yang tidak mempunyai skill yang dapat diandalkan dalam event-event lomba. “MAT sekarang hanya mengedepankan kuantitas bukan mengedepankan kualitas,” kata Umarul Faruq dengan raut muka serius. Untuk diketahui, tahun pelajaran 2008/2009 ini MAT menerima 80 siswa baru, sedangkan tahun pelajaran sebelumnya sejumlah 40 siswa.
“Kalau masalah informasi lomba selama ini kita kan sering cari di internet dan media cetak, tapi bagaimana mau nyari kalau apresiasinya kurang dari kantor,” tambah Faruq.
Hal ini dibantah oleh Bapak Usman Fatmala, Waka Kesiswaan MAT. Menurutnya, menurunnya prestasi bukan disebabkan oleh peraturan Madrasah yang semakin ketat melainkan semangat siswa yang merosot dan minimnya lomba yang diadakan. “Bukan orang kantor yang tidak mau menyambut prestasi dan lomba tapi siswa saja yang kurang semangat mengikuti lomba.”
Pendapat ini pun didukung oleh ustadz Abdul Basith Danker, salah satu guru MAT. Menurut beliau prestasi MAT menurun bukanlah disebabkan kurangnya apresiasi orang kantor melainkan minimnya lomba yang dilaksanakan tahun ini.


4 komentar:

Anonim mengatakan...

Kami sebagai alumni, mendukung sekali peningkatan prestasi di MA Tahfidz. Dulu, sewaktu madrasah ini masih bernama MAK, kami memang merasakan kebebasan kreatif yang cukup besar di sekolah ini.

Misalnya, kami dapat menginisiasi lahirnya buletin "Infitah", yang entah sekarang masih ada atau sudah punah. Buletin itu, seperti dari namanya, digagas untuk merangsang kebebasan berpikir siswa. Sayangnya belakangan, rupanya buletin ini dicap cenderung "liberal"--entah liberal dalam pengertian apa.

Menurut kami, aspirasi siswa dalam soal undang-undang dan implikasinya, perlu selalu didengarkan. Agar pendidikan di sini berlangsung menyenangkan dan inspiratif, tidak mengekang dan membelenggu.

~ Muhammad Al-Fayyadl

Anonim mengatakan...

Senada dengan Al-Fayyadl, tapi saya hanya sedikit menambahkan.
selama ini memang sangat sulit sekali menemukan rapat-rapat dan semacamnya tentang perbaikan pendidikan yang melibatkan para siswa-siswi. padahal mereka juga berhak untuk bersuara. dan mereka juga lebih tahu apa yang sangat dan cocok untuk mereka sendiri dalam hal pendidikan.
suatu gagasan yang cemerlang tentang pendidikan tidak hanya muncul dari guru, dosen, doktor dan sebagainya. tapi bisa saja ide cemerlang itu muncul dari seorang siswa/siswi, atau bahkan dari seorang tukang becak.
belajar pada Negeri Jepang. salah satu kunci keberhasilan perusahaan-perusahaan di sana adalah apabila ada rapat yang diundang tidak hanya para petinggi perusahaan tapi para sopir-sopir mobil perusahaan juga diundang. karena mereka pikir ide kreatif, cemerlang itu bisa saja muncul dari seorang sopir. karena mereka juga punya pikiran seperti yang lainnya.

--Ahmad Zuhairuddin--

Anonim mengatakan...

seandainya kepseknya baca komentar ini dan yang di milis annuqayah, mungkin bisa introspeksi. saya kuatir mereka tidak tau kalau ada yang ngomong ini itu akhirnya seperti katak dalam tempurung

Anonim mengatakan...

saya sebagai siswa MA Tahfidh juga heran. saya lihat, prestasi MAT itu lebih banyak di bidang karya tulisnya, padahal di MAT sendiri tak ada yang namanya materi menuis karya ilmiyah.

memang, materi pemgembangan diri ada. tapi itu hanya dalam pengembangn kitab kuning saja, sementara dalam pengembangan tulis-menulis, tidak ada.

ah! seandainya di MA tahfid ada materi KIR-nya, saya yakin seyakin-yakinnya, MA Tahfid akan terus berprestasi, tak kenal menurun. ya, saya hanya bisa berandai andai, soalnya, tak pernaha didengarkan oleh pihak sekolah!

ketika saya kemarin presentasi LKTI ke bogor, saya iri dengan teman-teman dari sekolah lain, mereka didampingi guru KIR-nya, laptop! belum lagi bantuan dana dari sekolah. sementara saya...! tapi tak apalah, yang penting dapat juara.... pertama lagi.

--MOh. Hauqil.