Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee
Bukan saatnya lagi santri sebatas berdiam diri di pondoknya tanpa melakukan kegiatan kreatif yang bisa mencerahkan masa depannya. Salah satu kegiatan kreatif tersebut ialah menerbitkan buku. Buku bertemakan apa saja; bisa tentang budaya, politik, keagamaan, sosial, dan atau tentang perekonomian. Terpenting ialah perspektif santrinya. Dengan menerbitkan buku, banyak hal yang dapat tergapai: terkenal, keuangan keluarga terbantu, dan nama almamater bakal disanjung di mana-mana. Tidak perlu yang ideal: seorang santri menerbitkan satu buku utuh. Tapi, bisa disiasati dengan menerbitkan buku rampai yang penulisnya terdiri dari banyak santri.
Uraian di atas sempat menjadi bahan perbincangan serius di kantor Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqyah (BPM-PPA) antara saya, M Kamil Akhyari, dan Fahrur Rozi, Senin (19/9) pagi. Hal ini berawal dari informasi yang diberikan Arik, panggilan M Kamil Akhyari yang kini mengabdi sebagai karyawan BPM-PPA. Arik berujar bahwa beberapa waktu yang lalu, saat penulis-penulis NU menerbitkan buku Dari Kiai Kampung ke NU Miring, dia sempat melontarkan ide kepada salah satu Kontributor NU Online, Abdul Hadi JM. Ide tersebut berupa mimpi Arik untuk menerbitkan buku yang ditulis oleh para santri Madura dengan menggunakan ragam perspektif.
“Karena ide itu belum ditindaklanjuti secara serius, akhirnya sampai sekarang tidak membuahkan apa-apa. Kalau teman-teman tertarik, marilah mulai saat ini kita rumuskan konsep terkait dengan buku rampai tersebut,” harap Arik dengan wajah serius.
Mimpi tersebut bermula dari kenyataan yang memperlihatkan betapi santri yang berada di Madura masih sedikit yang menerbitkan buku. Dapat dihitung dengan jari. “Oleh sebab itu, menerbitkan buku dengan pembahasan ringan tapi kaya perspektif amat penting dilakukan,” kata Rozi yang juga mengabdi sebagai karyawan BPM-PPA.
Dalam pada itu, muncul rasa kecil hati berkenaan dengan strategi membangun kerja sama dengan penerbit. Namun, setelah mengingat bahwa di Annuqayah sendiri tak sedikit penulis hebat yang sudah dikenal oleh penerbit, rasa kecil hati pun berubah menjadi besar hati dan optimisme yang tinggi.
“Kita bisa minta tolong kepada K M Faizi, K M Mushthafa, K Ach. Maimun Syamsuddin, Pak Hodri Ariev, dan yang lainnya untuk membangun jaringan dengan penerbit,” tegas Rozi.
Akhirnya, disepakatilah dalam beberapa bulan ke depan ini untuk mengumpulkan beberapa santri yang penulis dan punya keinginan menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku rampai. Sudah saatnya para santri bangkit berkarya buat negeri tercinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar