Kamis, September 22, 2011

Spirit Menguatkan Bahasa Arab di Pesantren

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Selasa (20/9) malam kemarin, Direktur Markaz Bahasa Arab Annuqayah, Ibnu Hajar bergerilya ke beberapa daerah di lingkungan PP Annuqayah. Langkahnya itu dimaksudkan untuk membangun ikatan emosional kuat antara Markaz Bahasa Arab dengan komunitas Bahasa Arab yang ada di daerah-daerah Annuqayah.

Semenjak didaulat sebagai Direktur Markaz Bahasa Arab Annuqayah, Hajar memang membangun niat untuk memajukan Bahasa Arab sesuai dengan kemampuannya. “Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan Bahasa Arab. Saya akan memulainya dari pesantren tempat saya menimba ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu bisa melebar se-Madura atau bahkan se-Indonesia,” ujarnya yakin.

Tampaknya, niat alumnus MA Tahfidh Annuqayah itu berbanding lurus dengan kenyataan. Didampingi teman karibnya, Hairul Anam, Hajar pergi ke Biro Pengembangan Bahasa Asing (PBA) PP Annuqayah daerah Lubangsa dan Nirmala. Di PBA tersebut, banyak hal yang ia perbincangkan. Mulai dari sistem pengembangan Bahasa Arab di masing-masing PBA itu, hingga usahanya mengajak para ketua PBA untuk bisa bekerja sama dengan Markaz Bahasa Arab Annuqayah.

“Sebentar lagi, Markaz Bahasa Arab Annuqayah bakal menggelar lomba se-Annuqayah. Direncanakan panitianya juga terdiri dari pengurus PBA di masing-masing daerah Annuqayah. Semoga terlaksana dengan baik,” harapnya.

Di lain hal, Hajar berbagi rahasia mengapa dia bersemangat memajukan Bahasa Arab di lingkungan pesantren.

“Bagi saya, Bahasa Arab itu istimewa karena memiliki tiga rahasia,” katanya sembari tersenyum. Ketiga rahasia itu, lanjutnya, ialah pertama, Bahasa Arab adalah paling dahulunya bahasa (aqdamu al-lughat). Alasan yang dikemukakannya ialah bahwa manusia yang kali pertama diciptakan oleh Allah telah berkomunikasi dengan Allah dan para malaikat di surga memakai Bahasa Arab.

Kedua, Bahasa Arab adalah bahasa ibadah (lughat al-ibadah). Sebut saja ketika salat, berzikir, baca al-Qur’an, dan ibadah-ibadah lainnya memakai Bahasa Arab. Sedangkan yang ketiga Bahasa Arab adalah bahasa yang kekal (lughat khalidah).

“Kekekalan yang saya maksudkan bukanlah kekal dalam arti menyamai kedudukannya dengan Allah. Namun, ia lebih dimaksudkan pada fungsi Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur’an. Eksistensi Bahasa Arab tidak akan pernah rusak selagi masih ada al-Qur’an yang menjaganya,” kata Hajar.

Sedangkan bahasa yang lain, tambahnya, adakalanya lebih difungsikan sebatas pada teknologi. “Ia akan punah seiring dengan hilangnya popularitas teknologi itu sendiri,” tandasnya.

2 komentar:

A. Bakir Ihsan mengatakan...

Mungkinkah Bahasa Arab atau Inggris menjadi bahasa (komunikasi)harian santri Annuqayah?

M Mushthafa mengatakan...

Mas Bakir, mengingat Annuqayah itu semakin banyak daerah-daerahnya, kendala yg dihadapi adalah soal utk menyepakati hal semacam ini dan menuangkannya dlm kebijakan. Tapi yang paling mungkin dilakukan adalah dengan membuat blok2/area bahasa. Ini sudah dilakukan di beberapa daerah. Cuma ekspos perkembangan dan kemajuannya masih sangat minim. Itulah mengapa media informasi semacam ini menjadi sangat strategis untuk dirajut dan dikuatkan.