Senin, September 12, 2011

Ordik Instika Angkat Tema Tantangan Aswaja

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Orientasi Pendidikan Kampus (Ordik) yang digelar oleh Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Guluk-Guluk, Sumenep mengangkat tema Tantangan Ideologi Aswaja dalam Bingkai Keindonesiaan. Tema dalam kegiatan yang berlangsung dari 11-15 September 2011 ini dilandaskan pada kenyataan bahwa Aswaja kini mulai mengalami benturan ideologi lain yang cukup memiriskan, termasuk di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Dari hasil diskusi ringan panitia Ordik Instika, dapat digarisbawahi bahwa selain alasan di atas, unsur perbedaan dan keragaman yang terdapat di Indonesia menjadi catatan tersendiri berkenaan dengan tantangan yang mesti dihadapi oleh bangsa Indonesia yang menganut paham Aswaja (kaum Nahdhiyyin).

“Perbedaan dan keragaman adalah sunnatullah. Dengan banyak variasi, hidup lebih berwarna dan bermakna. Namun tak juga bisa dielakkan bahwa dengan keberagaman budaya, etnis, bahasa, agama, persepsi dan lainnya juga terkadang memicu konflik antar sesama,” ujar salah satu panitia Steering Commette (SC), Paisun.

Terangkum dalam sejarah, lanjut Pemimpin Redaksi Majalah Fajar LPM Instika itu, Indonesia yang dikenal dengan kekayaan alam dan budayanya pun memiliki catatan kelam tentang konflik antar etnis, ras, suku, agama dan budaya. Tragedi Mei 1999, tragedi Sampit-Madura, Poso dan selainnya merupakan bukti tak terbantahkan akan imbas dari perbedaan.

Ach. Taufiqil Aziz, panitia SC lainnya, juga mengungkapkan pandangannya terkait dengan tantangan Aswaja yang diarahkan pada dunia pendidikan.

Menurutnya, sebagai negara yang bersemboyankan bhinneka tunggal ika, Indonesia senantiasa berusaha menjadikan multi kultur sebagai salah satu jalan kemakmuran dan kerukunan. Kemakmuran suatu bangsa dapat dicapai oleh bangsa yang merdeka, dan kemerdekaan sejati dapat diperoleh oleh mereka yang berpendidikan. Pendidikan yang memerdekakan bangsanya adalah pendidikan yang tidak tercerabut dari akar budaya di mana pendidikan itu diterapkan.

“Sejalan dengan nafas pemberdayaan tersebut, Aswaja yang dijadikan pijakan interaksi sosial dalam Islam juga bermuarakan pada rahmatan lil ‘alamin. Tapi tak diingkari pula bahwa perbedaan mazhab dalam Islam juga mampu memecah ukhuwah islamiyah yang terbangun. Dan Aswaja telah membuktikan mampu mengantisipasi hal itu,” papar pemuda yang digadang-gadang sebagai calon ketua komisariat PMII Guluk-Guluk itu.

Penting diinformasikan, bahwa materi Studium General yang mengacu pada tema utama tentang tantangan Aswaja di atas bakal didiskusikan secara mendalam pada hari Selasa (12/9) siang. Panitia sudah mengundang Ro’is Syuriyah PW NU Jatim, KH Miftahul Akhyar sebagai pembicara.

1 komentar:

M. Faizi mengatakan...

hari kamis subuh saya tunggu Anda di Sabajarin