Rabu, Desember 14, 2011

Mereka Calon Penulis Andal Annuqayah


M SYAIFUL BAHRI, mahasiswa Fakultas Tarbiyah, INSTIK Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep Madura - philoq@rocketmail.com

Selasa (6/12) petang, hujan turun, saat itulah Karantina Kepenulisan diakhiri. Acara yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk Sumenep, merupakan proses mencetak penulis harapan masa depan. Untuk mewujudkannya tidaklah mudah. Menjadi penulis adalah pilihan, butuh perjuangan, dan pengorbanan panjang nan melelahkan. Pilihan dengan segala hal yang tak mengenakkan.

Bercita-cita ingin menjadi penulis harus siap dengan penderitaan, kesusahan, dan kesakitan. Menjadi penulis, kita harus ngotot dan terus menulis tanpa henti. Begitulah kira-kira pesan M Faizi MHum., penyair nasional dari Pondok Pesantren Annuqayah, saat menjadi pemateri pada salah satu sesi di acara tersebut. Dengan itu, kiranya karantina kepenulisan dianggap sangat penting untuk diadakan, mengingat betapa sulitnya menjadi penulis.

Lewat acara tersebut nantinya dapat melahirkan insan kompeten dalam menulis. Hal ini tentu sangat didambakan kampus Instik Annuqayah, khususnya LPM, selaku penggagas acara yang sepenuhnya didukung langsung pimpinan kampus. Hal tersebut tampak sekali ketika Rektor membuka langsung acara pada Rabu (30/11) lalu.

Tidak hanya itu, acara karantina kepenulisan juga dimaksudkan sebagai proses kaderisasi. Di mana LPM merupakan lembaga mahasiswa yang mengelola pers dan penerbitan sangat membutuhkan penerus yang andal. Karantina kepenulisan dipilih karena merupakan langkah membekali mereka untuk dapat menulis dengan benar sebelum akhirnya mereka masuk di LPM.

Pada acara karantina kepenulisan tersebut, sedikitnya tersaring 13 calon penulis dari 26 pendaftar yang didominasi mahasiswa semester awal. Sebelum tercatat sebagai peserta karantina, mereka diwajibkan setiap harinya menyetor tulisan apa saja selama seminggu sebelum karantina dimulai. Hal ini dilakukan untuk melihat semangat mereka untuk menulis, sekaligus mengukur kualitas karya mereka.

Dalam karantina tersebut mereka diajari bagaimana cara menulis yang baik. Juga, sepanjang hari mereka dicekoki dengan berbagai macam materi penunjang dalam jurnalistik. Seperti, teknik menulis berita, teknik menulis karya ilmiah, dan semua yang berkaitan dengan dunia menulis. Tidak sampai hanya di situ, mereka setiap pagi diajak jalan-jalan untuk mencari data dengan melakukan observasi di berbagai tempat, seperti pasar, ke lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah, dan ke masyarakat sekitar.

Serta, dalam karantina kepenulisan itu mereka diwajibkan menulis dalam rentang waktu yang sangat singkat, sehabis melakukan pengamatan atau observasi ke suatu tempat. Ini dimaksudkan sebagai cara pembiasaan bagi mereka untuk tetap menulis. Dan juga, hal itu merupakan latihan bagaimana menjadi jurnalis yang handal, sehingga diharapkan mereka akan selalu menulis meski dengan alokasi waktu yang terbatas, dan ditengah kesibukan yang padat. Dari bekal materi jurnalistik yang mumpuni, dan pembiasaan yang dilaksanakan setiap hari, pada suatu saatnya nanti mereka pasti bisa menjadi penulis yang profesional.

Tulisan ini dimuat di Warteg Surya, 12 Desember 2011.

1 komentar:

hafidzah mengatakan...

mahasiswa di luar instika boleh bergabung?